Chapter: Bitch Still Bitch

3.9K 284 50
                                    

      Daniel menghempaskan berkas-berkas yang berada ditangannya kasar. Kenapa ia harus dihadapkan dengan masalah yang menurutnya menyebalkan? Sabrina mulai gencar mendekatinya sekarang, keuangan Hotel menurun, hubungan sahabatnya dengan Jinyoung dan Guanlin sedikit merenggang, dan sekarang apalagi? Aluna mencoba menjauhinya?

Itu tidak akan ia biarkan. Ia tidak akan tinggal diam. Aluna itu miliknya, dan tidak ada yang boleh memilikinya.

Termasuk Jinyoung.

Daniel mengangkat telpon ketika sekertarisnya menelponnya dan memberitahukan bahwa PR sudah didapatkan. Daniel tersenyum kecil, sekertarisnya ini memang sangat bisa diandalkan. Daniel menyuruh sekertarisnya untuk merubah jadwal yang sudah diatur untuk pertemuan langsung PR dengannya. Ia akan memimpin rapat kali ini, tidak akan melibatkan salah satu orang kepercayaannya.

Oke, satu masalahnya sudah selesai, sekarang ia harus mencari Aluna dan mencoba meminta penjelasan dengan keputusan yang sangat tidak ia mengerti. Daniel berdiri lalu keluar dari ruangannya.

Mencoba mencari Aluna dikediamannya, sangat berharap hubungannya dengan Aluna bisa berjalan mulus kembali.

***

Daniel menatap pintu rumah Aluna lama, ia tidak yakin akan mengetuk pintu itu. Namun, tangannya mulai merambat pada knop pintu dan dengan pelan ia dorong.

Tidak dikunci.

Aluna kenapa sangat ceroboh sampai membiarkan pintunya tidak terkunci seperti ini. Ini bisa mengundang kejahatan, walaupun didalam rumah Aluna tidak ada barang berharga, tapi bagaimana dengan Aluna sendiri? Ia bisa saja diculik saat dalam keadaan tidur, atau saja Aluna bisa di- Daniel buru-buru mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak.

Daniel mulai mendorong pintu dan mencoba memasukinya pelan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun.

Kosong

Di dalam rumah kenapa kosong? Maksudnya, tidak ada siapa-siapa. Kalau Aluna tidak ada disini, lalu kemana perginya Aluna?

Daniel mencoba mencari Aluna kesegala ruangan yang ia hapal namun nihil, Aluna tidak ia temukan. Hanya satu ruangan yang belum ia buka. Dan itu adalah kamar Aluna. Daniel mengarahkan kakinya menuju kamar Aluna yang terletak tidak jauh darinya sekarang, berjalan pelan sampai akhirnya ia tepat berada didepan pintu kamar Aluna. Memegang knop pintu dan mendorongnya ke dalam, Daniel mengerutkan dahinya, pintu ini dikunci dari dalam dan itu semakin membuat Daniel meyakinkan diri kalau Aluna sedang berada dikamar. Mencoba mengetuk pintunya pelan sambil meneriakkan nama Aluna, namun tidak ada jawaban sama sekali.

Pikirannya melayang entah ke mana dan itu membuat Daniel sedikit dilanda rasa khawatir, mencoba mendorong pintunya kembali dengan sedikit kasar berharap pintunya bisa dengan ia mudah dibuka, namun tetap saja tidak bisa. Daniel memundurkan langkahnya kebelakang, dan maju dengan kekuatan penuh yang sudah menumpuk dibagian lengannya.

Daniel mendobrak pintu itu dan berhasil. Sedikit terengah ketika ia bisa memasuki kamar Aluna, namun yang ia dapatkan didepan matanya membuat perasaan Daniel campur aduk. Antara marah, kecewa dan sedih.

Apa yang telah dilakukan Aluna kali ini membuatnya sangat kecewa.

***

Sabrina dan Somi tengah menonton opera sabun dan karena itu keduanya tertawa lepas. Seolah melepas bebannya, Sabrina bahkan tidak mengingat Daniel saat itu.

Somi pun seperti itu, sudah beberapa hari ia di Korea namun belum bertemu juga dengan Guanlin. Dengan menonton opera sabun ini, Somi merasa hubungannya dengan Guanlin akan kembali baik-baik saja setelah sekian lama merenggang.
Padahal opera sabun yang mereka tonton terbilang biasa saja, tidak sangat lucu, namun entah kenapa, mereka berdua tertawa bahkan sampai terbahak-bahak. Sabrina sempat berpikir kalau ia dan Somi menonton acara ini sampai terbahak-bahak, bukan karena tingkah lucu yang ada diacara tv nya, namun ia tertawa lepas seolah mentertawakan kehidupannya yang kembali hancur ketika Daniel lebih memilih untuk bersama Aluna daripada dengannya.

Tidak percaya dengan jalan hidup yang tuhan berikan padanya, tiba-tiba saja tawa lepas Sabrina berubah menjadi tawa perih dengan air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.

Sabrina tidak akan akan melepaskan Daniel, ia bersumpah tentang itu.

***

Hani berpikir keras ketika tadi malam Guanlin menghampiri rumah mereka, maksudnya, rumah Aluna, karena ia sedang kabur dari rumahnya dan ia hanya menumpang lama dirumah Aluna.

Oke, lupakan dengan urusan rumah itu, Hani semakin curiga pada Guanlin yang menginginkan mereka berdua saja dirumah Aluna, tentu saja Aluna dengan Guanlin, mana mau ia berdua saja dengan Guanlin. Hani sekarang berada di Apartment Seongwoo ketika Seongwoo memaksanya untuk tinggal disana ketika tahu Hani diusir Guanlin.

Hani sebenarnya mau mau saja ketika Seongwoo menawarkan tinggal bersama walau sementara, namun mau bagaimana lagi, harga diri dan gengsinya lebih tinggi daripada keinginannya, alhasil Hani menolak tawaran Seongwoo berharap Seongwoo akan memaksanya, namun sepertinya Seongwoo tidak ingin bersusah payah memaksa Hani karena ia paling tidak suka jika harus memaksa seseorang kalau tidak mau, dan hasilnya Hani menjatuhkan harga dirinya demi mendapatkan tempat tinggal sementara, dan reaksi Seongwoo sangat mudah diprediksi, Seongwoo tertawa mengejek, menghina dan sebagainya, namun Seongwoo juga segera membawa Hani ke Apart nya.

Hani mendengus kesal ketika ia tidak bisa leluasa melakukan sesuatu karena di sini hanya ada mereka berdua.

“Gue, gue tidur di mana nanti?”

“Lo? Tidur bareng gue aja.”

Hani tersentak, “yakali bego, gue cewek lo cowok, mana bisa satu kamar.”

Seongwoo tertawa kecil, “ya bisa lah, karena lo dimata gue tuh cowok. Bukan cewek. Sebenarnya gue tuh udah lama raguin lo kalo lo bukan cewek.” Balas Seongwoo diiringi dengan senyum mengejek.

Hani melotot geram, “kurang ajar! Lo gak liat apa dada gue aja ngisi gin-” Hani tiba-tiba saja menghentikkan ucapannya ketika Seongwoo mengarahkan pandangannya pada dadanya, dan tentu saja itu membuatnya malu.

“L-lo, gak usah diliat napa?!”

Seongwoo berdehem kecil, “mana? Gue gak liat lo ada payudara, tepos gitu.” Jawab Seongwoo dengan susah payah menahan semburat merah yang akan keluar di kedua pipinya.

Hani yang dibilang tidak memiliki payudara tersulut emosi, Hani berdiri dari sopa bersiap untuk tidak membalas ucapan Seongwoo dan memilih untuk kedapur. Namun, pergerakkan kakinya terhenti ketika Seongwoo berbicara padanya dengan nada sedikit gugup campur memekik.

“Lo lagi dapet?”

Hani memutar tubuhnya sehinggan bertatapan langsung dengan Seongwoo, “hah? Dapet apa?”

“Itu! Bagian belakang lo, merah ...”

“SEONGWOO BEGO! NGAPAIN LO LIAT SIH?!”




HOTEL


Hotel Service TipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang