Chapter: Tired

3K 248 62
                                    

    “Lo berdua nyusahin banget sih.”

“A-aw! Pelan-pelan napa?”

“Salah siapa make acara pukul-pukulan.”

“Sakit heh, pelan-pelan.”

“Mau jadi jagoan lo berdua? Bisa mukul segitu aja udah songong.”

Guanlin dan Daniel duduk tertunduk ketika Hani memarahi mereka sambil mengobati mereka.

“Iya, Han, iya.”

“Iya-iya, terapin tuh diotak.”

Hani berkacak pinggang lalu melirik Guanlin, “terus maksud lo apaan semaleman berduaan sama Aluna di kamar?”

Mata Guanlin menyipit, “ya senang-senanglah.”

“Nga-pa-in?” Ketus Hani penuh penekanan.

“Masa gue mesti jelasin?” Guanlin melirik Daniel yang membuang muka.

Hani menghembuskan napasnya kesal, “Daniel.”

Daniel mengangkat kepalanya lalu mengangat sebelah alisnya seolah bertanya ada apa.

“Mending lo pulang.”

Daniel tidak menjawab, beranjak dari duduknya pun tidak.

“Lo lepasin Aluna terus balik sama Sabrina.”

Daniel mulai bereaksi, ia memberikan deathglare pada Hani.

“Aluna gak cocok sama lo.”

Mendengar perkataan itu, Guanlin menyandarkan tubuhnya dikursi lalu menopangkan sebelah kakinya, ia melirik Daniel dengan senyum penuh kemenangan.

“Lo juga, Lin. Mending pulang.”

Sekarang gilirin Daniel yang tersenyum kemenangan ketika melihat raut wajah Guanlin yang sedikit terkejut.

“Apa?”

“Pulang, terus jangan ganggu Aluna.”

Daniel meniru gerakan Guanlin, ia menyenderkan tubuhnya dikursi lalu menopangkan sebelah kakinya timpang.

Guanlin meliriknya sebal.

Hani duduk dikursi yang berhadapan dengan Guanlin dan Daniel, ia memijat pelipisnya pengang. “Boleh gue minta sesuatu?”

Daniel dan Guanlin menatap Hani.

“Keluar dari zona nyaman Aluna.”

***

Aluna meringkuk pasrah didalam gulungan selimutnya. Ia malas untuk bertemu Guanlin maupun Daniel.

Daniel yang tidak mau melepasnya dan sekarang salah paham.

Guanlin yang tiba-tiba saja memasuki kehidupannya seolah ingin membuat kehidupan Aluna semakin hancur.

Itu semua beban bagi Aluna. Belum terlepas dari ingatan Jinyoung, Aluna sudah dihampiri dengan berbagai masalah yang semakin hari semakin membuatnya tidak habis pikir.

Ia takut pertumbuhan adiknya akan terganggu jika setiap harinya ada saja laki-laki berbeda yang memasuki rumah atau kamar pribadinya seenak hati.

Ia takut jika adik satu-satunya yang ia miliki akan berpikir negatif dan menganggap hal yang sering dilakukan adalah hal yang patut dicontoh.

Aluna tidak ingin adiknya menjadi sepertinya yang sekarang mulai rusak.

Harga diri? Aluna sudah tidak mempunyai harga diri ketika ia memutuskan hubungannya dengan Jinyoung demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik namun malah semakin mendorongnya pada dasar jurang.

Dianggap hina oleh orang sekitarnya? Aluna harus sudah membiasakan diri dengan atmosphere jijik ketika ia keluar rumah atau ada laki-laki yang memasuki rumahnya.

Harta tidak punya. Cantik tidak. Sekarang ia dianggap hina.

Aluna menelungkupkan wajahnya pada bantal yang ia sandari.

Aluna sangat menyesal ketika ia memilih meninggalkan Jinyoung yang notabene nya laki-laki baik-baik, berharga, namun ia tinggalkan dalam sekejap mata.

Sulit rasanya untuk melupakan Jinyoung.

Sekarang Aluna harus melakukan apa ketika ia tidak mempunyai pekerjaan tetap, dikelilingi masalah, tempat tinggal yang semakin hari semakin membuatnya tidak betah dilingkungan sosial.

Aluna membalikkan tubuhnya, ia menatap langit-langit kamar lalu memejamkan matanya.

Aluna lelah.

***

Jinyoung menghembuskan napasnya pelan. Mimpi tadi begitu menguras emosinya. Kenapa ia bisa memimpikkan mereka -Aluna dan Jinyoung yang tengah berbahagia.

Mimpi tadi seolah menamparnya telak ketika kebahagiaannya dengan Aluna hanya sekilas dan tidak dapat digapai dengan mudah.

Ketika yang ingin diperjuangkan tidak mau diperjuangkan.

Jinyoung tahu Aluna sudah tidak mau dengannya. Aluna jijik dengannya.

Jinyoung membenturkan kepalanya pada meja disisi kasurnya. Rasanya sakit ketika ia tidak bisa melihat Aluna seperti dulu.

Jinyoung turun dari kasur lalu berkaca. Apa yang salah dengannya? Apa dia kurang tampan? Tidak mapan? Kurang harta? Atau ada alasan lain yang membuat Aluna meninggalkannya?

Apakah ini saatnya untuk Jinyoung bangkit? Pergi dari zona sesak yang terus membelenggunya?

Jinyoung tidak tahu ia harus melakukan apa. Keluar dari keterpurukannya atau terus diam dalam keterpurukannya.

HOTEL

Hotel Service TipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang