Chapter: Gripping Tightly

606 55 8
                                    

      Aluna duduk tepat di depan Daniel, Aluna baru saja sampai dan Daniel terlebih dahulu datang, kafe cukup ramai sekarang, dipenuhi dengan jumlah Mahasiswa yang tengah mengerjakan tugas maupun hanya mengobrol.

Daniel menatap Aluna, “mau pesen apa?”

Aluna menggelengkan kepalanya, “Daniel,”

“Hm?”

Lebih cepat lebih baik, daripada harus basa-basi dulu yang bisa membuatnya frustasi seketika. Ia menghela napas terlebih dahulu, “sebelumnya aku mau minta maaf, aku gak mau jadi tunangan kamu. Aku gak ada niatan buat terikat dalam suatu hubungan, jalan hidup aku masih panjang, aku masih mau bebas terus urus pendidikan adik aku.”

“...”

Aluna melihat Daniel yang hanya terdiam lalu berdehem, “lagian kamu masih ada Sabrina.”

“Aku gak butuh dia,”

“Dan–”

“Aluna,” Daniel menatap dalam mata Aluna, ia menatap Aluna dengan sorot serius, “kalo aku bikin kamu gak nyaman, aku gak bakal maksa kamu lagi.”

Ia masih saja memandang Aluna, walaupun gadis itu memalingkan wajahnya, “atau kalo sejak awal aku emang gak harus tunangan sama Sabrina, pasti gak bakal aku lakuin, yang penting sekarang aku sama Sabrina udah gak ada hubungan apa-apa.”

Daniel kembali mengingat kejadian ketika Guanlin yang memaksa Aluna untuk menjadi miliknya sendiri, padahal Guanlin adalah salah satu orang yang paling sering merendahkan Aluna, tentu saja Daniel tidak akan tinggal diam, walaupun harus mengorbankan persahabatannya, “mungkin emang aku gak harus temenan sama Jinyoung atau Guanlin, aku bakal mutusin persahabatan kita, gak bakal nganggep mereka penting lagi.”

Daniel berdiri, ia berjalan mengelilingi meja lalu mengelus pipi Aluna, pandangannya penuh akan rasa pilu ketika memandang mata Aluna.

Suara Aluna tercekat, matanya membola tidak percaya dengan terus memandang wajah Daniel yang memohon, Daniel mensejajarkan tubuhnya dengan posisi Aluna yang duduk, ia menundukkan kepalanya pada Aluna, ia berkata dengan nada putus asa, “kalo gini, kamu masih mau tinggalin aku?”

Aluna masih terdiam sedangkan Daniel kembali menyorot mata Aluna, ia tersenyum tipis, “kamu masih gak bisa ngertiin aku.”

“Dulu, sebelum aku kenal kamu, status aku adalah anak bos pengusaha terkaya di asia. Aku belum kenal kamu makanya aku setuju aja tunangan sama Sabrina.”

“Tapi aku ketemu kamu waktu itu,” suaranya semakin mengecil, “aku gak ngasih tau kamu, kalo suatu hari nanti, kalo aku udah ngendaliin semuanya, apa yang kamu mau pasti aku kasih.”

“Aku sekarang udah dapet posisi yang aku incar darilama, aku sekarang pengusaha terkemuka, pengusaha yang paling disegani. Apapun yang kamu mau, pasti aku wujudin buat kamu.”

“Jadi, Al, tolong jangan tinggalin aku.”

❁ཻུ۪۪⸙

Aluna keluar dari mobil Daniel, ia mengucapkan terimakasih dan tidak lagi membahas kejadian tadi. Ia menunggu Daniel pergi dan mulai berjalan menuju lift. Selama perjalanan ia tidak ada hentinya memikirkan Daniel yang tampak putus asa bahkan tidak segan untuk menyakiti orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan Aluna.

Contohnya, Sabrina. Ia begitu mencintai Daniel namun kembali terhambat dengan kehadiran Aluna.

Jinyoung yang awalnya memiliki semangat hidup, kini terpuruk dengan bayang-bayang kehadiran Aluna, dan tidak bisa menerima kenyataan kalau Aluna sudah berhubungan dengan Daniel.

Yang terakhir adalah Guanlin, salah satu manusia yang begitu membenci kehadirannya, menghina dan merendahkannya seperti sudah menjadi rutinitasnya. Namun tidak diduga kalau Guanlin akan menjilat ludahnya sendiri.

Aluna hanya tidak memiliki hubungan dengan Sabrina dan Guanlin, namun mereka terlibat karenanya. Tapi, Aluna sama sekali tidak keberatan jika Daniel menghajar Guanlin habis-habisan karena dia memang pantas mendapatkannya.

Tapi tidak dengan Sabrina. Aluna sebagai sesama perempuan mengerti jelas perasaan yang dimiliki Sabrina pada Daniel, dibandingkan dengannya yang hanya menginginkan uang Daniel saja.

Lift berdenting menandakan sudah sampai di lantai yang dituju, Aluna berjalan menuju pintu apartment miliknya lalu menekan password di bagian depan pintu.

Aluna masuk, berniat menyalakan lampu namun tubuhnya seketika terdorong keras pada dinding. Ruangannya masih gelap tapi Aluna dapat merasakan hembusan napas seseorang tepat berada di depan wajahnya.

Selain punggungnya yang mati rasa, Aluna ketakukan setengah mati dan rasanya hampir menangis kalau benar orang yang berada di depannya ini adalah pencuri.

“Dari mana?” Aluna menelan ludahnya, suara itu terdengar berat dan sedikit berdesis seperti menahan amarah.

“S-siapa?” Aluna berbisik rendah, tidak berani menjawab pertanyaan dari laki-laki asing tersebut.

Napasnya semakin mendekati wajah Aluna, menyamping dan berhenti tepat di telinga kanan Aluna, laki-laki itu kembali mendesis lalu bicara dengan suara beratnya, “gue udah nunggu lo lama di sini, tapi lo baru pulang sekarang. Bareng siapa lo pulang?”

HOTEL
Hii. Anjay, akhirnya update juga, mumpung lagi mood wkwkwk. Nextnya lagi proses, pengennya bisa di up besok, doain ya biar idenya ngalir trs. Gue juga pengen ini cerita cepet tamat.

Jadi, gmna nih, sama chapter yang ini?

Hotel Service TipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang