Chapter 2

3.1K 474 33
                                    



Jimin awalnya hanya iseng, sumpah tidak serius. Semua berawal dariTaehyung, sahabat sekaligus teman sekelasnya yang tiba-tiba membawa seekor iblis kelinci imut berwarna cokelat muda polos. Anak itu mengatakan baru saja memanggilnya saat mencoba lingkaran sihir dalam buku milik neneknya.

"Wah lucu sekali. Siapa namanya?" tanya salah seorang anak sekelas, seorang gadis berambut ikal cokelat tua yang dikuncir kuda ke belakang.

"Namanya Kookie. Lihat, dia manis sekali." Taehyung mengelus kepala kelinci cokelat itu. Kelinci itu menggeliat senang.

"Kamu hebat sekali ya, ternyata kamu seorang summoner. Tidak semua orang bisa jadi penyihir jenis itu." puji seorang lain, anak laki-laki berwajah manis dengan kedua lesung pipit di pipinya.

"Mungkin aku memang berbakat." ujar Taehyung seraya tersenyum lebar.

Jimin menyeruak di antara kerumunan itu. Ia memperhatikan kelinci imut yang dipeluk sahabatnya itu.

"Jiminnie, kau ingin pegang Kookie?" tawar Taehyung.

Jimin mengangguk. Ia mengelus kelinci milik Taehyung itu. Hewan itu memang selembut kapas. Warna bulunya cokelat cinnamon dan mata berwarna cokelat lebih terang.

Taehyung melihatnya dengan rasa sayang. Tampaknya ia merasa senang jika sahabat lamanya dan sahabat barunya akur. Ia memang sangat penyayang dan itulah yang Jimin sukai dari sahabatnya itu.

"Jiminnie, kau mau coba panggil iblis hewan untuk dipelihara juga? Aku akan membagi lingkaran sihirnya padamu." ujar Taehyungsaat teman-teman sekelasnya mulai kembali ke tempat duduknya setelah bel berbunyi.

Jimin tak pernah kepikiran punya peliharan, tapi kelinci Taehyung memang sangat lucu. Ia kepikiran untuk memelihara seekor, mungkin kucing atau anjing, karena sepertinya keren.

"Hmm." Jimin hanya mengangguk.

***

"Jadi itulah ceritanya kenapa aku bisa memanggil Paman."Jimin menjumput beberapa biji permen jelly pada kotak snack di ruang tamu rumahnya. "Setelahnya, aku pergi ke rumah Taehyungie. Dia memberiku copy-an gambar lingkaran sihirnya dan kapur, kemudian mengajariku mantra pemanggilnya."

Suga menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia terlihat tidak senang,tentu saja.

Penyihir lain akan menangis bahagia jika bisa memanggil salah satu anggota keluarga kerajaan dan mengikat kontrak dengannya. Namun tidak dengan anak ini. Mengapa pikirannya begitu sederhana?

Suga menghela napas seraya menyandarkan badannya yang pegal ke punggung sofa. Ia tak lagi bisa marah atau kesal, ia justru mengasihani dirinya sendiri. Bukannya mendapatkan pemujaan dari partner pertamanya, ia malah diusir seperti seekor serangga menjijikan. Kalau sampai ayahnya tahu ia diperlakukan seperti ini,anak ini bisa mati sekali lahap.

"Lalu, dimana temanmu itu? Yang mengajarimu cara memanggil iblis?" tanya Suga. Sebenarnya ia tidak terlalu penasaran,tetapi barangkali saja ia bisa memanfaatkan anak itu. Jika ia tak bisa memakan partnernya, temannya mungkin juga sama lezatnya.

"Tentu saja di rumah. Paman mau mengunjunginya denganku?"tanya Jimin menawarkan. Kelakuan polos anak itu membuat Sugamenyeringai bahagia.

Yes, bodoh sekali anak ini.

"Wah, boleh dong. Mungkin saja aku kenal dengan iblis yang temanmu panggil." jawab Suga dengan lip service-nya.

"Baiklah, ayo pergi sekarang Paman."

Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang