Shania Gracia, gadis 18 tahun yang terkenal dengan kealayannya. Tapi tak mengurangi kadar kekagumanku padanya. Justru semakin bertambah setiap harinya. Di balik semua sikap konyolnya, dia adalah sosok yang sangat mudah untuk dikagumi dan dicintai. Entah karena kecantikannya atau pun kebaikannya. Seperti aku yang telah terjerat oleh pesonanya. Tapi tak punya keberanian untuk menjadikan dia milikku seutuhnya. Hanya berani bersembunyi di balik topeng persahabatan.
Memperhatikan dia yang sedang bercanda bersama member lain setelah latihan. Menjadi salah satu hobi yang selalu ku lakukan diam”. Duduk dipingir tempat latihan melihatnya yang sedang tertawa meledek Anin. Entah ejekan apa yang di lontarkannya sehingga membuat Anin cemberut yang membuatnya tertawa.
“Hey Shani… sendirian aja… mau Lydi temenin ngga?” Kak Lydia tersenyum mengerlingkan mata menggodaku.
“NGGA”
Suara keras dari tengah ruangan membuat semua orang menoleh.
“Om Lidy minggir! Jauh” dari Ci Shani”
Aku mengulas senyum tipis melihatnya cemberut menggembungkan pipinya. Dia berjalan menghampiriku. Duduk disebelahku, melingkarkan kedua tangannya di lenganku. Kepalanya dia sandarkan di bahuku. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Posesif.