Mantra Sihir? Itu Mustahil!

145 11 2
                                    

Setelah kakiku merasa baikkan, dan tidak membekaskan luka apapun aku teringat harus merapihkan kembali tumpukkan buku yang berserakan di lantai. Berjaga-jaga terhindar dari omelan nenek jika melihat ruangan ini jadi berantakkan karena diriku.

Satu persatu buku-buku tebal yang telah usang dimakan usia ini kutata ditumpuk bertingkat ketempat semula.

"Happy Life Ever After," aku membaca salah satu buku dengan kover yang menarik.

Kubilang menarik karena kovernya yang tebal mengingatkanku akan sesuatu yang tak asing. Ya, aku mengingatnya sekarang. Gambarnya sama seperti lukisan yang kulihat pada dinding depan ruangan ini, dan lukisan yang baru saja kulihat disudut ruangan.

Aku semakin berasumsi bahwa sepertinya entah itu nenek ataupun kakek, adalah penggemar berat lukisan itu. Gambarnya sederhana. Hanya terlukis sebuah rumah tua yang kokoh tanpa cat, masih menggunakan Batu bata. Tapi sangat berkesan nyaman dan rindang. Didepannya terlukis pohon besar yang aku tak tahu namanya apa, membuat rumah itu tampak nyaman. Tidak terkesan angker seperti rumah-rumah difilm horror dengan pohon besar didepan rumahnya. Karena tanahnya pun dihiasi dengan rumput-rumput terawat, dan bunga-bunga berbagai warna, seperti di Taman.

Buku itu kini berada digenggaman tanganku. Dibawah judulnya yang berbunyi "Happy Life Ever After" bertuliskan huruf yang lebih kecil, menuliskan rentetan kalimat yang semakin menarik perhatianku. "Kau hanya perlu bahagia. Karena sihir itu nyata. "

Aku terkekeh pelan membacanya. Bagaimana tidak, kalimat "karena sihir itu nyata." begitu lucu. Jelas saja aku tak percaya. Ini pasti buku tentang dongeng-dongeng sihir seperti Harry Potter yang sering ku tonton filmnya. Lagipula, mana mungkin sihir itu nyata.

Walaupun aku tidak suka membaca. Tapi aku jadi penasaran, buku ini menceritakan tentang apa. Aku membuka halaman, lembar demi lembar dengan cepat. Hanya untuk melihat sekilas, siapa tahu ada hal yang menarik. Jemariku terhenti pada lembaran kertas yang berada ditengah halaman. 303, itu halamannya.

Kau harus hidup bahagia. Aku menciptakan dunia ini untukmu. Karena sihir itu nyata. Yang perlu kau lakukan hanyalah membaca mantra dibuku ini, didepan lukisan yang kubuat. Perhatikan baik-baik, resapi, dan rasakan.

'Halaigahabreb nad, ainud malad kusam. Nalaseynep malad itam umtaubmem naka kat sioge tikides. Atayn uti rihis. Atayn uti aigahab pudih.'

Maka hidup yang kau impikan akan menjadi nyata. Bukan hanya sekedar angan dan khayalan semata. Buktikanlah! Satu pesanku, perlu kau ingat. Hidup selalu penuh risiko.

Membaca sepenggal tulisan dalam satu lembar yang kutemukan itu membuatku makin terkekeh geli. Ini masih pagi buta. Bahkan matahari masih belum menampakkan sinarnya.

Entah terbesit dari mana. Tiba-tiba saja aku ingin membuktikan kebenaran tulisan itu. Aku tahu ini terdengar sangat konyol. Tapi, bukankah tak ada salahnya mencoba? Walau sudah pasti kuketahui jawabannya, ini hanyalah fiksi. Tak ada yang nyata, dan itu mustahil.

Aku berjalan menuju sudut ruangan yang mana terletak lukisan yang kulihat tadi, dengan buku yang berisi mantra sihir itu ditanganku.

"Halaigahabreb nad, ainud malad kusam. Nalaseynep malad itam umtaubmem naka kat sioge tikides. Atayn uti rihis. Atayn uti aigahab pudih," ucapku didepan lukisan, sesuai intruksi dibuku itu.

🎬

2017.12.18
Big Luv fr Kim Alawra😘

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang