Pemakaman adalah hal yang menyesakkan. Mungkin Suga takkan pernah merasakan itu dulu sampai dirinya bertemu dan belajar dari Jimin bertahun-tahun lalu. Manusia membuatnya dewasa, membuatnya menyadari arti penting dari sebuah ikatan. Mungkin kini ia benar-benar bisa merasakan ikatan yang kuat antara dirinya dengan sosok yang terbaring dengan damai di antara bunga-bunga indah di dalam sebuah peti kayu berwarna hitam pekat.
Suga melirik ke samping kanan-kirinya. Tampak Taehyung yang tengah memeluk lengan almarhum dengan sangat erat. Air mata tak berhenti mengalir ke pipinya. Di belakangnya, Kookie juga menangis sesenggukan seperti bayi. Rapmon dan Hobi ada di depan mereka, ikut menangis seraya memanggil-manggil namanya. Raungan itu seperti menggema keras, membuat batin Suga semakin teriris. Namun Suga lah yang paling paham apa yang membuat pria itu kini bahagia. Akhirnya ia terbebas dari semua bebannya dan bisa tidur dengan damai selamanya.
"Jin-hyung." gumam Suga lirih. Menatap sang kakak telah tutup usia hanya selang 30 tahun sejak Asmodeus menghilang adalah hal yang begitu menyakitkan. Pria ini bahkan belum meminta maaf secara langsung pada Jimin karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi keduanya.
Suga tahu kakaknya itu tidak bersalah. Ia hanya ingin melindungi Jimin. Sang Raja pun tidak bisa dikatakan bersalah juga. Suga tahu ayahnya sangat sayang padanya dan akan melakukan apapun agar dirinya terbebas dari Asmodeus, meski cara yang diterapkannya sangatlah Suga benci.
"Bahkan sampai kau tak ada, Jimin―"
Suga lantas terdiam. Ia menunduk dengan murung, memperhatikan kedua kakinya yang kini berlapis sepasang pantofel hitam dari kulit ular. Selagi menggigit bibir bawahnya, dirinya menahan duka yang bertumpuk dalam hati. Kedua tangannya mengepal, bersamaan dengan derai air mata yang perlahan menjatuhi pipi.
Jimin, kapan kau kembali padaku? Kau sudah berjanji bukan?
Pertanyaan itu setiap waktu selalu bergema dalam kepalanya, memenuhi rongga hatinya yang kian hari kian kosong. Betapa besar arti sosok itu baginya. Namun kini senyuman anak itu hanya sebatas memori yang tertanam dalam benaknya saja.
Aku merindukanmu...
***
333 tahun kemudian
Mahkota raja―Suga meletakkan benda itu tepat di atas ranjang, lalu melempar mantel kebesarannya dengan bebas di atas lantai. Dirinya lantas menaiki ranjang dan duduk di samping seseorang yang tengah tertidur lelap tanpa suara. Sudah beratus tahun lamanya sosok itu tak pernah membuka matanya―tidak sekalipun. Sesering apapun Suga mengunjunginya, membawakannya makanan kesukaannya, atau mengajak saudaranya sekalipun saat berkunjung, tak ada yang bisa membukakan mata yang telah tertutup rapat itu. Tubuh mudanya masih sama persis, tak sedikit pun menua. Hanya rambutnya yang kini terurai sangat panjang, menyapu hingga ke bawah ranjang.
"Jimin, bangun. Aku sudah jadi raja sekarang. Sampai kapan kau mau tidur?! Ayo bangunlah!"
Pria itu tetap pada posisinya, tak ada pergerakan sedikit pun. Suga pun geram.
Ia menaiki tubuh Jimin, lalu memukuli dadanya dari atas, berharap pria itu akan sungguhan bangun kalau ia menghajarnya setengah mampus.
Satu pukulan...
Dua pukulan...
Tiga pukulan...
Banyak pukulan dan Jimin tetap bergeming pada tempatnya. Suga pun berhenti. Ekspresinya berubah sendu. Saat tangisnya pecah begitu saja, ia merebahkan tubuhnya di atas tubuh Jimin, menidurkan kepala di dadanya. Suara gemuruh detak jantung pria itu terus terdengar, berdetak secara konstan dan terkendali.
Jimin masih hidup. Dia akan terus hidup. Jadi kapan dirinya akan bangun?
Suga sering melakukan ini. Mengulangi kegiatannya berkali-kali seperti orang gila. Namun dirinya sendiri hampir frustasi. Ia tak lagi mengerti apa yang mungkin bisa membangunkan pria ini. Apa kalau dirinya mati, Jimin baru akan terbangun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETE
FanfictionPark Jimin, anak kecil polos berusia 7 tahun, hanya berniat memanggil seekor iblis hewan yang lucu untuk peliharaan. Namun siapa sangka yang terpanggil justru salah seorang pangeran iblis yang sombong, pemalas, dan suka mementingkan dirinya sendiri...