Di luar dugaan

704 30 0
                                    

Kagum? Ya, aku tidak tahu kenapa rasa itu kembali muncul lagi di hati ku. Yang ku tahu, aku hanya bisa melihatmu dalam diam, dalam do'a walaupun jika nantinya kamu bukan jodoh ku, aku tak akan melepaskan tali silaturahmi kita.

        ~¤¤¤¤~

"Jadi mama beneran nyetujuin olimpiade itu?"

"Iya Sayang..."

"Makasih ma, pa, aku bahagia banget bisa dapet persetujuan dari kalian."

"Iya Sayang, pokoknya tinggal kamunya aja yang serius belajarnya buat Olimpiade tahun ini, mama sama papa bakalan support kamu"

"Iya mah, pasti itu mah"

Aisyah menarik seuntas bibirnya tersenyum, tadinya ia sangat ragu untuk meminta izin pada mama dan papanya, ia pikir mama dan papanya tidak akan memberikan izin untuknya menjadi perwakilan Olimpiade tersebut, tetapi ia berusaha memberanikan diri untuk meminta izin pada Mama dan Papanya seusai Sholat Isya berjamaah.
Dan ternyata semuanya diluar dugaan, Papa dan Mamanya mengizinkannya untuk mengikuti Olimpiade tersebut.

Sungguh senang hati Aisyah saat ini, bukan karena ia senang jika ikut Olimpiade itu, Aisyah bisa selalu bersama dengan pria yang ia Kagumi, namun ia senang, ia ingin membanggakan kedua orang tuanya jika kelak nanti ia berhasil, dan jika gagal, ia tidak akan pernah Putus asa.

Seusai meminta izin pada orang tuanya ia langsung pergi menuju kamarnya yang ada di lantai atas dan berganti pakaian untuk pergi ke Majelis Ta'lim Ilmu yang rutin ia hadiri, ia rajin sekali menghadiri Majelis Ilmu itu, bukan untuk menarik para Ikhwan yang disana, justru ia sangat gemar mendengar Ceramah dari para Habaib.

Setelah berganti pakaian, ia turun menuruni anak tangga dan berpamitan pada kedua orang tuanya, seperti biasa, ia selalu saja di suguhi dengan berbagai omelan dari Mamanya yang kelewat bawel.
Ia di izinkan boleh pergi, jika ia memakan makanan yang mengganjal perutnya. Aisyah memang tidak suka makan malam, ia tidak terlalu suka makan. Justru hal itu yang membuat dirinya mengidap mempunyai penyakit Maag.

"Tidak, tidak, pokonya kamu harus makan dulu sebentar, kalo nggak mau yaudah kamu gak mama izinin pergi ke Majelis Ta'lim" cecer Riana yang menatap Aisyah dengan tatapan menang.

"Nggak mau ma, Ais kenyang, nanti aja makannya kalo udah laper." ucap Aisyah dengan mengalihkan matanya memohon menatap Papanya yang ada disamping Mamanya sedang memakan buah-buahan yang ada di meja makan.

Tersadar akan tatapan dari anaknya Dennis mengalihkan pandangan memandang istrinya Riana yang kini sepertinya sedang menahan amarah, karena Aisyah tidak mau memakan makanan terlebih dahulu sebelum ia berangkat.

"Mah, udah biarin saja Ais pergi, mungkin memang Ais belum laper"
Ucap Dennis pada Riana, dan langsung di angguki oleh Aisyah, tetapi tidak dengan Riana, ia tetap kekeuh dengan prinsipnya.

"Apaansih Papa kok malah ngebela anaknya, Mama tuh ngajarin bener, kalo misalnya Ais kenapa-napa dijalan gimana?" Omel Riana pada Dennis, Dennis yang melihat reaksi amuk istrinya pun menoleh ke Aisyah dan menggeleng lemah.

Aisyah yang mendapat kode seperti itu dari Papanya hanya bisa menghela nafas berat. Ia bingung harus seperti apa lagi membujuk Mamanya agar ia bisa cepat diberi izin oleh Mamanya tanpa harus makan malam.
Sungguh, Aisyah sangat tidak suka Makan Malam.

Mengagumi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang