Chapter 10

2K 327 23
                                    

Suga membuka matanya perlahan, mendapati sosok lain di hadapannya. Sosok yang teramat dikenalnya baik―pemuda berpipi gembil seperti mochi dengan surai halus warna pink catton candy. Betapa ia merindukan sosok ini, seolah telah berpisah dengannya begitu lama.

"Jimin-ah..." Suga memanggil lirih. Tangannya bergerak ke atas, membelai pipi pemuda yang tengah terlelap itu dengan lembut.

Apa ini mimpi?

Suga tak yakin. Ia mendekatkan tubuhnya, menelusupkan tangannya ke pinggang Jimin, memeluknya erat selagi menenggelamkan kepalanya ke dada pemuda tujuh belas tahun itu.

"Kalau ini hanya mimpi, aku tak ingin terbangun. Tak pernah ingin." gumamnya.

Tubuh Jimin merespon. Tangan pemuda itu merengkuh tubuh mungil Suga, mendekapnya lebih erat dalam pelukan―justru hampir membuatnya sesak. Suga tampak sedikit terkejut. Ia melebarkan matanya, mencoba menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah pemuda yang kini dihiasi seraut senyum manis bak malaikat. Jimin membuka matanya yang berkilat seperti batu safir, melihat langsung padanya dengan penuh kebahagiaan.

"Suga-hyung. Akhirnya kau bangun."

Suara tenor tipis itu begitu Suga rindukan, menyebutkan namanya dengan merdu, seakan tengah bernyanyi. Tanpa sadar, Suga menitikkan air mata. Entah apakah itu air mata kebahagiaan atau justru sebaliknya―ia sendiri tak yakin.

"Hei, kenapa kau menangis? Apa ada yang membuatmu sedih?"

Suga tersentak ketika pemuda itu berucap, kemudian menggelengkan kepala. Daripada menjawab, ia lebih memilih untuk kembali membenamkan wajahnya pada dada padat Jimin dan diam.

"Hyung, jangan menangis. Kau sudah tua. Pria tua tidak boleh menangis."

Jimin mengusap kepala arang Suga, membiarkan pria yang lebih tua itu tetap membisu dan bermanja padanya.

"Hyung, ayo pulang. Aku harus sekolah."

Apapun yang terjadi. Suga sendiri tak begitu mengingatnya, tetapi ia mengangguk. Bisa berada di dekat Jimin untuk saat ini saja adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya. Ia merasa sungguh beruntung sudah merawat baik-baik anak ini selama sepuluh tahun.

***

Suga tak mengerti apa yang terjadi―sungguh demi Tuhan.

Ia duduk di meja makan besar dengan hampir semua anggota keluarganya, termasuk ayahnya. Jimin duduk di sampingnya dengan wajah cerah seperti mentari.

"Tunggu dulu, kenapa Jimin-ah ada di sini dan siapa yang membawanya? Lalu apa yang terjadi kemarin?" Suga tidak tahan untuk menyuarakan segala macam kejanggalan yang terjadi. Ia tak mengingat apapun kemarin. Tahu-tahu saja dirinya sudah berada di dunia iblis, dan kini Jimin menyusulnya.

Jin yang duduk di hadapannya menghela napas.

"Kau dibawa pulang karena kondisi kesehatanmu memburuk. Kau itu kurang gizi dan pingsan."

Suga tentu memiliki sedikit ingatan saat dirinya terjatuh dan pingsan di dapur sesaat setelah mengintip portal cermin Jimin. Saat terbangun, tiba-tiba saja ia sudah berada di dunia iblis. Setelahnya, Suga tak mengingat apapun.

"Lalu kau malah dengan bodohnya jatuh dari tangga, dan pingsan. Jimin-ah yang khawatir padamu merengek padaku untuk membawanya kemari." tutur Jin.

Jatuh dari tangga? Seperti anak kecil saja.

Tentu saja Suga tak punya alasan untuk tak mempercayai cerita yang seperti buatan itu, karena ia tak mengingat apapun. Baiklah, untuk kali ini saja ia mengiyakan kebohongan kakaknya, mengingat hampir seluruh badannya nyeri dan pegal dengan sedikit lebam di sana sini.

Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang