❄ 9

2.2K 366 29
                                    

(PLAY THE MEDIA 👆)
Mainkan sampai end part

🙋🙋👆 Dont Forget To vote 💙💙
-----------------------------------------------------------
• A Series of Christmas Story •
... Chanyeol & Kyungsoo ...
|Chansoo|
|EXO|
----------------------------------------------------------

Kyungsoo's POV
.
.
.

Cahaya sejuk yang terus memberikan hangatnya walau diselimuti dengan hawa dingin. Salju yang saling bergerumbul di pinggir jalan seakan menjadi karpet kerah bagi para artis yang tak dianggap.

Seperti chanyeol...

Tubuh tegapnya yang menjulang bangga pun semakin membuatku merasakan bagaimana menjadi seorang netizen. Membawa kamera dan mengejar sang bintang hanya sekedar mendapatkan beberapa info unik, yang sebenarnya hanya dengan melihat sosoknya dari belakang sudah cukup memuaskan bagiku

Tapi..

Bukankah manusia memang tak pernah merasa puas?

Tak ada satu hadiahpun yang mampu menghentikan permintaan. Seperti diriku, yang tak lelah memandang dirinya sejak beberapa waktu lalu.

"kau suka ice cream?"

Lirihnya yang menoleh dan menatapku hingga seketika membuat derasnya darah di tubuh berlarian kesana kemari saat mata kami bertemu. Layaknya sang anak yang tertangkap basah tengah mencuri sebuah kotak hadiah dari bawah pohon natal, akupun hanya terdiam menatap wajah indahnya.

Katakan saja aku gila dan tidak tau malu...

Tak kuperdulikan suara para manusia di sekitar yang bingung akibat sikap mematungku di hadapan chanyeol, namun anehnya, hal serupa pun di alami oleh namja sempurna ini. Tak urung dirinya membuang kata kedipan dan melayani tatapanku bak pelayan kepada majikan. Seakan hanya kami yang berada di dunia lain.

Hanya dunia kami...

Moment langka setahun lalu dimana hanya ada diriku dan dirinya di sebuah ruangan remang, namun tak memudarkan cahaya indah dari tatapannya, waktu dan udara terhenti sejenak hanya karena rasa sungkan akibat adanya dua adam yang saling menikmati hadiah dari sinterklas.

Hei...

Aku belum menyerah dalam berharap...

Walau kutau dia bukan malaikat, tapi harapan kecil itu masih tersisa. Perlahan dirinya pun maju dan semakin membuatku mendongak demi tak melewatkan hal ini sedikitpun.

Lavender....

Yang tengah mekar di bulan februari...

Dan mengeluarkan aroma khasnya demi menyambut musim semi..

Itulah yang saat ini kuhirup dari tubuh bidangnya. Kokoh dirinya berdiri di hadapan tanpa sedikitpun ingin membuatku berhenti berteriak, meneriakkan semua kalimat permintaan dan rasa syukur berlebih akibat hadiah yang seharusnya belum kuterima saat ini.

"kau tak berubah..."

DEG!

Senyuman manisnya yang teduh pun kembali muncul di sela sela suara detakan jantung.

Tuhan...

Kumohon hentikan waktu...

---------------------

Kamipun duduk di sebuah meja cafe tepat di pinggir jalan. Hawa dingin namun memberikan kehangatan pun merasuk di antara kami. Sweater putihnya yang memiliki garis graffiti pun sangat kontras dengan sweater merahku. Sempat ku malu saat berjalan berdampingan dengannya akibat perbedaan yang cukup mencolok, namun dengan tenang ku coba meyakinkan diri bahwa aku tak senista itu.

"aku menyukai kota ini...." lirihnya memecahkan keheningan.

"um... Memangnya.. Sebelumnya kau berada dimana?"

Tanyaku basa basi berisi penasaran yang sengaja kututupi demi tak terlihat murah baginya. Walau sulit bagiku menyamar menjadi seorang berwibawa dan tenang seperti ini.

"New York.." jawabnya seraya menoleh ke sekeliling, melempar semua pandangan sesaat dariku.

"oh...lalu.. kamu pindah, kar...."

"keluarga..."
jawabnya tegas namun lugas. Tolehan wajah sempurnanya, serta Mata tajam yang langsung menusuk menantang untuk mendapatkan pertanyaan berikutnya dariku, yang aku sendiri pun masih belum mampu membiarkan saliva turun hanya sekedar untuk melegakan rasa gugup.

"bolehkah aku melanjutkan kalimatku?"

Sebuah kalimat tanya yang cukup membuatku sedikit bingung namun memaklumi akan adanya scene dadakan ini. Suara beratnya mampu menggerakan anggukan dariku seakan akan alunan musik merdu.

"aku menyukai kota ini.... Semenjak ada dirimu disini..."

DEG!

Aku tak tau apakah aku memiliki perasaan terhadapnya...

Ataukah terhadap sinterklas beserta para peri yang memberikanku moment ini...

Tangan besarnya yang berbaring tepat di sebelah tanganku,hanya mampu mematung hingga membuatku ikut melakukan hal sama, walau begitu, auranya berhasil membuatku seperti manusia yang baru saja hidup kembali di dunia fana. Tiada senyuman mengembang yang menghiasi di antara kami,hanya keheningan yang tertera dan saling berteriak satu sama lain demi memuaskan batin yang sudah lama terkubur.

Apakah ini sepadan?

Apakah ini sepadan dengan apa yang telah kulakukan?

Grebb..

Tanpa kusadari tanganku yang dingin akibat suasana salju disekitar pun menyentuh kulit nya untuk pertama kali. Lupakan rasa gengsi dan malu akibat rasa yang tak mampu ditahan.

Menuntaskan hasrat...

Itulah yang kuinginkan..

Urat di tangan sang artis pun menempel permanen di bagian atas kulit ariku, hingga membuat bulu kuduk pun merinding tak sesuai dengan skenario awal.

Begitu pula jantungku..

"ini... Mimpi terindah...."

Bisikku di sela sela hembusan angin dingin, yang membiarkan mata kami tetap saling bertahan tak ingin berkedip. Gejolak rasa mual semakin membara seiring dengan jari jarinya yang mulai membalasku. Genggaman tangannya yang hangat membuktikan bahwa harapanku hanyalah harapan semata.

Lupakan bayangan malaikat...

Mari beralih ke harapan lain ..

Bisakah aku berharap untuk menjadi milikmu ?

Walau kutau ini semua hanyalah mimpi, tapi kumohon untuk membiarkanku meminta seperti apa keinginanku kali ini. Aku berjanji akan menggantikannya dengan membantu para jemaat gereja untuk menuangkan air suci di setiap paginya demi mempertahankan mimpi ini.

"jika ini memang mimpi terindah..."

Lirihnya dengan senyuman khas penuh tujuan, eratan tangannya yang mencengkeram tanganku hangat, semakin mempercepat detakan jantung. Terdiam ku menelan saliva yang semakin membanjiri akibat menunggu lanjutan kalimat darinya.

"... Janganlah pernah bangun.."

-TBC-

Mistletoe (Mini S) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang