KISAH 30 : TOPENG ARDAN

49 1 0
                                    

Hari ini, hari Jumat, Putri masuk sekolah. Hanya untuk mengambil rapor miliknya. Ibunya tak ada, jadi Putri yang akan mengambil sendiri. Sepanjang koridor sekolah ia berjumpa dengan murid yang berjalan berdampingan dengan orang tuanya. Ya, tak heran. Karena memang ini adalah pemandangan yang wajar untuk hari pengambilan raport. Tapi dia tidak sedih, ia biasa saja. Hal seperti ini sudah lumayan biasa Putri rasakan. Jadi, dia biasa saja. Intinya, dia kan masih memiliki ibu. Jadi itu membuat Putri sering-sering bersyukur. Wali kelasnya pun sudah tahu jika ibu Putri tak akan datang, karena ibunya itu sudah berbicara pada walin kelasya itu. Jadi Putri tak perlu susah payah menjelaskan ini, itu kepada wali kelasnya yang cerewet.

"Yo! Sovi!" Ika teriak di dekat pintu kelas. Iya menyengir, menampilkan giginya juga membuat mata kucingnya lebih menyipit. Cewe itu membawa sebuah map coklat ditangan kirinya, yang Putri tebak adalah raport milik dia. "Sendirian?"

Putri hanya tersenyum dan menggidikkan bahunya. "Gimana nilai? Ga suram kan?"

Kini Anika yang balik tersenyum dan menggidikkan bahunya. Setelah itu hanya menyengir lebar. "Ga berpotensi di DO kok, hehe," Anika menatap Putri yang sekarang telah bersandar pada balkon yang ada di depan kelas mereka. "Nilai lu pasti bagus,"Anika mengatakan itu karena ia melihat ekspresi tak biasa pada wajah Putri. Jadi, dia hanya ingin menghibur saja.

Putri tersenyum dan sedikit mendengus yang pasti akan langsung kena tegur jika ibunya mengetahui hal itu. "Makasi," Putri melihat kelas masih ramai, jadi akan terlalu menarik perhatian jika ia masuk kesana dan mengambil raport miliknya, kalau-kalau masih ada orang tua yang nanti datang di belakang Putri.

Ya, Putri tak mau mendengar bisik-bisik seperti: eh kok anak itu sendiri?; Paling orang tuanya sibuk.; anak mandiri banget atau yang lebih parah akan ada orang tua yang mengahampirinya, duduk di sebelahnya, memasang wajah manis dan mulai bertanya: kamu anaknya keluarga Bilqist itu ya? Yang punya moll besat di tengah kota itu kan?

Putri rasa akan langsung memasang wajah yang berkata: seriusan?

Jadi, dia tak mau mengambil raport hingga semua tumpukan map di meja wali kelasnya tersisa satu. Miliknya.

"El udah ambil?" Putri melihat Anika yang sekarang ikut bersender di sampingnya, tapi arah pandangnya yang bertolak belakang. Dengan map coklat yang ia kibas-kibas ke wajah, layaknya map itu tidaklah penting.

"Dia mah ngambilnya paling akhir, soalnya nunggu nyokap atau bokapnya balik kerja," jawab Anika masing dengan mengipas wajah. "Pegangin dong, bentar ya," Putri menerima map yang disodorkan Anika. Setelah memberi mapnya itu, ia membuka cepolan asal rambutnya. Membuat rambut yang seharusnya lurus berwarna coklat gelap itu sedikit ikal dan tergerai bebas. Baru Anika menguncir rambutnya menjadi satu dengan rapih. "Makasih," Anika senyum dan kembali menatap lapangan sekolah, tempat orang hilir mudik, keluar-masuk.

"Malem ini ortu El mau adain BBQ, soalnya El udah dapet medali emas lomba lari kemaren," Putri masih diam, ia tahu Anika akan lanjut bicara. "Lo, sama gua diundang," Anika menatap Putri yang masih menatap dalam kelas. "Lo mau ikut?"

Putri diam sejenak, lalu tersenyum. "Ga bisa, aku bakal ikut sama mama ke acara kantor," Putri menatap Anika yang masih menatapnya, lalu tersenyum cerah. "Kalo aku ga ada acara pasti aku ikut, have fun ya!"

"Sibuk ya jadi anak orang kaya," Anika terkekeh dan menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga. "Untung ortu gua cuman jual roti."

"Tapi jatuhnya pengusaha kan? Toko rotinya punya sendiri kan?"

"Iya se," Anika menjawab dengan nada dalam dan juga udara yang berbarengan keluar. Seletah itu mereka terkekeh kecil.

Pertemanan mereka se-simpel itu. Ntah lah, Putri nyaman dengan semua ini. Setidaknya, ia tak perlu terlalu menjaga ekspresi wajah atau memilah kata yang sopan. Ia tak membuat Putri kaku atau tegang. Jadi, Putri sangat teramat nyaman. Dan entah kenapa, kata 'nyaman' membuat Putri teringat akan seseorang. Pemilik senyum manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH MANIS DIBALIK HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang