ENAM

267 81 10
                                    

Tampak buram dan gelap, Auva masih mencoba untuk meng-konsentrasikan retina matanya.

Sudah jelas!penglihatannya kembali normal hanya saja sesekali merasakan pusing.

Ia merasakan ada yg merengkuh tangannya, ia menoleh kekiri dan melihat sosok lelaki tampan yg tidur pulas seakan mimpi indah.

Arvan kenapa ada disini?sebenernya gue dimana sih?gue kenapa? -Benak Auva

Auva merasakan gerakan ditangannya, ternyata sedetik kemudian Arvan terbangun dari tidurnya. Arvan menatap Auva dengan senyum mautnya. Auva masih tak mengerti sebenarnya apa yg terjadi pada dirinya.

"Kok gue disini?ini rumah sakit kan?" Tanya Auva.

"Kejadiannya panjang, lebih baik lo istirahat dulu sampai benar-benar pulih, kalau lo cepet sembuh gue pasti bakal ceritain semuanya." Jawab Arvan.

"Tapi...Ayah!Gue mau ketemu sama Ayah!" Sergah Auva yg dengan terburu-buru ingin melepaskan infus nya tetapi keiinginannya itu pupus, Arvan menggemgam erat tangan kiri Auva yg di lekatkan tali infus.

"Lepasin tangan lo!gue mau ketemu Ayah gue!"

"Ngk boleh Va, lo belum sembuh." Jawab Arvan dengan lembut, karena ia tahu pada saat seperti ini ia tidak boleh membiarkan egonya terlepas dari tahanan otaknya.

"Arvan lepasin!lo tahu kan, Ayah gue udah bikin kesalahan yg sangat besar!" Coba Auva lagi dengan nada kesal.

'Jadi Auva udah tahu masalah ayahnya?apa dia jatuh sakit gara-gara masalah ayahnya?' -gumam Arvan dalam hati.

"Iya gue udah tahu kok, tenang aja ayah lo ngk bakal kenapa-kenapa. Dia orang yg baik dan ngk bakal ngelakuin hal sebodoh itu." Jelas Arvan berniat untuk meyakinkan Auva dan juga dirinya sendiri.

"Tapi gue harus pergi Van!gue harrr..." Auva pingsan di pelukan Arvan, detak jantungnya berdenyut tak beraturan. Ia terlalu terbawa emosi dan memantapkan egonya sehingga mengakibatkan tubuhnya yg masih lemah kembali seakan tak bernyawa.

"SUSTER!!!DOKTER!!!" Teriak Arvan yg cukup keras dan akhirnya ia berhasil membawa dokter dan suster yg merawat Auva datang menghampiri mereka.

"Apa yg terjadi dengannya?" Tanya dokter.

"Tadi dia terlalu terbawa emosinya,dan setelah itu ia pingsan." Jawab Arvan dengan rasa bersalah.

"Sudah saya katakan, jangan membuat pasien banyak berfikir dan membuat emosinya memuncak, karena akan berbahya bagi dirinya. Yasudah sebaiknya anda tunggu di luar saya akan memeriksanya." -Dokter.

Terpaksa Arvan keluar dan meninggalkan Auva didalam ruangan sampai pemeriksaannya selesai.

***

"Terduga Korupsi pembisnis berinisial 'A' Sudah ditangkap KPK dan akan menjalani pemeriksaan hingga 1 bulan kedepan."

Suara Reporter salah satu stasion TV Swasta yg sedang meliput.

Air mata Auva jatuh melewati bulu matanya dan meneruskannya ke pipi.
Lagi-lagi ia tak kuat menahan rasa sedih sekaligus penderitaan.

"Va?lo udah bangun?" Tanya seorang lelaki yg menyelonong masuk dengan senampan makanan dan susu di atasnya.

Dengan segera Auva mematikan TV nya dan mengelap air matanya agar Arvan tidak melihatnya menangis.

"Eh lo van, udah gue udah bangun dari dua jam yg lalu." Jawab Auva.

"Dua jam yg lalu?! Kenapa lo ngk ngabarin gue?" Tanya Arvan.

"Emang harus banget ya?".

"Harus, wajib, kudu, mesti, banget." Jawab Arvan tanpa jeda.

"Ih lebay." -Auva.

"Yaudah nih makan dulu,udah gue bawain makan dan lo harus makan semuanya ngk boleh ada sisanya." Ucap Arvan.

"Ngk mau ah!gue mau tidur aja." Elak Auva sambil menarik selimutnya.

"Harus mau!"

"Ngk!"

"Mau Va!"

"Ngk mau Van!"

"Hhhh... gini aja deh kalau lo ngabisin makanan lo gue bakal ajak lo ke taman, Deal?" Tawar Arvan.

"Hmm... ke taman ya??okedeh setuju!"
Mengingat juga Auva butuh hiburan untuk menenangkan dirinya.

"Gue suapin ya, Aaaaa.... ucap Arvan memegang gagang sendok sambil menggoyangkannya seperti pesawat.
Ehh.. kok mata lo sembab gitu?lo nangis lagi?udah gue bilang va lo ng--" terputus.

Auva langsung menarik tangan Arvan dengan sendok berada di genggemannya.. Zleppp.

"Uvah yahh vausah ngomomg ivu hagi, vales hue hengernya." Ucap Auva sambil mengunyah makanannya dan tiba-tiba ia tersendak .

"Uhukkk...uhuk...".

"Nih minum dulu,lagian lo itu kalau lagi makan jangan ngomong. sambil memberikan segelas air.. lagian tadi lo ngomong apasih?" Tanya Arvan sambil terkekeh kecil.

"Ng...nggak ngomong apa-apa kok." Jawab Auva tebata-bata.

"Oh..ok."

Dan dengan secepat kilat Auva sudah menghabiskan makanannya. Ia memang suka makan walau dalam keadaan sakit sekalipun berbeda dari orang biasanya jika sakit pasti tidak selera makan, Anehnya hobby makannya itu tidak mempengaruhi postur tubuh sama sekali, enak yahh..

***

Hehehe part 6 sudah selesai,dont forget to vote,comment,and share ke yg lainnya ya!Hope you like it guys!😊

Me Or My Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang