Diary Radit

788 24 4
                                    

6 Juli 2004

Saat aku bangun dari tidurku,  aku tidak lagi melihat ben si kucing manisku yang berwarna kuning.  Kucing itu bukan kucing persia ataupun anggora,  dia hanya kucing biasa dengan bulu yang sangat cantik.  Aku berlari mencari ibu ku untuk menanyakan keberadaan ben,  tapi ibuku bilang bahwa dia telah membawa pergi ben ke Taman bermain dengan alasan ayahku yang alergi pada bulunya.

Aku berlari menuju Taman bermain sambil berdoa dalam hati agar ben masih disana.  Aku berlari  membawa sekantong plastik  berisi daging yang kuambil diam diam dari dalam kulkas.
Ben pasti sangat kelaparan,  di saat hari libur begini kami pasti akan bermain bersama.

Syukurlah aku bertemu dengan ben,  tapi siapa yang berada didekatnya?  Dia sepertinya seumuran denganku,  wajahnya juga tidak asing bagiku.  Gadis berkacamata itu memberikan ben roti yang ada ditangannya.  Dia membagikan roti miliknya pada ben.

"Kamu pasti kelaparan?  Pemilik kamu kemana? "

Wanita itu berbicara pada ben,  dia mengelus kepala ben sambil tersenyum.  Aku begitu penasaran dengan wanita itu,  tapi aku begitu takut untuk  menyapanya.

Karena ibuku melarang untuk memelihara ben,  maka aku diam diam pergi ketaman untuk melihat dan memberi makannya.  Tapi aku selalu melihat gadis itu lebih dulu berada disini untuk memberinya makan. Kenapa gadis itu selalu berada disini?  Apa rumahnya ada dilingkungan sini?

"Makan yang banyak ya kitty"

Aku hanya bisa bersembunyi darinya dan mendengarkan dia mengobrol dengan ben. 

Dan esoknya,  aku tidak lagi melihat ben dan gadis itu berada di Taman.  Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa karna tidak dapat melihatnya lagi.

27 juli 2004

Hari ini adalah hari pertama dimana aku sekarang sudah kelas 3 SMA. Ayahku bilang kalau seorang pelajar yang sudah berada ditingkat akhir, pemikirannya harus sudah dewasa. Aku jadi bertanya tanya,  bagaimana yang dikatakan dewasa itu?

Saat aku masuk kedalam kelas,  suasananya begitu asing.  Tapi ada beberapa teman yang masih satu kelas denganku saat kelas 2 SMA. Yang lainnya,  aku tidak mengenalinya.

Aku ingin memilih tempat duduk yang berada didepan,  tapi sepertinya harus kuurungi niatku saat ku lihat gadis pemberi makan ben berada dikelas ini. Dia duduk di bangku nomor 3.

Gadis itu melihat kearahku,  matanya yang Indah tertutup oleh kacamata yang dipakainya.  Pantes saja aku seperti tidak asing dengan wajahnya,  ternyata kami satu gedung tapi berbeda kelas. 

Aku harus duduk dibelakang nya,  dan kali ini aku tidak berniat untuk duduk di bagian depan.  Dan akhirnya aku duduk di belakang gadis itu.  Tepat di bangku nomor 4.

Ini pertama kalinya aku begini,  aku ingin memanggilnya dan berkata " hey.... Salam kenal,  namaku radit". Tapi sekali lagi aku hanya diam sambil melihat belakang punggungnya.

1 Agustus 2004

Sudah seminggu lamanya kami berada di kelas ini,  tapi hanya terhitung beberapa kali kami saling menyapa.  Itupun,  dia hanya menyapa karena ingin meminjam pena milikku. Sial..... Seharusnya kuberanikan diri untuk menyapa dia.  Tapi satu hal yang sudah kuketahui,  gadis berkacamata itu bernama Zia Sarasvita. Namanya begitu Indah,  sama seperti wajahnya yang Indah.

Saat ayah tidak bisa mengantarku kesekolah,  saat itu aku terjebak oleh hujan yang begitu lebat.  Aku berteduh ditempat yang tidak terkena air hujan.  Aku tetap harus berdiri di tempat teduh ini walau 5 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.  Tiba tiba,  gadis yang bernama zia berlari kearahku.  Dia berdiri tepat di sampingku sambil membersihkan rambutnya dari air hujan.  Hanya kami berdua disini,  yang lainnya terus berlari tanpa memperdulikan pakaian mereka yang basah.

My Secret Love - COMPLETED✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang