Memaafkan

1.1K 20 0
                                    

Rintik hujan di pagi yang cerah itu memercikan jilbab lebar Aisyah yang saat ini sedang berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelas nya itu yang ada di lantai dua yang ada di atas.
Dirinya berlari-lari kecil dari gerbang sekolah sampai ke koridor sekolah.
Rintik-rintik yang tadinya kecil, kini mulai membasahi pakaian dan jilbab Aisyah.

Banyak para siswa-siswi yang masih meneduh di pendopo ataupun masjid, tetapi aisyah berniat untuk langsung menaiki tangga dan langsung menuju kelasnya.

Baru sampai langkah ke enam dirinya di kejutkan dengan kedatangan pria berlawanan arah yang selama ini dirinya kagumi.
Ya, dia adalah Indra pria yang selama ini aisyah kagumi.
Untuk sesaat keduanya bertemu pandang, perasaan yang selama ini aisyah hindari kini mulai muncul lagi, dan benar saja saat ini jantung aisyah seakan berontak dan berdetak sangat kencang, hinggalah sampai ke detik ketiga aisyah pun berniat menyudahi pandangan nya tersebut sontak langsung menundukan kepalanya dan melanjutkan perjalanannya menaiki tangga yang tadi sempat terhenti.

Dirinya tahu, jika berlama-lama memandang pria yang bukan makhram nya itu sama saja termaksuk ke dalam Zinah, yaitu Zinah mata.

Indra yang melihat aisyah menunduk pun langsung mengusap wajahnya kasar.

Astagfirullahhal'adzim pekik batin Indra.

Aisyah melanjutkan untuk menaiki tangga menuju kelasnya, dan Indra pun melakukan aktivitasnya berjalan menuruni anak tangga entah ada apa Aisyah pun tidak tahu.

Sesampainya di kelas Aisyah pun langsung mencari tempat kursi nya dimana di tempat tersebut dirinya dan Zahra bertukar cerita, bersenang-senang bercanda ria.
Namun kali ini beda rasanya, aisyah melihat bangkunya saat ini masih terlihat kosong.
Lantaran Zahra hari ini tidak masuk sekolah, di karenakan sakit.

Di sisi lain dirinya sedih, lantaran masih kecewa dengan Zahra, dirinya membiarkan sahabatnya itu menghadapi penyakit sendiri.
Sebenarnya kemarin aisyah berniat untuk menjenguk Zahra, namun Sepeda motornya kemarin sedang di bocor oleh karena itu Ia mengurungkan niatnya menuju rumah Zahra.

Sungguh, dirinya saat ini merasa sangat tidak berguna menjadi sahabat Zahra.
Aisyah memang sedang kecewa dengan sikap Zahra belakangan ini, tetapi sebagai manapun sahabat tidak ada yang tega melihat temannya yang sedang menderita itu menghadapi penyakitnya sendiri.

Berulang kali Aisyah menghela nafas berat.
Aisyah menundukan kepalanya berharap rasa pusing yang mulai menyerangnya saat ini hilang.
Hingga terdengarlah suara yang sudah tidak asing lagi bagi Aisyah  menyeru nya dari ambang pintu kelas.

"Aisyah.....!?" Seru Rara yang kini sedang berlari-lari kecil dari depan pintu menuju kursi Aisyah.

Aisyah yang merasa namanya di panggil menoleh seketika, dan melihat Rara yang kini sedang tergesa-gesa berlari menuju kursinya.

"Ada apa Ra?" Tanya Aisyah sesampainya Rara di berdiri dihadapan kursinya, yang saat ini sedang menghela mengatur nafasnya yang memburu akibat berlari-larian.

"Aku minjem earphone" jawab Rara dengan nada memohon, berharap Aisyah mau meminjamkan earphone nya padanya.

"Oh, mau minjem eraphone, sebentar sebentar" ucap aisyah seraya mengeluarkan earphone nya yang masih ada di dalam tas.
"Nih eraphone nya" sambung aisyah yang langsung memberikan earphone nya pada Rara.

"Wah, makasih ya aisyah, aku minjem dulu ya bentar" jawab Rara, yang langsung melesat pergi meninggalkan tempat kursi Aisyah.

Aisyah yang melihat kelakuan Rara yang seperti anak kecil, hanya menggelengkan kepala, seraya berucap

"Sama-sama" ucap Aisyah pelan.

*******

Jam pelajaran pertama pun di mulai, dimana para siswa dan siswi tidak segan untuk mendengarkan penjelasan materi dari Pak Bowo.

Mengagumi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang