Atmomichani~16

21 4 0
                                    

Kamu benar, setiap orang punya masa lalu yang berbeda-beda yang ia ciptakan bersama orang lain yang pernah ada.

***

Saat ini Arly sedang didalam mobil milik Syakieb. Syakieb mengajaknya keluar malan ini. Entah mau hendak kemana ia pun tak tau. Keduanya masih bungkam dan belum ada yang ingin memulai pembicaraan.

Setelah ia mengetahui bahwa perempuan yang saat itu ia jemput adalah cinta pertamanya Syakieb, Arly jadi lebih banyak diam. Ia hanya ingin mendengar semua penjelasan dari Syakieb sendiri.

Arly menatap Syakieb yang masih saja fokus dengan jalanan. Ia tidak betah jika harus berdiaman seperti ini. Suasana ini lebih cocok jika ia diantar oleh supir grab, tidak ada obrolan ringan antara si supir dengan si penumpang.

"Apa begini profesi seorang masinis? Lagipula mungkin ini wajar jika ia hanya diam selama perjalanan. Ia sudah terbiasa diam jika sedang bertugas." -Batin Arly.

"Mikiri apa?" Tanya Syakieb memecah keheningan.

Akhirnya Arly bisa bernapas lega karena salah satu dari mereka mengakhiri suasana yang bisa dibilang awkward.

"Kita mau kemana kak?" Tanya Arly.

"Aku mau bawa kamu kesuatu tempat kesukaan ku. Mungkin aja kamu juga suka kalau uda ngeliat langsung. Aku juga mau jelasin sesuatu kekamu. " Jawab Syakieb.

"Apakah Syakieb akan menjelaskan tentang wanita itu? Cinta pertama nya itu? -batin Arly.

Mobil yang mereka naiki akhirnya berhenti di tanah tandus yang tidak ada tumbuhan apapun hidup disana. Yang Arly lihat hanya satu pohon besar dan bebatuan besar.

Mereka berdua turun lalu berjalan menuju pohon itu. Syakieb membersihkan beberapa bebatuan yang akan ia dan Arly duduki. "Sini duduk."

Arly menurut saja ia kemudian duduk dibatu yang telah dibersihkan oleh Syakieb.

"Aku suka duduk dibawah pohon ini. Aku selalu mengira dulu tempat ini begitu gelap dan seram, namun dulu aku hanya menatap disatu sisi saja. Aku tak melihat sisi yang lainnya." Syakieb mulai mengungkapkan semua perasaan yang selama ini ia alami selama hidup.

"Sisi apa yang belum pernah kakak lihat dari tempat ini?" Tanya Arly yang tidak paham dengan arah pembicaraan Syakieb.

Syakieb menghela napasnya dengan berat. "Aku melupakan fakta bahwa dari sinilah aku bisa mengenang ayah dan ibu ku. Suatu hari ibu ku pernah bercerita bahwa di suatu malam dibukit dibawah hujan meteor ayahku melamar ibuku dengan kalung berlambang bintang dan didalamnya ada meteorit. Ibuku bertanya apa arti dari kalung itu, dan ayahku menjawab bahwa ia menginginkan ibuku menjadi bagian dari bintang itu. Dan sebelum ibu ku meninggal ia memberikan ku kalung ini untuk aku simpan." Syakieb kemudian mengeluarkan kalung itu dari dalam kantongnya. "Ini kalung itu."

Arly menatap takjub kearah kalung peninggalan ibunya Syakieb. Kalung itu benar-benar indah. "Jadi sekarang mau kakak apakan kalung ini?"

Syakieb tersenyum lembut kearah Arly. "Lihatlah kelangit banyak bintang bertaburan dan awannya indah sekali cocok untuk melamar seseorang."

Arly menatap langit yang berada diatas kepalanya. Ia merasa ia begitu dekat dengan langit itu dan bisa menggapainya. Banyak bintang bertaburan dimalam ini seolah salah satu dari bintang itu adalah sosok ibunya Syakieb. "Aku baru pertama kali ngeliat bintang sebanyak ini kak dengan jarak sedekat ini." Ucap Arly terkagum-kagum.

"Kalaupun nanti pada akhirnya aku harus menikahi seseorang aku akan melamarnya dengan kalung ini." Arly kembali menatap Syakieb setelah ia berbicara seperti itu.

"Apakah kakak masih mencintai teman sma kakak itu?" Tanya Arly.

Syakieb hanya menatapnya datar. "Dia adalah masa laluku dan setiap orang pastinya mempunyai masa lalu yang pernah ia alami bersama orang itu. "

"Apa cinta pertama itu masih membuat hati kakak berdebar-debar?" Kali ini Arly ingin mengetahui segalanya.

Jika Syakieb masih menginginkan cinta pertamanya maka ia harus siap dari sekarang untuk melepas Syakieb. Karena baginya jika orang yang bersamanya masih saja memikirkan bahkan menginginkan masa lalunya maka ia tidak bisa dijadikan pegangan masa depan.

Tangan Syakieb yang awalnya diam kini mulai mengetuk-ngetuk batu yang ada disebelahnya. Ia merasa harus menceritakan segala sesuatu yang perlu Arly tau dari sekarang agar kedepannya ia tak membuat Arly kembali kecewa. "Jujur, begitu aku mendengar dia kembali dan menelpon ku aku merasa senang dan hatiku serasa mau meledak."

Syakieb menghentikan ucapannya saat melihat mata Arly yang mulai berkaca-kaca. "Tapi aku sadar bahwa itu adalah perasaan ku yang berlebihan. Aku sadar bukan hatiku yang mencintainya lagi namun waktu yang mengitari ku yang mampu membuat sebagian diriku merasa tertarik lagi."

"Bukankah dengan cara itu kita menunjukkan rasa cinta kita kepada orang lain?" Tanya Arly.

"Dengan cara berlebihan maksudmu?" Syakieb bertanya balik.

Arly mengangguk. "Kenapa kakak tidak mencobanya lagi? Pergilah kewanita itu maksudku ke cinta pertama kakak. Katakan padanya apa yang mengganggu kakak selama ini sambil memegang tangannya."

Syakieb memejamkan matanya sebentar dan kembali membukanya. Ia kemudian menggenggam tangan Arly. "Tidak. Sekarang aku sudah punya seseorang yang bisa selalu aku genggam. Aku tak membutuhkan masa lalu ku lagi karena dengan melihatmu saja benar-benar meruntuhkan suasana hatiku. Seberapa lama hubunganku dengan cinta pertama ku masih kamu yang benar-benar bisa menghancurkan pertahanan ku selama ini."

Kalimat per kalimat yang baru saja Syakieb ucapkan begitu dalam sampai-sampai Arly meneteskan air matanya. Ia tidak salah memilih Syakieb untuk ia cintai. Apa yang diucapkan Syakieb benar, bahwa setiap orang pasti memiliki masa lalu dan kita tidak bisa menghakiminya begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya dulu.

"Aku benar-benar serasa ingin meledak jika terus bersama mu. Selama ini aku selalu berandai-andai aku bisa melakukan sesuatu kepada seseorang yang benar-benar kusuka seperti memegang rambutnya, menggenggam tangannya, mengajaknya pergi ketempat yang aku suka bersamanya dan mengecup keningnya. Aku berharap aku bisa dan sekarang aku sudah melakukan semuanya dengan mu. Ya semuanya." Syakieb benar-benar merasa bahagia kali ini. Bahagia yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya bersama cinta pertamanya.

"Kenapa kakak jadi jujur sekali?"

"Karena enggak ada lagi yang harus ditutup-tutupi lagi. Bersama dengan kamu memberikan jawaban selama ini yang aku cari. Aku akan memberikan kalung ini sebagai hadiah untuk wanita terakhir yang ingin aku cintai dihidupku." Syakieb menyerahkan kalung ibunya yang selama ini ia simpan. Baginya kalung ini hanya pantas dipakai oleh Arly.

Arly memeluk Syakieb begitu saja. Rasanya hatinya sudah ingin meledak begitu saja dengan semua ucapan dan kelakuan Syakieb kepadanya. Ia ingin berterima kasih kepada Tuhan karena sudah mengirimkan seseorang seperti Syakieb kedalam hidupnya.

"Terimakasih kak, karena kakak sudah menjadikan aku sebagai wanita pilihan terakhir dihidup kakak."

Syakieb merasa hidupnya benar-benar sempurna dengan kedatangan Arly kedalamnya.

****

Ngelanggar janji sendiri. Niatnya mau buat cerita MWY tapi malah idenya yang muncuk ide buat Atmomichani .

Yah jadi besok enggak bisa update cerita ini lagi. Tapi enggak tau juga deh.

Cek cerita aku yang judulnya "miracle with you".

Jangan lupa vote dan komennya ya :)


AtmomichaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang