06 - Dua Hati yang Tersakiti

1.5K 124 14
                                    

Aku tidak tahu
ke mana hati ini ingin.

- Teruntuk; ARBA! -

•••

Sebisa mungkin Naura menahan kegugupan yang ditimbulkan oleh detak jantungnya yang berpacu sangat cepat. Beruntungnya, kedua sahabat Naura bisa mencairkan suasana yang hening beberapa saat lalu. Jadi, saat ini Naura masih terlihat biasa saja dan ikut mengobrol dan tertawa bersama Lina dan Wilda. Walau di lubuk hatinya yang paling dalam, perasaan Naura saat ini tidak sedang baik.

Naura bisa melihat Arba yang sedang makan. Ah, lelaki itu, masih sama saja seperti dulu. Makan dengan tenang tanpa bersuara. Sayangnya, perubahan yang terjadi hanyalah pada hubungan Naura dan Arba. Menyedihkan.

"Ra, Vero jadi ke sini nggak, sih? Lama bener dari tadi nggak nyampe-nyampe, padahal deket." Lina mendengus sebal. Ya, kedai ini memang dekat dengan sekolah mereka. Hanya butuh lima menit kalau menggunakan kendaraan motor. Tapi sampai saat ini, Vero belum juga datang.

Naura melihat jam yang menempel di pergelangan kirinya. "Mungkin sebentar lagi," jawab Naura. Pandangannya beralih pada luar jendela. "Nah, panjang umur kan," ucapnya saat melihat kedatangan Vero yang sedang memarkirkan motornya.

Vero berlari kecil memasuki kedai es krim. Naura mengangkat tangan kanannya dan melambaikan tangannya agar Vero bisa melihatnya. Vero segera menghampiri Naura saat melihat wajah Naura. Senyuman Vero begitu manis pada Naura. Lina yang melihat itu ikut senyum senang sendiri. Berbeda dengan Wilda yang kesemsem dengan senyuman Vero walau tidak ditujukan padanya.

"Sori lama," kata Vero sambil duduk di samping Naura yang memang kosong.

"Ngapain aja emangnya?" tanya Naura.

"Tadi rapat sebentar untuk persiapan besok," jawab Vero.

"Besok jam setengah tujuh lagi?" Naura bertanya dengan wajah cemberut.

"Iya. Jangan telat!"

"Hari libur itu harusnya digunain dengan baik. Kayak jalan-jalan, makan, nonton ke bioskop, bukannya malah dateng ke sekolah!" Naura semakin cemberut.

"Yaudah, besok kita jalan-jalan," kata Vero, kedua mata Naura langsung berbinar kesenangan. "Tapi setelah acara selesai." Oke, Naura sebal dengan Vero.

Merasa dijadikan nyamuk, Lina dan Wilda pamit pulang karena matahari hampir terbenam. Lagi pula, Lina dan Wilda sengaja meninggalkan mereka berdua agar Arba bisa melihat Naura berduaan bareng Vero. Mereka ingin Arba tahu, bahwa Naura tak semenyedihkan itu. Walau kenyataannya memang iya. Tapi Naura sendiri adalah gadis pintar yang bisa menyembunyikan perasaannya. Mungkin, di dunia ini bukan hanya Naura saja yang pintar menyembunyikan perasaan, tetapi banyak.

Maka, untuk semua wanita yang pintar menyembunyikan perasaannya, kalian adalah wanita hebat dan kuat!

"Ra, gue sama Wilda balik dulu ya, udah sore," ucap Lina pada Naura.

"Ih, kok gitu, sih. Yaudah gue balik juga," kata Naura sambil berdiri memakai tas ranselnya

"Jangan gitu dong, Ra. Temen lo kan baru dateng, masa lo tega ninggalin dia?" Wilda bersuara.

Naura menoleh pada Vero. Lelaki itu sedang menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Wilda. Naura mendengus pelan, kemudian ia duduk kembali. Lina dan Wilda saling senyum dan melirik satu sama lain.

"Oke, kita berdua balik, ya. Dah, Naura!" Lina melambaikan tangannya pada Naura sebelum pergi. Sementara Naura membalasnya dengan tatapan tajam.

"Vero kan namanya?" Wilda bertanya pada Vero, Vero mengangguk menjawab. "Jagain Naura, ya! Anterin dia pulang sampai depan rumahnya, jangan sampai lecet sedikit pun apalagi sampai diculik! Karena di dunia ini nggak ada lagi spesies macem Naura." Wilda menaikkan volume suaranya pada kalimat terakhirnya, bermaksud agar Arba mendengarnya. Tadi, dia juga sempat melirik Arba. Ternyata, Arba menatapnya dengan tatapan tajam.

Teruntuk; ARBA! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang