Pagi ini Hani sudah siap dengan rompi berwarna abu-abu yang dibalut dengan kemeja putih dan juga rok berwana senada seperti rompinya yang merupakan seragam khas SMA Bangsa Negara setiap hari Kamis. Tak lupa ia juga memakai dua buah jepit di ujung kanan dan kiri rambutnya semakin menambahkan kesan cantik di wajahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aroma bumbu nasi goreng memasuki indera penciuman Hani ketika dirinya menuruni anak tangga menuju dapur.
"Nih mama buatin makanan kesukaanmu." Ara - Mama Hani - menyodorkan sebuah piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi.
"Makasih, mah." ucap Hani dengan senyuman mengembang.
Di sela-sela mengunyah, Hani bertanya sambil mengerutkan keningnya, "abang kemana?"
"Abangmu di telpon Reni, katanya ibu Reni masuk rumah sakit. Jadi dia kesana nemenin Reni sekaligus nengok ibunya." jawab Ara. Reni yang dimaksud adalah pacar Hisyam, kakak Hani.
Setelah menghabiskan sarapannya, Hani beranjak dari duduknya lalu izin pamit kepada mamanya ketika ojol yang ia pesan sudah sampai di depan rumah.
"Hani berangkat sekolah dulu, assalamualaikum." Hani mencium telapak tangan Ara kemudian menaiki motor dengan duduk menyamping.
"Waalaikumsalam, hati-hati!"
***
Jarum jam sudah menunjukkan angka tujuh lebih tiga puluh menit, artinya Arhan benar-benar sudah terlambat setengah jam membuat dirinya menambahkan kecepatan motornya diatas rata-rata tanpa memedulikan pengguna kendaraan lainnya yang menyumpah serapahi Arhan yang hampir saja menabrak kendaraan miliknya.
Arhan menghela nafasnya kasar, percuma saja dia ngebut. Toh, dari kejauhan dirinya melihat beberapa anak OSIS kelas 10 sedang berjaga di gerbang sekolah. Arhan memarkirkan motornya di sebuah kedai yang terkenal dengan kedai "Nci bohay" yang letaknya tak jauh dari sekolah.
"Maaf kak, namanya siapa?" tanya salah satu OSIS ber-name tag Citra dengan sopan.
"Kenalin, nama gue Cameron Dallas. Kelas 11 IPA 3." Arhan menjulurkan tangannya kepada adik kelasnya.
Citra tidak membalas uluran tangan Arhan membuat Arhan terkekeh geli.
"Bercanda, elah. Nama gue Arhan."
"Silahkan bergabung ke lapangan bersama murid-murid yang telat, kak. Di sana sudah ada Bu Betty." ucapnya membuat Arhan memaki dalam hatinya.
Lagi-lagi Bu Betty. Kenapa gak Miss Jennifer aja sih?!
"ARHAN! CEPAT LARI!" dari lapangan Bu Betty berteriak dengan penggaris kayu yang selalu ada di genggamannya.
"Sudah jam delapan kurang dan kamu baru datang?!" Bu Betty menatap Arhan tajam.
"Mau jadi apa kamu, huh?!" nada suara Bu Betty terdengar sinis. Arhan mendengar pertanyaan itu dengan entengnya menjawab, "jadi tentara, Bu. Biar makin keren."
"Arhan!" kesal Bu Betty mendengar jawaban anak muridnya yang satu ini.
"Kenapa guruku tercintahhh?" tanya Arhan dengan sabar.
"Sekarang kamu lari 8 keliling, dilanjut push up 50 kali. Jangan coba-coba kabur, ibu akan mengawasi kamu di koridor." ucapnya membuat Arhan memutar matanya malas, "hiya hiya hiya!"
*** Suasana di kantin hari ini tidak beda dari hari sebelumnya. Semua murid rela mengantri memesan makanan kesukaannya demi mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi.
Tak terkecuali tiga cowok ini. Mereka bertiga tengah mengantri di jajaran siomay Bandung yang sudah menjadi makanan favorit karena rasanya yang enak.
"Gue kesel banget sumpah sama tu guru. Seneng banget nyiksa gue, padahal di semester ini gue baru 19 kali telat, kena razia rambut 3 kali dan baru kemarin handphone gue di razia. Salah gue apa sih? Dendam amat." Arhan mulai curhat di sela-sela mengantri.
Pletak! Raka menjitak jidat Arhan dengan keras membuat sang korban menatapnya dengan kesal, "apa sih?!"
"Lo tuh goblok banget sih! Gimana tu guru gak dendam, lo sendiri sering ngelanggar aturan, bego!" ucap Raka dengan terus-menerus memaki sahabatnya yang tidak kapok melanggar aturan.
"Lo tuh harusnya kapok, Ar. Udah tau Bu Betty seneng banget nyiksa murid-murid nakal, apalagi muridnya kayak lo. Bukan seneng lagi ini mah namanya bahagia!" ujar Rozan di akhiri dengan kekehan kecil.
Obrolan mereka pun terhenti karena giliran mereka yang memesan siomay dengan masing-masing porsi berbeda.
Di sisi lain, Jeje memasuki kantin, lalu matanya mencari seseorang. Dan setelah ketemu, dirinya langsung menghampiri meja Hani yang sedang meminum es jeruk bersama kedua sahabatnya.
Hani, Velly dan Latifa kompak mendongakkan kepalanya menatap Jeje dengan mengerutkan keningnya masing-masing.
"Kenapa, Je?" Velly bertanya mewakili kedua sahabatnya.
"Hani, tadi Bu Sisca manggil gue katanya, setelah istirahat lo kudu tagihin uang kas ya. Pak Budi sakit, jadi lo harus manfaatkan waktu jamkos untuk nagihin kas, ya!" tanpa mendengarkan jawaban Hani, Jeje pergi begitu saja.
"Tagihin denda piket juga ya, Han." sahut Latifa, Hani yang mendengarnya hanya mendengus kesal.
"Gara-gara Jeje, jamkos gue harus nagihin uang daripada nonton bias!"
***
A/N:
Hani mulai nagihin kas nya mulai chapter selanjutnya deh yaaaaa..... Hehehe
Lusa sudah lebaran nihhh...
Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin. Maafin ya kl aku jrg update 😂 semoga kalian suka sama cerita Arhanitya, ttp stay di ceritakuuuu ya❤️