21 - Hai, Nau

655 49 9
                                    

Bukan tentang seberapa besar aku mencintaimu, tapi tentang seberapa lama aku bertahan untuk tetap mencintaimu.

- Teruntuk; ARBA! -

•••

Sudah seminggu sejak Arba menghubungi Naura, menanyakan keadaannya dan berakhir begitu saja tanpa ada balasan apa pun. Just read. Naura merasakan bagaimana rasanya diterbangkan kemudian dihempaskan begitu saja.

Naura berjalan dengan lincah melewati koridor kelas 12 sembari menebarkan senyuman lebarnya. Ia juga menyapa kakak kelas yang lewat dan duduk di koridor. Kebiasaan Naura yang selalu ia lakukan, tak heran jika banyak yang murid yang mengenal dengan keceriaan dan keramahan yang Naura miliki.

"Hai, kak Fahmi!" sapa Naura pada ketua tim hockey yang berdiri tak jauh darinya. Naura menghampiri Fahmi dan dua temannya itu.

Fahmi yang semula mengobrol bersama kedua temannya itu kemudian mengalihkan pandangannya pada Naura. "Oh, hai, Ra."

"Serius banget kayaknya, Kak. Mau ada acara?" tanya Naura saat Fahmi kembali fokus pada agenda hockey yang berada di tangannya.

Fahmi kembali menoleh pada Naura. "Iya, nih. Gue duluan ya, Ra, lagi sibuk banget soalnya."

Naura mengangguk mengerti. "Oke, Kak, semoga lancar!"

"Sip!" balas Fahmi sambil mengacungkan kedua ibu jarinya, kemudian melenggang pergi bersama kedua temannya meninggalkan Naura.

Naura kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelas, masih dengan wajahnya yang penuh keceriaan. Siapa pun yang melihat Naura dengan ekspresi seperti itu, pasti akan merasa gemas. Dengan rambutnya yang lurus sebahu dibiarkan terurai, juga poni ala kartun Dora kesukaannya semasa kecil yang hampir menutupi mata sipitnya itu.

Langkah Naura terhenti tepat saat ia akan memasuki ruang kelasnya--11 IPA 4. Hampir saja Naura bertabrakan dengan Vero. Bukannya memberi jalan untuk Naura, Vero justru tetap bertahan pada posisinya. Ia berdiri dengan tubuhnya yang tegak sempurna sambil menunjukkan senyuman manisnya pada Naura.

Melihat itu, Naura terkekeh pelan sambil menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan apa yang dilakukan Vero.

"Kenapa, sih?" tanya Naura.

Bukannya menjawab, Vero semakin melebarkan senyumannya. Kemudian, ia mengulurkan tangan kanannya pada Naura. "Selamat ya, Ra!"

Semakin dibuat bingung hingga kedua alis Naura hampir menyatu, Naura bertanya memastikan. "Selamat buat apa? Emang gue jadian sama siapa? Gue masih jomblo, Ro, nggak usah menghina!"

Vero terkekeh pelan, kemudian menarik pergelangan tangan Naura, membawanya masuk ke dalam kelas dan menyuruhnya duduk di kursi Naura sendiri. Lalu, Vero mengambil selembar kertas yang berada di dalam tasnya, kemudian memberikannya pada Naura dengan senyuman yang masih belum lepas pada wajah tampannya itu.

Naura membulatkan kedua matanya, bibirnya terbuka lebar membentuk oval, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"DEMI APA BIOLOGI GUE DAPET DELAPAN PULUH?!" ucap Naura cukup keras setelah menerima kertas dari Vero. Refleks, Naura memeluk Vero erat. Kemudian menggenggam kedua tangan Vero sambil loncat-loncat seperti anak kecil yang baru diberi hadiah.

Melihat itu, Vero tersenyum lebar. Ia senang melihat Naura sebahagia ini. Keinginannya untuk membahagiakan Naura semakin besar, namun ada masa lalu Naura yang menghambatnya. Tapi, Vero tidak menyerah dengan hal itu. Vero ingin membantu Naura keluar dari masa lalunya, kemudian bahagia bersama dirinya di masa depan.

Teruntuk; ARBA! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang