Chapter 11 - Penjelasan

151 11 9
                                    


Bismillah...
Semoga suka hehe
Happy Reading! ❤

***

Semalam suntuk Bimo berusaha menghubungi Mila dengan susah payah. Bimo mencari ke tempat kost, ketempat yang biasa Mila kunjungi tetapi hasilnya nihil.

Mila hilang bagaikan ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak.

Bimo belum bertemu Ara.
Pagi ini Bimo berencana menemui Ara. Ia akan mendatangi tempat kost Ara dan kekasihnya itu.

Hari ini Bimo free tidak ada kuliah jadi ia bisa lebih leluasa mencari keberadaan Mila.

Bimo keluar dari rumahnya. Melangkahkan kakinya ke area parkir untuk mengambil mobil mewahnya yang bertengger disana. Dengan gesit Bimo memasuki mobilnya dan segera menginjak pedal gas mobilnya tersebut menuju tempat kost Ara.

Disepanjang jalan Bimo hanya diam terlihat raut wajahnya yang mencemaskan kekasih hatinya. Ia merasa gusar dan ingin segera menemui Ara untuk menanyakan dimana keberadaan Mila.

Melintasi jalanan Ibukota yang macet dan super padat membuat Bimo semakin frustasi, ia berusaha menahan emosinya dengan susah payah.

Melihat ada celah untuk keluar dari posisi stag karena kemacetan ini, Bimo langsung saja meloloskan mobil mewahnya tersebut untuk menghindar dari kemacetan dan memilih jalan alternatif agar lebih cepat sampai di tempat kost Ara.

Sampai sudah di kediaman Ara, Bimo segera bergegas menuju kamar Ara. Sebelumnya ia sudah bertanya dan meminta izin kepada penjaga tempat kost ini untuk menemui Ara.

Bimo sudah di depan kamar Ara, ia sedikit ragu untuk mengetok pintu kamar Ara. Bimo sempat berpikir untuk menunggu Ara keluar dengan sendirinya. Tetapi itu sangat lama dan akan sia-sia pula.

Masih dalam keadaan yang ragu ia mengetok pelan pintu kamar Ara.

Sekali tidak di buka.

Dua kali masih tidak ada jawaban.

Sudah tiga kali pun masih tidak ada respon juga.

Akhirnya sudah tak tertahankan lagi, Bimo pun menggedor pintu kamar Ara dengan sangat keras. Bahkan jika pintu itu bernyawa akan teriak kesakitan. Bimo jahad uh!

Ara baru saja menyelesaikan ritual mandi paginya hari ini. Setelah selesai mengenakan baju santainya, Ara hendak ingin mengambil buku bacaannya, tiba-tiba Ara terperanjat mendengar suara pintunya digedor-gedor seperti itu.

Siapa sih itu, masih pagi juga berisik banget batin Ara.

Dengan cepat Ara membuka pintu kamarnya itu dan terpampang Bimo dihadapannya membuat Ara kaget setengah mati.

"Bimo! Ngapain lo kesini?" Tanya Ara heran.

"Lama amat sih lo buka pintunya! Gw udh dari tadi disini!" Bukannya membalas pertanyaan Ara, Bimo malah mengomel.

"Gw abis mandi, sorry gak kedengeran" jawab aja jujur.

Bimo menghela napasnya kasar. Ia berusaha meredakan emosinya. Bimo langsung mencekal tangan Ara dan menariknya agar Ara ikut dengannya.
"Lo ikut gw sekarang!" Bimo masih menarik tangan Ara.

"Eh gw mau dibawa kemana? Gak mau!" Ara berusaha menarik tangannya dari Bimo namun tidak berhasil.

"Lo harus mau! Ada yang mau gw omongin!" Mata Bimo menajam menatap Ara.

Ara yang merasa emosi Bimo yang sudah tersulut. Cepat-cepat Ara berusaha menenangkan Bimo.

"Bimo, oke gw bakal ikut lo. Tapi gw minta lo tenangin diri lo dulu jangan emosi kek gini. Gw takut" Ucap Ara dengan lembut.

Rasa Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang