Chapter: Final

841 62 15
                                    

Sejak kejadian kemarin, Aluna tidak tenang untuk menjalani hidupnya. Terasa terbebani dan bayang-bayang Guanlin selalu saja memenuhi otaknya. Aluna benci Guanlin, dia tak lebih dari seorang pria penjilat, tidak punya otak dan tidak tahu malu.

Seorang perempuan yang sering dianggapnya rendah kini Guanlin ingin memilikinya juga.

Tidak tahu ia harus menghadapi Daniel bagaimana jika sampai Daniel tahu.

Drrrt

Aluna melirik handphone nya di atas nakas lalu melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini, seketika Aluna menghela napas berat ketika Daniel yang menelpon.

"Hallo?"

"Hallo, Al. Kamu udah tidur?"

"Iya ... Barusan mau tidur."

"..."

Aluna menunggu apa yang ingin dikatakan Daniel, namun tak kunjung mendengar suaranya, "kalo-"

"Mulai besok gak usah kerja lagi di sini."

Aluna tersentak, kalau ia diberhentikan dari pekerjaannya, lalu bagaimana dia bisa menghidupi adiknya?

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian, seminggu lagi kita akan tunangan."

Absolut.

Oh, ya ampun. Kenapa masalahnya harus sampai ke tunangan segala, masalahnya dengan Guanlin belum beres dan sekarang dia harus dihadapkan dengan masalah baru.

Aluna mengusap wajahnya kasar, rasanya ia ingin bunuh diri saja.

***

"Jadi gitu ...."

Hani menggaruk kepalanya, ia meringis lalu menatap Aluna tidak enak. "Gimana ya, Al? Kok bisa gini sih masalahnya ... Lagian kan dia masih ada tunangan."

"Gue gak mau jadi tunangan Daniel."

Hani menganggukkan kepalanya lalu menjentikkan jarinya disertai dengan senyuman lebar. "Lo putusin aja dia,"

Aluna mengangkat sebelah alisnya, "emang bisa? Lo tau kan, dia kayak gimana orangnya."

"Bisalah. Lo berontak, masa lo mau hidup lo diatur terus sama cowok rese. Kalo lo udah lepas dari Daniel, kan hidup lo bisa normal kayak dulu lagi."

"Gue coba."

Aluna mengambil hpnya dari tas lalu menelpon Daniel.

Hani yang melihat itu langsung membuat gerakan bibir tanpa suara seolah mengatakan, 'loudspeaker, gue pengen denger.'

"Hallo, tumben kamu nelpon, Al?"

Aluna melirik Hani, "aku mau ngomongin sesuatu sama kamu, bisa kita ketemuan di kafe deket apartment aku?"

"... Bisa, nanti jam istirahat kantor aku ke sana."

"Ok, makasih ya."

Aluna baru saja akan memutuskan sambungan telponnya ketika suara Daniel menyebutkan namanya.

"Al,"

"Kenapa?"

"Aku cinta kamu."

Aluna gelagapan sendiri, ia menatap Hani meminta bantuan namun hanya disuguhi wajah bingung atau mungkin lebih tepatnya wajah tidak karuan.

"O-oh, ah yah ... Aku tau."

"..."

"Aku tutup ya?"

Setelahnya, sambungan terputus dan segera Aluna menelungkupkan wajahnya di atas meja. Bagaimana ia mengatasi ini?

Hani pindah duduk ke sebelahnya, ia menepuk bahu Aluna lalu mengucapkan satu kalimat penenang,

"lo gak usah khawatir, pasti ada jalannya."

***

Ada niatan buat publish new story, about hangyul and yoonbin, but gue sadar diri kalo stori ini aja terbengkalai.

Ada yang kangen hotel? Daniel, Aluna, Guanlin sama Jinyoung?

Hotel Service TipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang