Suasana di ruang tamu tidak terlihat baik, aura keabuan menyelimuti segala sudut ruangan, bergumul di tengah-tengah, tepat di daerah sofa. Keheningan itu membuat Suga seakan tercekik. Di hadapannya tampak dua orang pemuda seumuran dengan Jimin yang sebenarnya ia tahu siapa. Namun ia tak mau menyapa mereka karena tampaknya Jimin akan mulai memberondongnya dengan seribu pertanyaan.
"Chim, kau sungguh tak ingat aku?" Taehyung bertanya kembali, untuk kesekian kalinya malam itu.
"Sudah kukatakan berkali-kali, aku sama sekali tak mengenalmu atau temanmu itu. Kalau kalian sudah tidak ada urusan, kalian bisa pergi." usir Jimin dengan nada cukup kesal. Ia telah menjawab pertanyaan yang sama berkali-kali, membuatnya kehilangan kesabaran.
"Paman Suga, kau melakukan sesuatu padanya ya?" tuduh Taehyung. Ia mengernyitkan dahinya pada Suga yang sejak tadi memilih untuk diam tanpa kata.
"Hei, bukan aku yang melakukannya! Ini kerjaan ayahmu tahu." Suga tak rela dirinya dijadikan kambing hitam. Ia pun memilih untuk angkat bicara.
"Hah? Si pria tak bertanggungjawab itu?"
Taehyung tiba-tiba saja beranjak, membuat Kookie di sebelahnya berjengit.
"Taehyung, kau mau kemana?"
"Mau menemui ayah brengsekku itu."
Sepertinya Suga sudah salah bicara. Mungkin kakaknya akan membuat perhitungan dengannya sebentar lagi setelah membocorkan rahasianya.
"Paman, ayah ada di dunia ini kan?" tanya Taehyung tergesa-gesa.
Suga mengangkat bahunya, pura-pura tidak tahu. "Entahlah. Mungkin saja bersembunyi di dunia iblis."
"Bohong! Dia pasti menemuiku kalau kembali. Huh, aku cari sendiri saja. Aku akan menyuruhkan mengembalikan ingatan Jiminnie tentangku."
Taehyung bergegas pergi. Kookie yang sedikit kebingungan mengikutinya dari belakang. Namun mereka terhenti ketika Jimin mengatakan sesuatu.
"Kenapa kalian semua ribut? Dan siapa yang melakukan apa padaku? Jika aku sungguh-sungguh tahu soal kalian berdua, bisa kalian jelaskan padaku sekarang disini?"
Taehyung berbalik. Ia tahu di sini Jimin tidak salah. Pemuda itu tak mengingat apapun tentangnya. Tentu saja ia sadar kalau ada kemungkinan ingatan anak itu tentangnya dihapuskan sepenuhnya. Meskipun ia menemui ayahnya dan memintanya untuk mengembalikan ingatan Jimin sekalipun, ia tak yakin ingatannya bisa dikembalikan.
Taehyung dan Kookie kembali ke sofanya. Mereka duduk dengan tenang selagi Jimin beranjak, berjalan menuju dapur dan menggerakkan beberapa cangkir dan teko dengan sihirnya. Ia membuat teh untuk kedua tamunya.
"Aku menunggu cerita kalian berdua, tetapi takkan sopan kalau aku tak menghidangkan teh untuk kalian." ujarnya kemudian.
"Jimin-ah, buatkan sekalian untukku." pinta Suga. Ia merebahkan tubuhnya dengan malas ke sofa kesayangannya itu, menarik beberapa bantal di ujung kakinya untuk membuat tumpukan di bawah kepalanya.
"Kau masih saja pemalas Paman. Kalau kembali sebentar ke dunia sihir pun kau tak melakukan apapun. Cuma bermalas-malasan seharian di kamar ditemani dayang-dayangmu." komentar pemuda berambut karamel itu.
"Memang ada yang salah dengan itu? Lagian aku ini memang pangeran yang senggang."
"Setidaknya bantulah Jimin sesekali seperti membersihkan rumah atau memasak."
"Hei, aku bukan pelayannya tahu."
Taehyung berhenti dan hanya memutar pandangannya dengan kesal. Perangai Suga memang yang paling membuat malas untuk diajak berdebat. Pria ini memang tidak peka sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chimchim's Little Spell [MinYoon] - COMPLETE
FanfikcePark Jimin, anak kecil polos berusia 7 tahun, hanya berniat memanggil seekor iblis hewan yang lucu untuk peliharaan. Namun siapa sangka yang terpanggil justru salah seorang pangeran iblis yang sombong, pemalas, dan suka mementingkan dirinya sendiri...