"Paman, aku da-"
Jisoo yang dengan cerianya datang ke rumah sakit, tiba-tiba terdiam begitu ia membuka pintu ruangan di mana Seokmin tengah dirawat. Senyuman yang tadinya terlihat begitu cerah, malah hilang begitu saja.
Matanya membulat. Jantungnya seakan ditampar.
"Ya! Apa ini?" Suara Jisoo meninggi.
Kedua orang yang sudah berada di dalam ruangan sedari tadi pun, hanya bisa menatap Jisoo dengan penuh tanda tanya di atas kepala.
Namun tidak berselang lama, gadis manis itu menangis histeris, karena benar-benar tidak dapat menahan gejolak emosinya. Kaki Jisoo terasa mulai melemah, hingga membuat ia duduk tersungkur ke lantai.
Tentu saja tingkah Jisoo yang seperti ini, membuat kedua orang tadi sangat panik.
"Jisoo-ya, kau kenapa?" Tegur paman Jongkook.
Reaksi Jisoo sungguh jauh dari ekspektasinya.
Bukankah harusnya Jisoo bahagia?
Kalian tahu? Seokmin sudah sadar!
Sang paman yakin kalau Jisoo melihat kondisi Seokmin sekarang, ia pasti akan sangat senang. Tanpa diduga, gadis manis itu malah meloloskan tangisannya. Menangis segugukan, tanpa peduli siapa yang berada di hadapan.
Jongkook berusaha membawa Jisoo untuk duduk di sebuah kursi kosong tepat di samping ranjang Seokmin, dan berusaha menenangkannya.
Seokmin yang baru beberapa jam lalu membuka mata di saat Jisoo kuliah pun, terdiam bingung melihat reaksi gadis tersebut.
"Kau bawa apa, Jisoo? Apa itu untuk paman?"
Jongkook berusaha mengajak Jisoo bicara, saat gadis itu mulai tenang. Entah kenapa ia berusaha menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan, dengan bahu yang masih saja naik turun untuk menahan tangis.
"Jisoo?"
Ini adalah pertama kalinya ia mendengar suara Seokmin setelah satu minggu lebih. Perasaan Jisoo bercampur aduk.
Gadis bermata kucing itu langsung menatap lurus ke arah sumber suara. Mata dan hidung yang merah, suara isak yang masih sesekali terdengar dan keadaannya yang sudah sangat berantakan, tidak diperdulikan sama sekali. Matanya benar-benar tertuju ke arah Seokmin. Tepat di mata.
"Kenapa kau begini?" Bentak Jisoo. "Kau tahu? Aku mati-matian menunggu dirimu sadar, supaya orang yang pertama kali kau lihat itu adalah aku. Tapi kenapa kau malah sadar saat aku berada di luar? Itu menyakitkan, Lee Seokmin!"
Apa Jisoo bercanda?
Alasan menangis macam apa ini?
Celotehan Jisoo tadi rupanya berhasil membuat Seokmin tertawa terbahak-bahak.
Astaga! Seokmin tertawa! Ini pertama kalinya Jisoo melihat Seokmin tertawa lepas.
Dan perlu dicatat, tanpa masker!
"Apa ada yang lucu?" Tanya Jisoo.
"Kau lucu, Jisoo-ya."
Apakah berkat jatuh dari lantai 3 itu benar-benar berdampak pada kinerja otak Seokmin? Sejak kapan pemuda gila itu bisa bicara selembut ini pada Jisoo?
"Gadis lain terlihat sangat cantik ketika menangis. Menapa kau malah terlihat sangat berantakan, hng?"
Seokmin merapikan sedikit demi sedikit rambut Jisoo yang sudah tidak beraturan, mengusap matanya yang merah dan mencubit pipi yang sedikit berisi itu dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
JISOO [Revisi] (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Kata sahabat memang baik. Tapi jika diletakan pada tempat yang salah, kau mungkin saja akan membunuh seseorang. Bukan, bukan raganya. Tapi hatinya. Jadi, masalah ini berasal dari kata sahabat? Siapa yang harus disalahkan dala...