Sorry for typo
😊Sebelumnya...
Jungkook hanya dapat melihat Hyujin sendu. Tubuhnya benar-benar lemas. Ia sudah tidak kuat lagi. Jungkook menutup matanya dan berdoa. Hyungdeul tolong jaga diri kalian dengan baik. Aku akan pergi sesuai permintaan kalian waktu itu. Aku akan menemui eomma dan appa. Aku harap kalian hidup dengan bahagia. Saranghae hyungdeul. Jungkook masih memejamkan matanya, hingga...
Jleb***
"Uhuk..." lagi. Mulut Jungkook mengeluarkan darah. Menambah noda pada baju yang Jungkook pakai. Pisau itu tertancap sempurna di perut Jungkook. Dengan kasar Hyujin mencabut pisau itu. Membuat darah segar mengalir deras dari perut Jungkook. Pandangan Jungkook memburam. Jungkook menatap Hyujin yang tertawa penuh kemenangan sebelum mata sayu itu tertutup.
Hyujin meletakan kembali pisau itu. Kemudian ia memanggil dua namja berbadan besar yang sedari tadi menunggu di luar. "Buang dia ke hutan". Kedua namja itu mengangguk patuh. Hyujin tersenyum miring melihat keadaan Jungkook sekarang. Kemudian ia pergi meninggalkan Jungkook dan kedua namja itu.
Dengan kasar kedua namja itu membawa tubuh pucat Jungkook. Mereka memasukannya kedalam mobil. Mobil itu kembali berjalan. Menembus pepohonan yang rindang. Suara burung hantu, menandakan jalanan hutan yang mereka lewati semakin dalam. Kedua namja itu memutuskan untuk membuang Jungkook di hutan itu. Salah satu namja itu membawa Jungkook layaknya membawa karung beras.
Setiap tetesan darah mengiringi langkah mereka. Mereka meletakan Jungkook di bawah pohon. Setelah itu mereka bergegas pergi meninggalkan Jungkook sendiri.
*
Jam menunjukan pukul 11 malam. Tapi Taehyung tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Saat ini ia sedang berada di sungai han. Memandangi langit malam yang dihiasi bintang-bintang kecil yang indah. Setelah pulang dari kampus, Taehyung tidak pergi ke rumah sakit atau pun pulang ke rumah. Ia memilih duduk di sungai Han, memandangi langit malam.
Taehyung terlalu takut. Ketika ia melihat Jimin, kejadian itu terngiang di kepalanya. Kejadian dimana Jimin hampir meregang nyawa. Taehyung merasa bodoh. Yang ia lakukan saat itu hanyalah diam menyaksikan semunya. Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Butiran bening itu mengalir ke pipi Taehyung. Taehyung menangis. Ia menundukan kepalanya dan terisak pelan.
Angin malam membawa kepedihan yang Taehyung rasakan. Tangannya mulai membuka galeri di ponselnya. Ia mulai mengenang masa-masa indah saat orang tuanya masih hidup. Hingga jarinya berhenti pada satu foto yang membuat hatinya berdesir. Foto yang menunjukan dua namja kecil yang saling merangkul satu sama lain. Di keduannya tercipta senyum lebar yang indah. Itu foto Taehyung dan Jungkook.
"Bogossipo saeng". Taehyung memeluk ponselnya. Berharap bisa merengkuh tubuh kecil Jungkook. Entah kenapa sejak tadi perasaan Taehyung tak tenang. Taehyung selalu merasa seperti ini jika salah satu dari orang yang ia sayangi terluka.
Taehyung mengusap air matanya kasar. Dengan cepat ia pergi ke rumah sakit. Memastikan bahwa perasaannya ini tidak benar. Kakinya berlari mencari taksi. Kemudian melesat pergi ke rumah sakit.
Di tempat lain, Namjoon terlihat gusar. Perasaannya sama sekali tidak tenang. Sejak Jungkook pergi Namjoon memutuskan untuk tetap dirumah dan menunggu Jungkook pulang. Entahlah Namjoon hanya ingin memastikan anak itu baik-baik saja. "Aish... kenapa dia belum pulang juga?". Namjoon mengusak rambutnya kasar.
"Hah... kenapa aku jadi peduli padanya?". Namjoon menghempaskan tubuhnya di sofa. Tubuh dan pikirannya lelah. Masalah Jimin dan Hoseok belum selesai, kini masalah baru muncul. Namjoon memijat pelipisnya pelan. Mencoba untuk menghilangkan denyutan di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung... Jebal! √
FanfictionBeberapa tahun yang lalu, sebuah kecelakaan mobil terjadi. Membuat orang tua keluarga Kim meninggal. Benci, itulah yang di rasakan ke enam anak Tuan Kim pada bungsu mereka yang selamat dari kecelakaan itu. Kim Jungkook namanya. Sejak kecil di jauhi...