19 - Perlakuan Manis

822 76 11
                                    

Perlakuan manismu yang membuatku jatuh semakin dalam.

- Teruntuk; ARBA! -

•••

"Makasih ya, Ro," ucap Naura setelah turun dari mobil Vero.

Vero tersenyum ramah sambil mengangguk pelan. "Iya, sama-sama. Gue balik, ya?"

Naura mengangguk semangat. "Hati-hati di jalan!"

Vero menggangguk lagi. "Oh iya, nanti pulangnya jangan malem-malem. Besok sekolah, ulangan Biologi. Inget?"

Naura membuka lebar bibirnya dengan reflek sambil menepuk jidatnya cukup keras. "Gue lupa, Ro!"

"Tuh, kan, untung aja gue ingetin."

"Ah, biarin deh. Belajar nggak belajar gue remedial mulu," ujar Naura pasrah.

"Jangan putus asa, dong. Nanti malem gue telpon lo, oke?"

"Siap, Kapten!" ucap Naura sembari memberikan hormat pada Vero yang berada di dalam mobil.

"Yaudah, gue balik, ya."

Setelah Naura menganggukkan kepalanya, Vero menginjak pedal gasnya meninggalkan pelataran rumah minimalist itu. Naura melambaikan tangannya hingga mobil hitam milik Vero tidak lagi terlihat dari pandangannya.

Naura memasuki rumahnya dan langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Rumahnya terlihat sepi, kedua orang tuanya pasti sedang sibuk di halaman belakang mengurusi bunga-bunga yang telah mereka rawat. Ya, kedua orang tua Naura sangat menyukai berbagai macam bunga, tak heran jika di rumah Naura banyak sekali bunga.

Selama kurang lebih tiga puluh menit berlalu, Naura keluar dari kamar mandinya. Ia segera bersiap-siap untuk nonton bersama Lina dan Wilda ke bioskop. Sebenarnya, Naura juga mengajak Vero. Namun, Vero ada acara keluarga siang nanti. Jadinya, ia tidak bisa ikut nonton bersama Naura dan kedua temannya.

Saat ini, Naura sedang berdiri di depan lemarinya yang cukup besar dengan pintu lemari yang terbuka--menampilkan beberapa pakaian Naura yang menggantung di sana. Kedua tangan Naura bergerak mengambil, melihat, kemudian menaruhnya kembali jika terlihat tidak cocok di tubuhnya. Hingga pandangannya jatuh pada outfit simple berwarna denim.

Kemudian, Naura memoles wajahnya dengan bedak baby, juga melapisi bibirnya dengan lipbalm agar terlihat lembab. Setelah dirasa siap, Naura mengambil tas ransel berwarna putih yang menggantung di dinding kamarnya. 

Naura berlari kecil menuruni anak tangga, ia menghampiri kedua orang tuanya yang berada di halaman belakang. Di halaman belakang, terdapat kebun kecil milik kedua orang tuanya yang telah dirawat sejak mereka pindah ke rumah ini lima tahun yang lalu--tepat saat Naura menduduki bangku SMP.

"Ma, Pa, Naura mau pergi ya," ucap Naura saat melihat kedua orang tuanya sedang duduk di kursi yang berada di halaman belakang.

Mama dan Papa menoleh secara bersamaan saat mendengar suara Naura yang khas--cempreng-cempreng lembut.

"Loh, kamu kapan pulangnya?" tanya Mama.

Naura nyengir. "Tadi, Ma, aku langsung mandi soalnya. Hehehe...."

"Kamu mau ke mana?" Kini Papa membuka suaranya. Papanya memang irit bicara, namun ia adalah sosok papa yang tegas.

"Aku mau nonton bareng Lina sama Wilda. Boleh kan, Pa?"

Teruntuk; ARBA! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang