chapter 5 (new versi)

2.1K 197 7
                                        

Chapter 5:

Arhanitya new versi:

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.

Gracias.

***
Suasana sekolah semakin sepi, sudah 15 menit Arhan menunggu Hani sedari tadi sembari duduk bertengger di atas motornya tetapi gadis yang ia tunggui belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena bosan akhirnya Arhan menyusul Hani ke toilet perempuan.

Setibanya di toilet perempuan, Arhan melihat beberapa pintu yang tertutup rapat membuat dirinya harus mengetuk satu persatu sampai akhirnya tersisa satu bilik pintu diujung toilet.

Tok.. tokk.. tokkk.

"Haniii buka woii!"
"Woi lu di dalem kan?"
"Lama amat sih lu."

Arhan mengoceh terus menerus tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Beberapa detik kemudian dia mendengar suara menangis dari dalam toilet.

Hikss.. hikss.. hiksss..

"Eh? Hani lo di dalam kan? Lo kenapa sih?" Arhan gelagapan mendengar suara tangisan.

"Hitungan ke tiga kalau lo gak buka pintunya, gue dobrak ya!"

"Satu."
"Dua."
"Tiga."

BRAKKK..

Tanpa pikir panjang, Arhan mendobrak pintu toilet dan menampilkan seorang gadis sedang menutup mukanya sembari menangis sesenggukan.

"Lo kenapa?" raut nada Arhan terdengar khawatir melihat penampilan Hani seperti ini. Rambutnya berantakan, dan juga mukanya memerah menahan sakit.

"Sakitt.." ringis Hani dengan suara yang parau.

"Lo kenapa sih?" Arhan benar-benar tidak paham dengan gadis dihadapannya ini.

"Ck! Gak usah banyak tanya, nih ya seharusnya anak cowok tuh ngerasain sakitnya haid kalau lagi datang bulan. Bukannya banyak nanya tapi gak ngelakuin apa-apa!"

Arhan mencoba bersabar karena mendapatkan semprotan dari mulut Hani. Setelahnya dia mencoba mengerti maksud dari perkataan gadis di hadapannya ini.

"Ayo keluar, ikut gue." ajaknya dengan menarik tangan Hani dan langsung beranjak pergi dari toilet perempuan.

***

Arhan memarkirkan motornya di depan minimarket yang tak jauh dari sekolah.

"Lo diem di sini, gue aja yang ke dalem." setelah mengucapkan itu, Arhan meninggalkan Hani yang menatapnya dengan kening mengkerut.

Tak lama kemudian Arhan keluar dengan menyodorkan satu buah ice cream coklat dan juga satu botol kiranti.

"Setiap awal bulan, kakak gue selalu nyuruh gue buat beli pereda sakit haid sama ice cream coklat. Katanya sih, supaya sakitnya reda dan moodnya kembali. Di toilet tadi, lo pasti ngode ke gue kan supaya gue beliin minuman ini?"

"Gue gak ngode ya!" ketus Hani lalu segera meminum pereda sakit haid itu.

"Galak amat. Padahal tadi ingusnya kemana-mana." goda Arhan dengan jahil.

"Sialan lo!" Hani menonjok lengan Arhan dengan keras, tetapi cowok di sampingnya ini hanya terkekeh geli.

"Masih sakit gak?" tanya Arhan sambil memandangi wajah Hani yang sedang menikmati ice cream.

"Udah nggak, thanks ya." balasnya dengan senyuman yang mengembang.

Arhan mengangguk. Kemudian dia melirik arloji hitamnya yang menunjukkan pukul 3 sore lewat 43 menit.

"Ayo Han ke rumah gue, yang lain udah nunggu." Arhan berjalan terlebih dahulu ke arah motornya, lalu memakai helmnya diikuti dengan Hani yang kerepotan memegang ice cream.

"Lo jadi cewek ribet banget ya, sini gue bantu." Arhan maju satu langkah supaya lebih dekat, tangannya dengan gesit memakaikan helm berwarna pink ke kepala Hani tak lupa meng klik tombol berwarna merah yang ada di helm.

Hani mendongak, menatap wajah Arhan dengan jarak yang sangat dekat membuat hatinya berdebar tak keruan. Arhan yang merasa diperhatikan balas menatap Hani. Cowok itu memperhatikan permukaan wajah Hani, mulai dari alisnya yang tebal, bola matanya yang bulat, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, lalu terakhir pandangannya jatuh kepada bibir Hani yang berwarna pink.

Arhan mengulurkan tangannya menuju sudut bibir gadis dihadapannya. Refleks Hani memejamkan kedua matanya.

Arhan yang melihat itu hanya terkekeh geli, "geer banget lo mau gue cium. Tadi gue cuma bersihin ice cream di deket bibir lo. Lagian, gue cium cewek pilih-pilih kali." ucapan Arhan membuat Hani tersadar dari alam khayalnya. Hani merutuki dirinya sendiri karena sudah bertingkah bodoh, kini mukanya terasa panas akibat menahan malu.

Setelah puas ketawa, Arhan menaiki motornya diikuti dengan Hani yang masih menahan malu bercampur kesal. "Pegangan, lo mati gue gak tanggung jawab ya." ucap Arhan yang langsung mendapatkan pukulan di helm full face nya.

"Sembarangan ya kalau ngomong!" kesal Hani semakin bertambah karena mendengar omongan yang nggak-nggak dari mulut cowok yang ada didepannya.

Kemudian, Arhan menancapkan gasnya dengan kencang menyusuri jalanan kota di sore hari. Tanpa sadar, Hani mengeratkan pegangannya agar tubuh mungilnya tidak jatuh akibat Arhan yang membawanya ugal-ugalan.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT NYA!!💖

Jumat, 08 Maret 2019.

ArhanityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang