10 - Dihantui

1.3K 98 7
                                    

Memikirkan kamu bikin saya nggak fokus. Tapi nggak memikirkan kamu rasanya hampa.

- Teruntuk; ARBA! -

•••

Setelah memakaikan hansaplast pada tumit kaki kanan Ayu, Arba segera bergabung dengan tim hockeynya yang akan segera bertanding dengan SMA Cahaya.

Kaki Ayu terluka di bagian tumit kaki kanannya akibat menggunakan flatshoesnya itu. Sebenarnya flatshoesnya tidak sempit, Ayu sendiri tidak tahu mengapa kakinya bisa terluka seperti itu.

"Juan!" panggil Ayu sebelum Arba benar-benar bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Arba menoleh pada Ayu.

"Semangat!" ucap Ayu sambil mengangkat kedua tangannya dengan semangat. Arba mengangguk sambil tersenyum.

Senyum Ayu perlahan memudar setelah Arba bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ayu merasa ada yang disembunyikan dari Arba. Entah apa itu, Ayu tidak tahu. Yang jelas, Ayu sangat ingin mengetahuinya.

Suara sorak semangat dari dua tim hockey yang akan bertanding menggema di lapangan indoor ini. Para pemain dari tim hockey SMA Cahaya dan SMA Sinar memasuki arena pertandingan. Siapa yang menang, maka ia akan masuk ke babak final.

Pertandingan segera berlangsung. SMA Cahaya terlihat menguasai bola hockey, bermain dengan baik menggunakan stik hockeynya masing-masing. Bahkan saat ini, SMA Cahaya telah mendapatkan lima point, sementara SMA Sinar belum mendapatkan point satu pun.

Arba terlihat tidak bersemangat dan tidak fokus. Tubuhnya berada di lapangan, berlari ke sana kemari mengejar bola. Tapi pikirannya berkelana tentang Naura. Arba bingung harus melakukan apa setelah ini.

Selama pertandingan berlangsung Arba kerap mendapatkan teguran dari timnya agar tetap fokus pada pertandingan. Walau pun ini bukan pertandingan besar melainkan hanya sebuah event persahabatan, tapi tetap saja konsentrasi harus bisa tetap didapatkan. Hitung-hitung sebagai latihan.

"Lo kenapa sih, Bro?!" tanya Septian sambil menepuk pelan pundak Arba. "Fokus dong, Ju, fokus!" ucapnya. Arba hanya mengangguk menanggapi.

Sebisa mungkin Arba mengalihkan pikirannya tentang Naura. Hingga akhirnya ia mencetak point untuk sekolahnya. Meski pun point itu masih diungguli oleh SMA Cahaya, mereka masih semangat untuk mencetak gol kembali.

•••

Di ruang UKS saat ini ada Naura, Lina, Wilda dan Gita. Gita duduk di kursi, sementara ketiga sahabat itu duduk di atas lantai sambil berbincang-bincang. Gita hanya mendengarkan mereka, bukan menguping, tapi memang kedengaran.

"Si Arba ngomong apa sama lo sampai lo nangis kayak gini?" tanya Lina dengan wajah kesal.

"Ya gitu...," jawab Naura.

"Anjir. Itu mah bukan jawaban, Ra. Serius, dia ngomong apa sama lo?" Lina bertanya lagi.

"Dia kayak salah paham gitu, Lin. Kemarin kan kita udah janjian mau berangkat bareng ngambil motor gue di kedai, tapi Vero tiba-tiba dateng pagi-pagi ke rumah gue buat jemput gue. Ya gue bingung dong mau nolaknya gimana? Jadi yaudah, gue berangkat bareng Vero. Tapi Arba malah ngiranya kalau gue nggak mau nunggu dia dan lebih milih Vero..." Naura bercerita dengan suaranya yang bergetar. Sekarang ia memang sudah tidak menangis lagi, tapi masih ada rasa kesedihan di wajahnya.

Teruntuk; ARBA! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang