Atmomichani~11

43 4 0
                                    

Mata aku uda enggak bisa lihat kamu lagi karena hati uda berani gantiin fungsi mata ini

***


Kapal pecah
itulah gambaran kamar Arly. Dissa berguling-guling diatas tempat tidur sahabatnya itu. Sedikit permasalahan tadi dapat Dissa lupakan ketika ia bersama sahabat-sahabatnya. Dissa selalu mengucap syukur karena Tuhan senantiasa memberikannya orang-orang yang menjadi penguat hidupnya selama ini.

Sudah berjam-jam Dissa hanya berguling ditempat tidur tidak melakukan aktivitas apapun. Ponselnya ia biarkan diatas meja belajar Arly. Dissa tengah menunggu Arly yang sedang mandi. Ia ingi menceritakan masalah yang ia terima selama ini.

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Arly yang baru saja selesai mandi. Kening Dissa berkerut ketika Arly mengobrak-abrik isi lemari dan mengeluarkan isi didalamnya berserakan. Seperti mencari gaun tapi untuk apa? Seperti mau kencan saja. Jangan-jangan Arly akan pergi dengan pedofil tampan itu.

Helaan napas berat dari diri Dissa keluar begitu saja. " Ly, please deh jangan kayak orang kesetanan deh. Kayak mau kencan aja lo."

Tangan Arly masih sibuk mengambil dan membuang baju keatas tempat tidur. Keringat membasahi dahinya percuma saja kalau dia sudah mandi.

" Arlya Leandra Gibran!" Suara Dissa sudah naik satu oktaf. Bisa-bisanya Dissa dihiraukan oleh Arly.

Sudahlah padahal niat Dissa ikut kerumah Arly dengan tujuan Arly akan menjadi pendengar yang baik saat Dissa mengeluarkan keluh kesahnya tentang masalah ini dan akan memberikan saran yang terbaik,  tapi apa? Dissa malah dibiarkan begitu saja didalam kamar sedangkan Arly sibuk dengan si Masinis pedofil itu. Dissa bangun dari tempat tidur dan ingin meninggalkan kamar ini. Lebih baik jika ia bersama Olla walaupun Olla juga tengah sibuk dengan penelitiannya.

Pintu kamar terbuka. " Dissa kamu mau kemana?" tanya Arly yang sudah selesai dengan acara memilih bajunya.

" Gue mau pulang kayaknya lo sibuk banget sama pedofil itu sampai-sampai gue dikacangi kayak kacang bogor yang uda murah enggak laku lagi! By the way makasih buat tumpangan kasur lo yang empuk. Semoga BAHAGIA!" Dissa mengucapkan kata bahagia dengan penekanan yang cukup dalam.

Pintu kamar tertutup dengan kencang saat itu juga air mata Arly menitik dengan jelas. Arly tau Dissa pasti kecewa dengan kelakuannya yang mendiamkannya padahal niat Arly itu ingin menbuat Dissa tenang terlebih dahulu dan jika keadaannya sudah memungkinkan maka Arly akan bersedia mendengar keluh kesah Dissa. Namun sesuatu berkata lain Dissa salah mengartikan diamnya Arly. Terkadang Arly serba salah dengan sikapnya sendiri.

Arly keluar hendak mengejar Dissa namun langkahnya tertahan oleh tubuh kokoh Syakieb. Sejak kapan Syakieb disini? Kenapa tidak memberitahunya.

" Uda enggak perlu dikejar, Mas Syahdan sendiri uda ngejar dia kok." Syakieb melihat air mata Arly lolos begitu mudahnya dari mata hitam pekat milik Arly.

Syakieb membawa Arly kedalam pelukannya. Syakieb tau Arly juga sedih dengan kelakuan Dissa dan Dissa juga kecewa dengan kelakuan Arly sebaliknya. Ini hanya masalah kesalahpahaman. Mungkin Dissa hanya terbawa emosi dengan masalahnya tadi sore. Suara isakan Arly semakin terdengar jelas membuat Syakieb mengelus punggung Arly secara lembut.

" Jangan nangis terus aku tau kamu sedih karena tingkah Dissa tapi yakinlah Dissa hanya salah paham sama sikap kamu. Uda jangan nangis lagi entar kamu jelek." Ucapan Syakieb mampu membuat Arly berhenti menangis.

Hening, Arly sudah berhenti menangis ia kemudian menatap Syakieb tepat di manik mata hitam pekatnya. " Jadi kalau aku nangis jelek gitu? Yaudah deh kakak jangan deket-deket sama aku aku kan jelek." Arly mundur menjauhi Syakieb.

Saat Arly ingin menjauhi Syakieb, ia langsung memeluk kembali tubuh Arly. Lalu dilihatnya wajah Arly sejenak kemudian Syakieb mencium puncak kepala Arly. Wangi aroma Bunga Lili. " Kamu tetep cantik kok." ucap Syakieb.

Pipi Arly seketika merona ia yakin saat ini wajahnya saat ini benar-benar memalukan. " Kakak bohong kan."

Syakieb tersenyum seketika. " Kamu itu cantik bahkan sangat cantik karena yang ngeliat kamu itu bukan mata aku lagi tapi hal lain yang uda gantiin fungsinya dan itu terletak disini." Tunjum Arly tepat di hatinya.

Sedetik kemudian Syakieb telah mengubah kehidupan Arly. Satu hal yang Arly tau kedepannya akan ada hati yang selalu terbawa-bawa dalam perlakuan ini akan ada cinta yang tumbuh ketika waktu tak mampu membunuh kenyamanan ini dan Arly berharap Syakieb akan menjadi pembunuh segala kekosongan hati ini.


****

Maaf ya baru bisa update cerita ini.  Soalnya selama tiga hari ini aku belum nemuin moodboster aku. Terus kan baru selesai ujian juga jadi ya butuh refreshing untung aja kepala ini uda kena terapi alami.

Selamat membaca dan aku ingetin jangan senyum-senyum sendiri waktu bacanya,aku enggak mau kehilangan pembaca setia aku karena kelainan jiwa.  Hahaha jahat banget aku ya.
Jangan lupa vote and coment guys.

Kiaax26

AtmomichaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang