KISAH 16: KEPIKIRAN

89 12 6
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA
DAN KOMEN SETELAH BACA
HAPPY READING....

°•°•°•°•°

"Baru pulang A?"

Azka menoleh ke arah dapur dan mendapati Bibi Mel sedang duduk di kursi makan. Azka tersenyum dan menghampiri wanita yang telah merawatnya itu, lalu mengecup tangan beliau dengan hormat.

Ya, dia memang baru pulang. Saat semua pertandingan selesai dan Tim Azka lagi-lagi menjadi pemenang, Azka tak langsung pulang ke rumah. Azka pergi ke tempat biasanya ia berlatih karate dan berlatih sebentar di sana hanya untuk mempersiapkan dirinya menghadapi turnamen yang sebentar lagi akan diadakan. Dan saat malam sudah menampakkan dirinya, Azka harus kembali berjuang melawan hujan yang tak memberi tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Tapi Azka senang, ia tak terbebani. Ia malah berpikir bisa sekalian mandi hujan, karena tubuhnya benar-benar lengket oleh keringat.

"Tumben Bibi sendirian, paman kemana?" Azka mengambil tempat di samping bibinya, tak mempedulikan bajunya yang basah.

"Belum pulang," Bibi Mel beranjak dari tempatnya dan mulai sibuk dengan kompor, susu dan jahe.

"Kamu mandi sono, basah begitu, ntar masuk angin Aa...."

Tak banyak bicara, Azka dengan patuh pergi ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang mandi keringat, juga hujan.

****

Azka memasuki kamarnya dengan tubuh yang telah terbalut kaos santai lengen pendek dan celana longgar pendek yang kering dan nyaman. Wajahnya sudah kembali segar. Di lehernya tergantung handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah dan acak-acakan. Keningnya beberapa kali berkerut-kerut, memikirkan hal yang tak pernah Azka pikirkan.

Apa terlalu cepat untuk Azka tertarik pada seorang gadis?

Sepertinya tidak, jika gadis itu berperawakan manis layaknya kucing. Dan lagi, Azka sangat menyayangi kucing di antara semua hewan yang ada di bumi ini. Azka tak menyangka akan tertarik pada gadis secepat ini. Tak pernah sekalipun terpikir olehnya.

"Baru kenal Ka...., toh dia juga kalangan atas, jangan ngarep ketinggian lah."

Azka menatap langit luar melalui jendela kamarnya, dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambut dengan handuk. Ia menatap pantulan dirinya di kaca jendelan. Dan sedikit berpikir wajah siapa yang ia ikuti diantara ke-2 orang tuanya.

Ayah-nya?

Ibu-nya?

Banyak yang mengatakan jika Azka termasuk cogan most wanted. Wajahnya tenang- berwibawa, rahangnya tegas, bibirnya terbentuk sempurna, tidah tebal, tidak tipis, alisnya juga lumayan tebal, sangat cocok dengan bentuk matanya yang sedikit meruncing ke atas dan hidung yang sedikit mancung.

Tubuhnya tergolong atletis, karena ia sering berolahraga. Ditambah, ia juga atlet karate. Jadi dia memiliki roti sobek yang tercetak di perutnya, walau tak terlalu besar, dan tak banyak yang tahu hal itu. Karna ia selalu memakai baju longgar, paling hanya teman sesama latihan saja yang tahu.Dan yang menjadi nilai tambah, Azka adalah murid cerdas dengan segudang prestasi. Apa lagi yang kurang darinya? Jadi, tak heran jika setiap minggu sedikitnya ada lima coklat atau sepucuk surat pernyataan cinta di laci mejanya.

Tapi Azka masih tetap berpikir, apa ia memiliki wajah tampan? Benarkah ia memiliki-nya?

"Aa.....!! Dah kelar belum mandinya?" Azka tersadar dari pemikiran bodohnya dan bergegas menghampiri Bibi Mel di dapur.

KISAH MANIS DIBALIK HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang