Dear Semesta,
Terima kasih banyak. Kau selalu suguhkan aku dan dia pada pemandangan pemandangan rasa romantis yang mampu kami rekam.
Terima kasih banyak. Setiap sudut dibumi ini mampu kami tempati untuk menuntaskan apa itu rindu.Aku masih ingat jelas. Bagaimana cara ia melindungiku dari hujan, menjagaku dari jatuh, meneduhkanku dari panas.
Akupun ingat jelas. Dimana dan bagaimana kami menodai suatu tempat dengan kenangan kenangan penuh warna disana.
Akupun selalu ingat, pada setiap ekspresi diwajahnya. Kutau dia marah namun tetap tersenyum, ekspresi bingungnya, paniknya, konyolnya.
"Makan ya", atau "ayo pulang, kamu udah pucet", atau yang ini "Ngga kedinginan kata siapa, muka pucet tangan gemeter gitu kok, sini pakai jaketku" atau pula yang ini, dimana dia tersenyum, lalu sambil mengacak rambutku ia berkata "Muka ngantuk, Tidur dulu aja, sini (menenpuk pahanya untuk kugunakan sebagai bantal), ntar dibangunin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyoklat
Fiksi Remaja"Tolong, aku bukan kucing peliharaanmu yang bisa terus nunggu dan tetap Stay sampe kamu pulang nemuin aku. Aku adalah burung yang akan tetap tinggal jika kau pedulikan juga kau sayang, dan berani terbang jika memang menetap bersamamu menyakitkan", .