Chapter 8

2.2K 350 23
                                    

Betapa terkejutnya seorang Park Jimin ketika mendapati dua orang tamunya sudah berpakaian seragam rapi ketika mereka turun untuk sarapan. Seraut senyum kotak malu-malu tersungging di wajah Taehyung ketika Jimin memperhatikannya dengan dahi berkerut. Bagaimana pun keduanya memang terlihat seumuran dengannya, tentu saja sangat normal jika mereka mengenakan seragam―tunggu, itu seragam sekolahnya kan?

"Kenapa kalian pakai seragam sekolahku?" tanya Jimin bingung. Semoga saja pikiran buruk di kepalanya tidak sungguh terjadi.

"Kami akan pergi ke sekolah yang sama denganmu." balas Taehyung dengan penuh percaya diri.

"Ya?" Kerutan di dahi Jimin menebal begitu saja.

Taehyung dan Kookie mengambil duduk di depan sang tuan rumah. Secara bergantian mereka mengambil roti dan telor yang disiapkan pemuda berambut pink itu di atas meja, tanpa memperhatikan kebingungan dalam rona wajah Jimin.

"Jadi kalian tidak sekedar berkunjung dan pulang ke dunia iblis segera?" Jimin menyuarakan nada sarkastiknya, membuat suasana pagi yang seharusnya ceria itu berubah hening seketika.

"Ah, visaku berlaku untuk beberapa tahun. Aku bisa bersekolah dulu di sini sampai lulus."

"Hah?"

Suga berdehem, memotong pembicaraan .

"Kurasa kau harus menelepon Jin-hyung, Jimin-ah." saran Suga.

"Ya ampun. Harusnya kutanyakan sekalian semalam." Jimin memutar pandangannya.

"Semalam kau menelepon ayah?" tanya Taehyung.

Jimin mengangguk.

"Menemuinya juga, lebih tepatnya."

"Hah?! Harusnya kau mengajakku biar kuhajar ayah brengsek itu." Taehyung mencibir seraya mengepalkan tangan kanannya.

Jimin menggeleng.

"Karena itu aku tidak mau mengajakmu."

***

Saat sarapan, Suga lebih banyak memperhatikan Jimin dalam diam. Pikirannya kembali ke kejadian semalam saat anak itu bersikap aneh padanya. Tentu saja menawarinya makan, menciumnya, dan menangis sambil berkata tak mau kehilangannya adalah hal yang sangat tidak biasa bagi partner kecilnya itu. Apa anak itu sedang dirasuki sesuatu? Meski pikirannya mengarah ke sana, Suga tidak merasa demikian. Ketika ia terbangun, Jimin sudah berada di dapur, menyiapkan sarapan untuknya. Ia bersikap biasa, tak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Sang iblis merasa harus melakukan sesuatu. Sikap Jimin jelas bukan tanpa alasan. Ia mencium hal yang tidak beres, dan ia tak bisa membiarkannya berlalu begitu saja. Sebelum segalanya terlambat, ia akan mencoba mencari tahu pelan-pelan.

Seusai sarapan, Jimin segera bergegas pamit karena ia bertugas di OSIS. Taehyung dan Kookie langsung membututinya dari belakang setelah memunculkan ransel mereka dengan sihir. Suga membereskan piring-piring dengan sekali jentik, kemudian melangkah ke lantai dua. Ia berhenti di depan cermin sihir Jimin, menyentuh permukaannya seraya menutup matanya. Ia menggumamkan sebuah mantra dan menikmati penglihatan dalam benaknya.

Suga melihat Jimin memasuki cermin ke sebuah ruangan putih yang terlihat seperti laboratorium. Jin yang berada di sana, memeluk Jimin dan berbicara sesuatu padanya. Suga tak bisa mendengar percakapan mereka, tetapi Suga bisa melihat raut wajah kecewa yang nampak jelas pada wajah partnernya. Setelah meninggalkan ruang laboratorium itu, Jimin langsung menemuinya di kamar.

Suga melepaskan cermin itu, kemudian terengah-tengah setelah menahan nafasnya untuk beberapa lama. Membaca riwayat benda adalah salah satu hal paling melelahkan, apalagi saat dirinya tidak berada di dunia iblis. Beban yang diterimanya menjadi berlipat kali. Tentu saja jika Jimin tak memberinya makan kemarin malam, ia takkan berani melakukan itu. Ia mungkin akan langsung pingsan setelah membaca mantra.

Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang