DUA BELAS

178 31 3
                                    

"Setulus-tulus nya manusia, pasti ada saja celah yang terselubung dalam hati nya."

---

"Jadi, selama dua minggu kemarin aku nggak ada kabar karena aku sibuk dengan urusan ku, aku harus merawat ibu di Rumah Sakit, sedangkan untuk sekolah aku pasti tak akan bisa konsen walau pun aku memaksakan, di tambah kasus Ayah yang tak kunjung menerima titik penyelesaian yang pasti. Jadi, apa kamu dapat mengerti keaadan ku saat ini?" Jelas Auva, dan ia selipkan pertanyaan di akhir perkataan nya, yang lantas membuat Arvan berpikir sejenak dan membuat suasana menjadi hening.


Auva berharap Arvan dapat mengerti dengan penjelasan nya, tetapi ia tidak bisa memaksakan ego nya walau Arvan menjawab tidak.

"Hm.... sebenarnya ak--"

"Aku mohon Van setidaknya kamu bisa menghargai penjelasan ku, aku tahu kamu akan jawab tidak tetapi sekarang aku... sudah mulai ada perasaan dengan mu." Ucap Auva gugup.

"Hahahaha..." Arvan hanya membalas nya dengan tertawa terbahak-bahak dan membuat Auva bingung.

Auva POV

Setelah aku duduk, aku langsung memulai pembicaraan dengan-nya.
Awalnya aku merasa gugup, tetapi entah mengapa setelah selesai mengucapkan penjelasan yang pertama, mulutku mengucapkan kejujuran yang ada dalam hatiku.

Aku merasa malu setelah aku mengucapkan hal itu. Tetapi lelaki yang ada di hadapan ku hanya membalas dengan tertawa, seakan itu adalah lelucon semata.

------

"Kok malah ketawa sih Van! Aku jadi malu nih," Ujar Auva sambil menunduk.

"Oke, oke.... tenang aja Va aku bisa kok ngehargain penjelasan kamu, aku juga masih bisa hidup walau kamu nggak ngabarin aku selama dua minggu, aku juga bisa mengerti keadaan kamu sekarang ini. Tapi penjelasan kamu yang terakhir, apa memang benar itu berasal dari hati kamu?" Jelas Arvan.

"Terima Kasih banyak Van, aku nggak bakal nyia-nyiain kebaikan kamu. Soal penjelasan yang terakhir, hm.. i..ya.. itu memang benar nyatanya, entah mengapa selama aku tak bertemu dengan mu walau hanya dua minggu, aku merasakan rindu, aku benar tulus mengucapkan nya, duh kok aku jadi lebay gini ya," -Auva.

"Sama-sama Va, iya aku tau kok kamu pasti tulus. Tetapi setulus-tulus nya manusia pasti ada saja celah yang terselubung dalam hati nya. Aku harap kamu nggak seperti itu ya." -Arvan.

"Jadi kamu maafin aku kan?"

"Nggak,"

"Tuh kan, percuma dong aku ngomong panjang lebar tapi ka--"

Terputus, karena dengan sekejap tubuh Arvan sudah berada dekat depan Auva dan tangan nya sudah mengatup di mulut Auva.

"Iya, aku maafin kok." Ucap Arvan yang berbisik di telinga kiri Auva.

Moment itu sangat Romantis, suasana terasa sangat hangat. Keadaan kembali seperti semula, Auva lega sudah bisa mengatakan apa yang ada dalam hatinya, begitu juga Arvan.

"Va!" Tiba-tiba Arvan berbicara keras saat Auva akan memakan makanan nya yang sudah ia pesan.

*cekrek*

Me Or My Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang