Daniel mengusap wajahnya kasar ketika menerima laporan bahwa keuangan hotel menurun drastis. Menurun karena Public Relations yang ia miliki mengundurkan diri dengan alasan pribadi.
Hotel yang ia pimpin adalah milik keluarganya, ia hanya menjalani. Sempat berpikir mengapa tidak dari dulu ia bekerja sama dengan perusahan-perusahaan lain. Tidak Independent.
Mungkin ia harus membuka lowongan PR secepat mungkin kalau tidak mau hotelnya hancur. Mulai menandatangi berkas-berkas, Daniel bisa saja membuat hotel ini menjadi Chein Hotel, bukan lagi Independent Hotel. Ah, tolong ingatkan ia untuk segera menemukan PR yang handal dan bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan lain agar hotelnya tetap berjalan.
Daniel memberhentikan pergerakan tangannya lalu mulai menghubungi sekretarisnya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, Daniel melihat sekretarisnya mulai masuk ketika sudah mengetuk.
Mengangguk hormat lalu menatap Daniel seolah bertanya ada apa ia dipanggil, Daniel menyuruh sekretarisnya duduk.
“Jadi, sepertinya kita akan membuka lowongan baru.”
Mengangguk sopan lalu menjawab, “hari ini juga bisa.”
Daniel menatap lawan bicaranya lama, lalu mulai membisikkan sesuatu pada telinga sekretarisnya.
Mengerti apa yang dimaksud sang atasan, ia pergi keluar setelah meminta izin terlebih dahulu.
Daniel memejamkan matanya lelah, rasanya ia sangat ingin melepas jabatan boss ini. Membuatnya selalu pusing. Memijit keningnya pelan, ia mendengar suara pintu diketuk pelan. Berteriak kecil menandakan ia mempersilahkan masuk, dan berdirilah perempuan dengan sepatu hak tinggi di depannya dengan wajah bersemu merah.
Aluna.
“Kenapa?” Daniel bertanya singkat, terkuras ketika memikirkan banyak hal, terutama dengan hotel ini.
Aluna yang hanya menggunakan seragam F&B menatap Daniel sabar. Kali ini keputusannya sudah bulat.
“Maaf, saya mengundurkan diri dari Hotel ini.” Aluna berbicara formal, memandang Daniel sebagai atasan bukan sebagai kekasih. Sempat mengernyitkan alis saat memejamkan matanya, ia berpikir ketika Aluna berbicara untuk undur diri apa ia sudah diberi izin terlebih dahulu dari pimpinan F&B .
Menajamkan pendengarannya ketika ia seperti mendengar nada aneh tersirat didalamnya. “Apa?” Membuka matanya perlahan, Daniel menatap tajam Aluna.
“Saya mengundurkan diri.”
“Ulang.”
“Apa anda tuli?” Tidak menerapkan tatakrama yang sudah diajarkan Ibu nya dulu, Aluna menjawab Daniel tidak sopan.
“Sepertinya kamu perempuan tidak tahmu diuntung.”
Mengernyitkan halis bingung, Aluna tidak mengerti sama sekali dengan apa yang Daniel bicarakan. Mengerti ekspresi bingung Aluna, Daniel mengimbuhkan, “dasar rendahan.”
Tidak. Itu bukan sesuai dengan kata hatinya, kenapa mulutnya mengeluarkan kata-kata seperti itu, Hati dan mulutnya kenapa jadi tidak sinkron seperti ini. Memandang Aluna hati-hati, berniat meminta naaf namun terpotong dengan ucapan datar Aluna seolah tidak tersinggung sedikitpun.
“Saya tahu.”
“Al-”
“Maaf, saya tidak dapat melanjutkan pekerjaan ini lagi. Mungkin anda bisa mencari pekerja yang lebih baik dari saya. Permisi.”
Setelah mengucapkan itu, Aluna langsung mundur beberapa langkah lalu memutar tubuhnya dan hilang ditelan pintu.
Daniel tidak berniat untuk menghalangi keputusan Aluna yang menurutnya sangat tidak spesifik. Mencoba menghilangkan wajah Aluna diotaknya sejenak, Daniel mulai kembali melanjutkan pekerjaannya. Mungkin nanti ia akan berbicara pada Aluna.
***
Guanlin melipat tangannya di dada ketika melihat Aluna keluar dari ruangan boss yang sangat susah untuk ditemui oleh pegawai biasa. Guanlin heran sendiri kenapa Daniel sepertinya sangay mencintai Aluna yang bahkan ia berada dikalangan rendahan.
Aluna sempat meliriknya sekilas namun tidak berlanjut lama sampai akhirnya ia melanjutkan jalannya, diikuti Guanlin yang sepertinya penasaran kemana Aluna akan pergi.
Melihat Aluna mulai menuruni tangga khusus pegawai, ia pun ikut turun tanpa memelankan suara sepatunya. Melewati beberapa tempat sepi, Guanlin akhirnya menarik tangan Aluna sehingga Aluna menatap Guanlin bingung.
“Lo ... ”
“ ... Abis ngapain sama Daniel?”
“Gak ada.”
“Oh, gue tau,”
“Terserah.” Tidak berniat untuk memperpanjang pembicaraan dengan Guanlin, Aluna menarik tangannya pelan lalu memutar tubuhnya. Rasanya ia ingin segera meninggalkan tempat ini.
Melihat Aluna yang akan pergi dari jangkauannya, Guanlin kembali menarik tangan Aluna dan memenjarakan tubuh Aluna dalam kungkungan tangannya dan pintu gudang.
Tersenyum sinis sambil menatap Aluna rendah Guanlin berbicara menyakitkan, “lo abis layanin Daniel kan? Bisa layanin gue juga?”
Aluna membulatkan matanya terkejut, “saya di sini cuma ngasih jasa aja. Gak lebih.” Berusaha untuk mengatur nada suaranya kepada Guanlin yang sekarang tersenyum kecil.
Guanlin memiringkan kepalanya, “Jasa... Semacem layanin nafsu orang?”
Aluna mendorong dada Guanlin keras ketika mendengar ucapan Guanlin yang tidak pantas didengar. Aluna hanya menatap Guanlin datar berbeda dengan kinerja otaknya yang mulai melambat memikirkan ucapan Guanlin baru saja. Apa ia bekerja disini dengan menjadi kekasih boss sendiri menjadi suatu pilihan yang fatal?
Sepertinya, Aluna harus lebih bisa memposisikan dirinya. Orang-orang dari kalangan rendahan tidak pantas berada dilingkungan kalangan orang atas.
HOTEL
![](https://img.wattpad.com/cover/118543018-288-k107481.jpg)