KISAH 12: DEKAT

105 12 3
                                    

Haloooooooo beeeee....b

Ku balik lagi, mwehehehe...

Pada kangen ga?? Moga masih pd kangen yaa....

Y udah deh ya, aq ga tau lagi mau ngomong apa....

Mungkin blh minta doanya aj ya, supaya nilai UN-ku bagus... (AMIN)

Well i think just that, so..
..happy reading all

!!!!Vote comment please!!!!

°•°•°|°•°

Putri menatap wajahnya yang sedikit sembab di cermin. Ia menyesal karena semalaman suntuk menangis dengan alasan yang sangat tak jelas. Mengapa ia harus bersikap kekanak-kanakan dengan meringkuk sambil menangis di atas lantai? Jadilah pagi ini badannya pegal-pegal karena tertidur di atas lantai dengan wajah sembab yang sangat jelek. Kulitnya menjadi lebih pucat, matanya bengkak dan sedikit memerah. Hampir saja pagi tadi Putri menjerit saat melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin.

"Siapa mak lampir jelek ini?!" kira-kira itu yang akan Putri teriakkan jika ia tak ingat jika 'Mak lampir jelek' itu adalah dirinya sendiri. Benar-benar....

Jadi, dengan mau tak mau dan sangat terpaksa ia harus mengenakan make up untuk menutup wajah jeleknya setelah selasai mandi dan sembahyang. Ia mengenakan alas bedak yang cukup tebal di bagian lingkar matanya yang bengkak dan hitam. Memakai bedak berwarna cerah dengan tambahan sedikit bulsh on pada tulang pipinya dan terakhir memakai lip tint untuk menutup bibirnya yang pucat. Putri merasa sangat beruntung memiliki kulit putih, jadi tidak akan ada orang di luar sana yang tahu setebal apa Putri mengenakan make up. Jika kulitnya gelap barang sedikit saja, akan sangat kontras perbedaan warna kulit leher dan wajahnya, layaknya cabe-cabean Pasar Induk atau tante-tante girang di luar sana. Membayangkannya saja sudah membuat Putri bergidik jijik.

Selesai dengan penampilannya, Putri ke luar dari kamarnya dan mendapati ruang di luar kamarnya gelap gulita. Putri tahu benar jika ibu-nya telah pergi pagi-pagi sekali pastinya. Jadi tugas Putri sekarang adalah, menyalakan semua lampu yang ada di rumah ini kecuali lampu luar dan membuat sarapan bagi dirinya sendiri.

Ia harus melakukan semuanya sendiri. Walau Putri dari keluarga kaya, itu tak membuat Putri bergantung kepada asisten rumah tangga. Ibunya pernah menawarkan, apa Putri ingin dicarikan asisten rumah tangga atau tidak? Dan Putri menolaknya. Ia lebih nyaman melakukannya sendiri. Ia ingin menunjukkan pada ibu-nya jika ia anak yang independent. Dan jika Putri harus merantau ke tempat lain setelah lulus SMA, ia tak akan bingung karena sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah.

***

Putri hampir saja menjerit, lagi karena terkejut melihat Ardan yang sudah duduk ganteng di atas motor besarnya di depan gerbang rumah Putri. Putri mengunci pintu rumahnya, memperbaiki sepatu, baju, rambut, dan apapun yang sekiranya berantakan atau perlu ditata ulang di tubuhnya, baru ia berjalan sedikit berlari ke arah Kak Ardan.

"Pagi."

"Ngapain Kaka ke sini?" sambar Putri tanpa menjawab salam dari lawan bicaranya.

Ardan tersenyum miring dengan sebelah alis terangkat. "Gak jawab salam dulu? Gak sopan banget," cibir Ardan masih dengan tampangnya yang nyebelin tapi ganteng.

Putri diam dan beberapa kali mengerjapkan matanya, baru mulutnya membentuk 'O' sempurna. "Pagi. Jadi, ngapain Kaka ke sini?"

KISAH MANIS DIBALIK HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang