KISAH 11: KECEWA

167 50 18
                                    

Budayakan Vote terlebih dahulu kawan.....

Makasih dan selamat membaca

***

"Cantik!"

"Suka?"

"Banget! Suka banget!"

Putri berlari mendekati sungai yang berada tak jauh dari hadapannya.

Azka mengajaknya ketempat yang jarang diketahui orang banyak. Tempat dimana Azka menenangkan diri saat gundah.

Ia tak tahu mengapa ia mengajak orang yang baru ia kenal ke sini. Mungkin karena ia merasa semua senyum Putri palsu.

"Kak!! Makasih udah ajak Sovi ke sini, tempatnya bagus banget."

Azka duduk di depan batu, di tempat Putri duduk. Bersandar pada batu itu dan menghadap langsung ke aliran sungai yang lumayan jernih dan tak ada sampah.

"Kenapa Kakak ajak aku ke sini?" Azka diam. Masih menghadap lurus ke depan dengan mata terpejam dan tangan yang menyilang di depan dada.

"Gak tau."

"Kok bisa gak tau?"

"Ya mau bawa aja, ga ada alesan khusus. Iseng kali," Azka menggidikkan bahunya tanda ia tak terlalu mempedulikan kalimat yang baru saja ia lontarkan.

Putri diam.

Azka diam.

Tak ada yang buka suara, hanya aliran air sungai dan desiran angin lembut yang mengisi sepi mereka.

Dan Putri, dia merasa sangat tenang. Baru kali ini ia merasakan ketenangan tanpa tujuh 'sahabat'-nya.

"Tadi Kakak keren banget main basketnya. Kakak jago banget."

"Oh ya? Aku kira kamu lebih seneng kalo Ardan yang cetak angka."

"Aku juga teriak pas Kakak cetak angka," Putri berhenti sebentar dan menarik napas. "Tapi kecil," lanjutnya.

Azka mendengus geli lalu berdiri dari duduknya.

"Ikutin aku."

Putri masih terdiam di tempatnya. Azka menyadari itu dan berbalik.

"Ayo," Azka mengulang dengan gidikan kepalanya, mengisyaratkan Putri untuk mengikutinya.

Putri bingung dan itu tercetak jelas pada raut wajahnya. Tapi Putri ikut saja. Toh, ia juga masih baru di sini.

Kalau-kalau ada kejadian yang tidak diharapkan. Putri bisa seenggaknya sedikit tenang. Karena ia sudah mengantongi beberapa gerakan bela diri.

****

"Kakak mau kemana sih?"

Putri sudah mulai siap siaga. Melihat sekelilingnya hanya ada pohon, semak-semak dan tanah. Kebisingan kota sudah mulai tertinggal di belakang sana. Dan itu bukan hal baik bagi Putri.

"Bentar lagi sampe kok."

Putri berjalan patuh di belakang Azka. Tetap mengikuti kemana Azka melangkah layaknya anak itik yang mengikuti induknya. Ibu bebek.

KISAH MANIS DIBALIK HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang