Chapter 15

1.8K 306 35
                                    

21 tahun lalu

"Jinnie, kaukah itu?" 

Jin menatap seorang wanita lemah yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan sebuah infus yang menggantung di sisi kanannya. Pria itu berdiri di depan jendela, entah bagaimana caranya masuk ke ruangan inap di lantai lima itu. Ia melangkah perlahan dengan ekspresi getir, menghampiri sang wanita yang baru saja memanggil namanya. 

"Chaeyoung-ah." 

Jin mengusap rambut wanita itu perlahan. Wajah cantiknya tampak pucat―tak bertenaga. 

"Kurasa aku takkan bertahan lama." ujar wanita itu dengan senyum lemah. 

"Apa kau akan menyerah?" 

Wanita itu menggeleng perlahan. 

"Aku akan melahirkannya. Dia adalah hybrid pertama dari terlahir dari rahim seorang hybrid." 

Jin mengeritkan gigi, menatap sendu pada sosok wanita itu. 

"Maafkan aku―" 

Tangan Chaeyoung meraih lengan Jin, sedikit meremas permukaan jas lab itu. 

"Aku tidak peduli dengan nyawaku. Anak ini harus selamat. Kau paham Jin?" 

Jin mengangguk meski ekspresinya justru menunjukkan ketidakpastian. 

.

.

.

Jin memasuki sebuah rumah, disambut oleh seorang wanita berparas jelita. Wanita itu tengah mengandung besar. Dengan terhuyung-huyung, ia menghampirinya, lalu memeluk erat tubuhnya. 

"Oppa!" 

Jin tersenyum padanya, mengusap rambut panjangnya yang diikat kuncir kuda dengan rapi. 

"Sayang, jangan terlalu banyak bergerak. Kau sudah hamil tua." 

"Ini masih tujuh bulan." Wanita itu dengan gemas mencubit pipi gembil Jin, membuat pria itu sedikit terkejut. 

"Justru karena tujuh bulan, sangat rawan terjadi prematur. Kau harus berhati-hati, Jisoo-ah." 

Wanita bernama Jisoo itu mengangguk bersemangat.

"Ayo makan malam, Seokjin-oppa. Pastikan kau menginap malam ini." 

"Baiklah." 

.

.

.
Rendah-riuh pekikan suara Chaeyoung menggema dalam ruang bersalin. Meski kondisinya hampir tidak memungkinkan untuk melahirkan normal, ia tetap bersikukuh untuk tidak melakukan operasi.

Saat suara tangis bayi terdengar keras, wanita itu menangis perlahan, bercampur dengan peluh yang membasahi keningnya. Bayi laki-laki berambut merah muda dengan mata sipit dan kulit pucat itu membuat senyuman pada wajahnya merekah-rekah. 

"Anakku. Anakku sayang..." 

Chaeyoung memeluk bayi yang masih berlumur darah itu, mencium keningnya, sebelum dokter mengambilnya kembali untuk membersihkannya. 

"Selamat Nyonya Park, bayi laki-laki Anda lahir dengan sehat dan normal." 

Chaeyoung menatap sang dokter, kemudian mengangguk ringan. Pandangannya kembali pada si bayi mungil selagi air mata mengalir ke kedua belah pipinya. 

"Ji-min. Namamu Park Jimin." 

.

.

.

Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang