Hari ini Jisoo membawa beberapa lembar laporan keuangan yang sudah ia print. Memang tidak semua, ia khawatir jika Seokmin nantinya kurang atau bahkan tidak setuju dengan perusahaan yang sudah Jisoo pilih sendiri. Akhirnya yang ia bawa hanya laporan keuangan selama satu tahun.
Ruangan itu sangat sepi, masih sekitar dua puluh menit lagi kelas baru akan dimulai. Begitu Jisoo masuk kelas pun, Seokmin tidak memberikan tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Tentu saja Jisoo kembali khawatir. Siapa tahu pria itu lagi-lagi menghilang?
"Awas saja kalo hari ini gagal lagi, aku akan-"
"Akan apa?"
Jisoo membulatkan matanya. Langsung menoleh ke arah belakang, dan ternyata Seokmin juga baru saja memasuki kelas.
"S-seokmin? A-anu ... Ahh, ini.. Apa kau setuju kalau kita menganalisis laporan keuangannya perusahaan Pledis?"
Tidak mendapat jawaban apa pun dari Seokmin.
"Sudah aku print laporannya, memang hanya setahun, sih... Kau mau melihatnya dulu?"
Seokmin malah sibuk dengan ponselnya.
Ingatkan Jisoo untuk melepas topi dan menjambak rambut pria bernama Lee Seokmin ini nanti!
--- JISOO ---
Miss Soomi meninggalkan kelas lebih cepat dari biasanya. Tentu ini sinyal yang baik. Artinya tugas Jisoo bisa mulai dikerjakan sekarang. Melirik ke arah belakang, memandang Seokmin yang lagi-lagi sibuk dengan ponselnya.
Jisoo menggerutu seakan menyumpahi lelaki itu dengan suara yang bahkan tidak bisa didengar oleh telinganya sendiri. Memantapkan langkah kaki penuh harap, meminta kepastian atas tugas-tugas mereka.
"Seokmin, bisa kita mengerjakan tugas itu sekarang?"
Seokmin menghembuskan napas dengan kasar. Memang tidak terlihat, tertutupi oleh masker yang dipakainya tentu saja. Ia melepaskan earphone, memastikan semua kepunyaannya telah tersimpan dengan aman. Lalu pemuda Lee itu langsung berdiri dan menarik tangan Jisoo.
"Ya! Seokmin, lepaskan!"
Sudah dipastikan Jisoo berusaha melawan, tapi selang beberapa detik, akhirnya ia pasrah juga. Bagaimana tidak? Rasanya Jisoo tengah ditarik paksa oleh seekor kuda!
Seokmin sama sekali tidak bergeming dan malah memantapkan genggaman tangan mereka. Tanpa peduli dengan pandangan teman-teman di sekitar. Atau mungkin, bagi Seokmin bukanlah teman.
Pria dengan masker itu menarik Jisoo hingga ke area parkir sepeda motor. Mengambil salah satu helm yang ia bawa dan memberikannya pada Jisoo.
"Aku bawa mobil, Seok." Jisoo menolak helm yang Seokmin berikan. "Aku akan mengikuti motormu dari belakang."
Jisoo mulai berpaling, namun berhasil kembali ditahan oleh Seokmin. Pemuda itu lagi-lagi menyodorkan helm miliknya. Tanpa bicara sedikit pun.
"Bagaimana dengan mobilku?"
"Pulang nanti akan aku antar lagi ke sini. Cepat naik!" Akhirnya Seokmin mengeluarkan suaranya Juga.
Jisoo mengambil helm yang diberikan Seokmin dengan ekspresi sebal. Bibir munyil dengan olesan lipstick yang begitu tipis itu mengerucut. Mengomel dengan suara amat pelan.
"Apa?" Jisoo mulai ketus.
Jisoo sadar bahwa sedari tadi Seokmin memperhatikannya. Dengan tatapan lapar? Tidak. Raut wajahnya begitu datar. Pria ini memang tidak pandai memberikan ekpresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JISOO [Revisi] (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Kata sahabat memang baik. Tapi jika diletakan pada tempat yang salah, kau mungkin saja akan membunuh seseorang. Bukan, bukan raganya. Tapi hatinya. Jadi, masalah ini berasal dari kata sahabat? Siapa yang harus disalahkan dala...