16

3.5K 472 36
                                    

"Eomma, bangunlah."

"Nee." Aku terbangun dengan malas untuk menyiapkan semuanya.

"Hyunnie! Pakai sendalmu, diluar dingin."

Dia tersenyum padaku, "Ne Eomma."

Aku menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk Minhyun, dan Junmyeon yang kutemui disana.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ucapku dingin.

"Aku membawa beberapa mainan untuk Minhyun, Aku Appa-nya kan?" Dia menyeringai, "Minhyun, mainlah diruang tengah, Appa yang akan membantu Eomma."

Minhyun menganggukk sembari memindahkan semua mainan barunya.

"Dia anakku kan? Jadi.. kau istriku bukan?" Tanyanya takut.

"Aku tak tahu cara menggunakan pisau, kalau aku salah menusukmu itu murni kecelakaan." Ucapku sarkas.

"Whoaa, Joohyun, kau mengancamku?" Dia memekik seakan aku akan membunuhnya. Tentu saja kulakukan kalau aku ini kebal hukum.

Aku memasang wajah kagetku dengan pura-pura, "Benarkah? Apa terdengar seperti itu?" Lalu kembali ke wajah datarku.

"Bawa ini." Aku menyodorkan sepiring roti dan sayuran, "Makan dengan Minhyun, aku akan membereskan ini."

"Sebentar lagi.. sebentar saja.." Ucapnya lirih.

"Mwo?"

"Aku masih ingin bersamamu seperti ini, sebentar saja.."

***

"Appa, aku mau jadi Robin saat Halloween."

"Kenapa harus Robin?"

"Aku mau berpasangan dengan Appa, Appa cocok jadi Batman. Karna Appa sangat tampan, Eomma."
Suho mengangkat dua jempolnya dan toss dengan Minhyun.

Benar-benar dua orang yang sama.

"Batman itu tinggi kan? Sedangkan Appa itu pendek." Minhyun tertawa mendengar ejekanku dan mulai meledek tinggi Appa-nya.

Suho melotot padaku, "Ya!"

Aku membalas teriakannya, "Wae?"

"Kapan kau akan memujiku eoh?"

"Kapan kau akan blah blah blah, kapan kau akan tinggi Jun?"

"Aish!"

Kali ini aku yang menang.


***

"Eomma, Appa bisakah kalian mengabulkan permintaanku?"

"Permintaan apa?"

"Sebenarnya ini bukan hanya permintaan.." Minhyun menatapku dan Suho bergantian, "Ini juga harapanku selama ini."

"Eung?"

"Aku ingin seorang Adik.. Adik laki-laki.."

Detik berikutnya, Junmyeon menyemburkan air yang sedang Ia minum, dan aku masih menatap Minhyun tak percaya, "A.. Adik?"

"Iya, pasti asik kan? Aku bisa bermain bersamanya, dan yang pasti Ia tak cengeng seperti Jihyun, anak sebelah rumah." Jelasnya.

"Ta-Tapi Minhyun-"

"Eomma..."

"Eomma dan Appa masih bisa menemanimu bermain kan? Apa kami kurang untukmu?"

"Bukan seperti itu Eomma! Banyak temanku yang mempunyai saudara. Mereka bisa bermain sampai waktu tidur, mereka bisa melindungi saudara mereka, dan mereka juga bisa bercerita kepada saudara mereka."

Minhyun menarik napasnya yang habis untuk bicara, "Eomma bisa membuatnya dengan Appa lagi kan?"

Junmyeon terbatuk, kami berdua menatap anak ini tak percaya. Darimana Ia belajar ini semua? Apa Ia terlalu jauh mendengarkan Junmyeon?

"Ini terlalu tiba-tiba Minhyun." Aku berharap Junmyeon dapat menjelaskan lebih lanjut, namun yang kudapatkan hanya tatapan dan gestur aku-tak-tahu-apapun.

Aku lari dan mengunci diriku di kamarku. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis. Aku tak bisa menahannya lagi. Terlalu menyakitkan.

Aku tak bisa memberinya seorang Adik, Suho dan aku tak lagi bersama. Aku tak mau melakukan kesalahan yang sama lagi. Aku ingin Minhyun bahagia, tapi aku tak bisa memberinya Saudara hanya dalam waktu tiga bulan.

Aku.. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan.

Aku ingin melompat dari tepi jurang dan mati. Tapi aku masih ingat dengan Seunghwan, dengan Minhyun, dengan keluargaku.

Anakku sedang berjuang keras untuk hidup, sedangkan aku hanya menyia-nyiakan hidupku.

Bagaimana jika aku membelah badanku dan memberi hatiku pada Minhyun, agar Ia dapat hidup dengan mudah?

Kematian tak akan menyelesaikan apapun.

Perkataan Seunghwan yang selalu kuingat.

Aku menyeka air mataku.

Aku kuat.

Tuhan bersamaku. Bersama Minhyun.

Aku tak takut lagi pada apapun.

Aku berani.

Aku akan melakukan segalanya.

Segalanya.

***

Gimana sih kesan kalian sama ff ini? Hehe.

Bad Boy [SuRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang