Jimin bergelung resah di atas ranjang. Ia memeluk dirinya sendiri karena merasakan dingin yang menusuk kulit. Musim di dunia iblis telah berganti beberapa hari lalu dari musim gugur yang berangin sejuk menjadi musim dingin yang beku. Jin sengaja menutup semua jendela menara dengan kaca tebal, membuat seisi menara kini kedap suara. Jimin tak lagi bisa mendengar suara kicauan burung atau suara lain yang bisa sedikit membuat mood-nya membaik. Selama berhari-hari ia terus merasa gundah, kesal, tertekan, karena alasan yang tak diketahuinya.
Pemuda itu menarik selimut ke atas, menutup tubuhnya yang menggigil. Ia sangat benci udara dingin, tak ubahnya seperti iblis lain yang lebih mencintai musim panas dan nyala api daripada udara beku dan gunungan salju.
"Dingin." Ia mengeluh lirih. Matanya berusaha ia pejamkan, berharap dirinya bisa jatuh tertidur terlelap. Hanya saja segala rasa dingin yang menyengat kulitnya seakan tak membiarkannya untuk merasa nyaman dan rileks. Andai kata bukan makhluk abadi, dirinya tentu bisa mati sewaktu-waktu karena hipotermia.
Jin datang tak lama kemudian, membawakan semangkok sup ikan dan roti berukuran besar. Jimin tak terlihat antusias. Daripada makanan, ia lebih menginginkan kehangatan.
"Kau kedinginan?"
Jimin mengangguk. Netranya terpaku pada pria dengan jubah tebal berlapis mantel bulu. Tak seperti biasa, pria iblis itu tak lagi mengenakan jubah lab favoritnya.
Sang pemuda malaikat mengangkat kepalanya yang terasa berat, melipat kedua lututnya ke atas dan memeluk kedua kakinya dengan lengan-lengannya yang terlampau kebas.
Kemeja putih tipis yang dikenakan memang takkan mampu menahan perubahan musim yang cukup ekstrim. Musim lalu saja ia sudah berkali-kali kedinginan, apalagi saat ini.
Jin yang tampak khawatir menjentikkan jarinya, mengubah pakaian putranya dengan jaket tebal berbulu warna biru muda, kaos garis zebra panjang, serta celana denim pendek tebal. Pemuda itu tak lagi menggigil kencang dan mulai merasa lebih baik.
"Ayah sangat merindukanmu dalam pakaian ini." ucap pria tampan itu seraya menyungging seraut senyuman. Jimin hanya menatapnya tanpa ekspresi, bahkan tak mengucapkan terima kasih untuk usaha baik pria itu.
"Aku bahkan tak pernah ingat mengenakan baju ini." Pemuda itu menyibakkan surai lembutnya ke belakang, kemudian mengarahkan pandangan pada pintu di ujung ruangan yang terasa begitu jauh dari jangkauannya. Sesekali ingin Jimin pergi ke sana, keluar dari pintu dan melihat apa yang ada di dunia luar, tetapi mana mungkin ia mampu ketika sebelah kakinya terantai besi berat? Jimin hanyalah seorang tawanan. Namun ia sendiri tak mengerti mengapa dirinya dikurung seperti ini. Ia tak pernah mengingat dosa-dosanya, tak juga Jin memberi tahunya sepatah kata pun.
"Jimin-ah, makanlah dulu. Musim akan berganti dengan cepat seperti tahun lalu. Dalam kondisi ini, kau akan berada di titik terlemahmu. Karena itu makanlah yang banyak dan tetaplah hidup sehat."
Jimin tak mau pria itu mengatakan demikian seolah bersimpati padanya. Namun mendengarkan kata-kata Jin adalah satu-satunya hal yang dapat ia lakukan selama ini, walaupun pemuda itu tak lagi mengerti alasan mengapa ia hidup dengan sebuah rantai besi yang mengikat kakinya.
Jimin lantas menatap benci pada makanan di depannya. Namun perlahan tangannya bergerak mengambil sendok dan melahap sup dalam mangkok, mengunyah isinya dengan cepat dan menelannya tanpa beban.
Jin sudah menyadari sejak setengah tahun belakangan bahwa Jimin mulai berubah. Pribadinya menjadi lebih tertutup dan pendiam selain bahwa pemuda itu berhenti tersenyum dan makan teratur. Dulu, ia akan dengan gembira menyambut Jin dan makan dengan lahap. Tak lupa ia melepas kepergian sang ayah dengan senyuman lebar. Namun hal itu perlahan sirna hingga kini berada di titik terburuknya, anak itu tak lagi merasa ingin hidup.
![](https://img.wattpad.com/cover/114381577-288-k645848.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETE
FanfictionPark Jimin, anak kecil polos berusia 7 tahun, hanya berniat memanggil seekor iblis hewan yang lucu untuk peliharaan. Namun siapa sangka yang terpanggil justru salah seorang pangeran iblis yang sombong, pemalas, dan suka mementingkan dirinya sendiri...