KISAH 3: SOVIANA PUTRI BILQIST

277 104 126
                                    

Halo-halo!! Makasih masih mau baca ceritaku....

Moga suka ya!!!Jan lupa vomentnya

Happy reading guys...

****

"Hai Cantik." saat sudah duduk manis dengan seragam lengkap di salah satu kursi yang tersusun di sekeliling meja makan, Mama Putri menyapa gadis kecilnya dan hanya dijawab senyum oleh Putri.

"Sudah siap sekolah?" Mama Putri bertanya dengan tangan yang sibuk mengoles selai coklat pada roti panggang.

Putri mengulurkan tangannya saat ibunya memberikan roti yang sudah diolesi selai dan mengucap terima kasih lalu memakan rotinya dengan gigitan kecil.

Putri mengangguk dan menjawab ibunya. "Aku tak sabar untuk dapat teman baru," Putri tersenyum dan kembali menggigit roti di tangannya.

Mama Putri terkekeh kecil dengan tangan yang kembali sibuk dengan roti dan selai. "Ya Sayang. Cari teman yang banyak."

Putri tersenyum kecil dan berbisik. "Of course."

****

Saat ini, Putri tengah berjalan di belakang wanita seumuran mamanya yang akan menjadi gurunya nanti. Jantung Putri bedetak kencang, takut dengan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya di sekolah baru. Karena, selama enam belas tahun hidupnya, Putri tak pernah menjadi murid pindahan.

Apakah mereka akan menyukai ku? Apakah ada pembullyan yang mengerikan di sini? Apa aku bisa berbaur? Bagaimana kalau tidak? Bagaimana kalau mereka tak menyukai ku? Ini kota besar kan? Pasti ada pembullyannya. Ayah...aku takut.

Putri langsung lesu dengan semua pemikiran yang terbang bebas layaknya layangan tanpa tali di otaknya. Dia menarik dan menghela napas, terus seperti itu agar rasa gugupnya berkurang. Ia tak mau saat mempekanalkan diri di depan kelas dengan semua mata tertuju padanya, ia malah mengeluarkan suara bebek keselek yang pastinya sangat tidak keren.

Saat Putri dan juga Bu Irma memasuki ruang kelas, kelas langsung hening. Putri dapat merasakan tatapan dari seisi kelas yang fokus kepadanya dan itu membuat Putri beku tak berkutip. Ujung jarinya dingin, padahal suhu udara biasa saja. Jantungnya berdetak cepat seperti habis lari cepat. Dia takut, sangat.

Ayah... Tuhan...bantu aku.

"Pagi anak-anak! Maaf Ibu sedikit telat."

"Ga papa kok Bu!" salah satu dari murid di kelas ini langsung menjawab. "Gak masuk sekalian juga, gapapa." Putri mendengar bisikan itu, tapi Bu Irma tak merespon dan tetap tersenyum.

Gak denger kali ya?

"Ya udah kalo gitu. Nah! Sebelum kita mulai belajar, Ibu mau kenalin kalian ke temen baru kalian." Bu Irma menoleh ke Putri dan tersenyum. "Sini Cantik. Kenalin diri kamu ke temen-temen baru kamu."

Putri berdiri di depan kelas dengan senyum canggung dan jari yang saling memilin. Dia menunduk, menarik napas sebanyak- banyaknya dan menghembuskan dengan perlahan. Dia manegakkan wajahnya dan tersenyum manis, penuh percaya diri.

"Pagi semua! Nama saya Soviana Putri Bilkies, kalian bisa panggil Sovi atau Via atau terserah mau panggil nama yang bagian mana aja." Putri memperkenalkan dirinya dengan lancar tanpa ada suara bebek keselek yang ikut terucap dan dia bersyukur akan hal itu.

Masih tak ada respon dari murid yang berada di dalam kelas itu dan Putri mulai gugup dibuatnya. Bagaimana tidak? Mereka memandang Putri dengan tidak wajar dan Putri mulai berpikir tentang pembullyan yang mengerikan.

Saat hampir tenggelam dengan pemikirannya yang berputar kesana kemari, ada murid laki-laki yang membuka suaranya.

"Panggil Cantik aja, boleh gak?" dia memiliki rambut kemerahan, sama dengan manik matanya yang sedikit kemerahan saat terpapar matahari.

KISAH MANIS DIBALIK HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang