Sorry for typo
😊Sebelumnya...
Jinyoung menggengam tangan Jihyun. Ia meletakan tangan itu di kedua pipinya. "Aku berjanji akan mengeluarkan kita dari jeratannya. Aku akan melindungi mu, bu", ucap Jinyoung dengan penuh keyakinan. Jihyun menganggukan kepalanya.
***
Langit semakin sore tak membuat Jungkook beranjak dari tempatnya. Saat ini ia berada di sebuah taman yang hanya keluarganya saja yang tahu. Karena taman yang ia datangi berada di tempat terpencil yang jarang orang datangi. Ia memandang rumput ilalang yang menjulang tinggi di hadapannya. Angin menerpa wajahnya, membuat rambutnya bergoyang. Pandanganya kosong. Tangannya terasa dingin, tapi ia tak mempedulikannya.
Ucapan Minhyun beberapa waktu lalu terngiang-ngiang di otaknya. Ia mendongakkan kepalanya. Menatap langit senja yang terlihat indah. Saat di taksi, ia mencarinya, sesuatu yang bersarang di tubuhnya. Jungkook tak menyangka, jika penyakit yang di deritanya sangat berbahaya. Ia kini memiliki batas waktu untuk hidupnya.
"Appa, eomma, apa aku harus menyelesaikan semuanya sekarang? Apa kalian merindukan ku? Aku pasti akan segera menyusul kalian. Tapi aku harus menyelesaikan masalah yang ada disini dulu. Doakan aku ne", gumam Jungkook. Ia kemudian tersenyum tipis. Apapun yang terjadi ia harus menyelesaikan semuanya.
**
Namjoon mengusak rambutnya kasar. Di depannya kini terdapat puluhan drone dan kamera kecil milik Hyujin. Ia mendapatkan semuanya. Tapi ia kehilangan jejak Jungkook. Tanpa sadar cairan bening itu melintas, melewati pipinya. Ia melihat semuanya. Saat Jungkook berteriak memanggil appa dan eommanya. Saat Jungkook menangis. Saat tubuh Jungkook bergetar hebat karena takut. Ia melihat semuanya.
Jungkook mengalami trauma. Orang tuanya di bunuh bukan karena kecelakaan yang di sebabkan mainan bodoh Jungkook. Dan Jungkook kecil ada disana. Melihat kedua orang tuanya bersimbah darah. Mati mengenaskan dengan banyak luka di tubuh. Ia bahkan tak bisa membayangkan dirinya ada di posisi Jungkook. Mungkin ia sudah mendekam di rumah sakit jiwa karena ia tak bisa mengatasi trauma yang di alaminya.
Sedangkan Jungkook, ia bahkan bertahan selama 10 tahun. Mengatasi semuanya sendiri. Ia bahkan tak ada disaat Jungkook membutuhkannya. Ia merasa menjadi kakak yang tidak berguna. Ia bodoh. Sangat bodoh. Namjoon menatap tangannya, tangan yang pernah ia gunakan untuk memukul Jungkook. Namjoon mengelengkan kepalanya kuat.
"Mianhae Jungkook-ah... hiks... aku bukan hyung yang baik untuk mu... hiks... mianhae...", lirih Namjoon. Ia kemudian ingat akan satu hal. Dengan cepat, ia menggambil ponsel yang ada di atas meja.
"Hyung, datanglah kesini sekarang."
Pip
Namjoon mengusap air matanya. Saat ini ia berada di apartement yang ia beli. Ia datang kesini hanya untuk melepas penat atau memecahakan kasus kepolisian. Tempat ini juga ia gunakan untuk melarikan diri dari dongsaengnya yang hyperaktif. Yang tahu tempat ini hanyalah Yoongi dan kedua orang tuanya.
Tangan panjangnya terulur mengambil kertas merah yang kini telah bertambah. Ia mendapatkannya dari Hoseok saat menjenguk Taehyung tadi. Ia menyingkirkan semua drone dan kamera dari atas meja. Ia kemudian meletakan sebuah foto dan kertas merah itu secara berurutan, sesuai waktu kertas itu di temukan. Pertama ia meletakan sebuah foto berisi kertas merah yang bertuliskan 'Begin'. Di ikuti dengan kertas merah bernomor 16, 6, dan 18.
Namjoon menepuk jidatnya. Ia mendesis pelan. Pantas saja ia tidak dapat menemukan petujuk dari kertas-kertas itu. Jika kertas pertama bertulis 'Begin', artinya kertas terakhir akan bertulis 'End'. Itu artinya ia harus menunggu kertas bertulis kan 'End' itu muncul. Kalau tidak kertas-kertas bernomor ini akan terus bermunculan dan ia tidak bisa memcahkannya. Tapi, ia yakin jika sudah mendapatkan kertas itu, Hyujin akan bertindak lebih kepada keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung... Jebal! √
FanfictionBeberapa tahun yang lalu, sebuah kecelakaan mobil terjadi. Membuat orang tua keluarga Kim meninggal. Benci, itulah yang di rasakan ke enam anak Tuan Kim pada bungsu mereka yang selamat dari kecelakaan itu. Kim Jungkook namanya. Sejak kecil di jauhi...