Ngobrol

866 22 0
                                    

"Nggak! Pokonya aku gak mau"

"Ihh Aisyah, ini kesempatan kamu buat bisa dapetin beasiswa itu"

"Enggak Zahra, aku gak mau, aku takut aku gagal"

"Kamu jangan pesimis gini, aku percaya kamu pasti bisa"

Kini Aisyah dan Zahra sudah baikan, kemarin keduanya  berencana untuk ikut menghadiri Majelis ilmu di kawasan Jakarta.
Pada saat itu keduanya mencurahkan semua rasa yang selama ini menghantui keduanya, rasa penyesalan, bersalah, dan keegoisan keduanya membuat mereka berdiam diri untuk sesaat.
Dan kini mereka berdua sudah berkomitmen untuk tidak seegois seperti dulu lagi, dan tidak mementingkan kepribadiannya masing-masing.
Dan sekarang, keduanya kembali berdebatkan masalah hal spele, menurutnya hal seperti ini tidak perlu di perdebatkan, toh itu kan sudah keputusan Aisyah.

Aisyah lebih memilih pergi, dibandingkan harus berdebat panjang dengan Sahabatnya yang Bawelnya tidak ketulungan.
Menurutnya bagi ia jika sekali tidak, ya tidak. Ia tidak ingin lagi bertemu dengan orang yang saat ini ingin ia lupakan.
Ia ingin menghapus semua rasa terpendam yang selama ini cukup ia rasakan seorang diri tanpa harus ada yang tahu.

Zahra menggenggam erat tangan Aisyah saat Aisyah hendak ingin pergi dari kantin menuju kelas nya.

"Percaya sama aku, kamu pasti berhasil" ucap Zahra seraya memohon pada Aisyah untuk mau ikut mewakilkan Lomba Olimpiade di sekolahnya.

Aisyah lebih memilih diam, berkutik dengan isi pikiran yang saat ini sedang  berkelebat di kepalanya.

Sebenarnya Aisyah pun ingin sekali menjadi perwakilan Lomba Olimpiade di sekolahnya namun, ia urungkan niatnya saat mengetahui jika bukan dirinya saja yang ikut mewakilkan Olimpiade di sekolahnya, melainkan Indra juga ikut dalam Perwakilan Lomba tersebut. 

Sudah saatnya kini ia harus melupakan semuanya, melupakan semua rasa yang terpendam ini.

Sudah saatnya kini ia harus menjauh, menjauh untuk tidak bertemu lagi.

Sudah saatnya kini ia menghapus jarak yang pernah ia alami dengannya.

Ia tak ingin jika perasaan yang saat ini ia simpan malah timbul menjadi perasaan yang begitu dalam, hingga larut ke dalam kepedihan.
Sejujurnya ia tak mampu untuk melupakan semua rasa yang ada, namun ia tidak ingin rasa kagum yang saat ini ia rasakan menimbulkan Zinah, Zinah Hati.
Lagi pula, kini Ia sudah memasuki awal kelas 3, sudah saatnya Ia berkutik dengan pelajaran untuk menyiapkan Ujian Nasional yang akan datang kan, bukannya harus ikut Olimpiade seperti itu.

******

Jam istirahat usai, semua murid berhamburan  bergegas keluar dari kantin ke kelas saat bel berbunyi, menandakan jika waktu istirahat sudah selesai

Di kelas Aisyah lebih memilih untuk membaca buku, menunggu Pak Wido yang ingin mengajar di kelasnya datang memasuki kelasnya.
Disampingnya Zahra sedaritadi memperhatikan Aisyah yang saat ini membaca bukunya dengan fokus.
Merasa sedang di perhatikan, Aisyah menoleh seketika menghadap Zahra yang ada di sampingnya.

"Kenapa?" Tanya Aisyah seketika matanya beralih fokus membaca bukunya kembali.

"Nggak, aku heran aja sama kamu, kenapa nggak mau nerima tawaran dari Kepala Sekolah untuk ikut Lomba Olimpiade itu, padahal kan kalo kamu berhasil kamu akan dapat Beasiswa yang kamu inginkan. Kenapa gak di ambil aja coba tawarannya?" Jawab Zahra dan ikut mengajukan pertanyaan yang membuat Aisyah sangat kesal.

Aisyah menoleh seketika saat pertanyaan yang membuatnya sangat kesal itu terlontar dari mulut Zahra.

"Kan aku udah bilang, aku nggak sepintar Indra, lagi juga kita ini udah kelas 3 Ra, masa mau harus ikut Olimpiade si." Jawab Zahra kesal seraya mengalihkan pandangannya ke bukunya dan membacanya kembali.

Mengagumi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang