Dengan sedikit keraguan, Jisoo melajukan mobilnya. Masih begitu jelas dalam ingatannya, bagaimana Dino berusaha menahan kepergiannya. melarang Jisoo untuk menemui si pengirim pesan.
Tapi nampaknya, rasa penasaran Jisoo terhadap semua kisah-kisah Seokmin, membutakan apa pun yang dibuat oleh Dino sebagai alasan.
Sebaliknya, rasa penasaran gadis manis itu semakin memuncak karena sikap Dino yang turut berubah akhir-akhir ini.
Kehidupan Seokmin yang memberikan kesan mengunci rapat jutaan rahasia, begitu menarik untuk diketahui.
Di sisi lain, Dino tidak bisa berhenti untuk mondar-mandir di dekat motornya. keraguannya masih menyelimuti pikiran itu. Kekhawatirannya terhadap perbuatan Taeha pada Jisoo memang tidak bisa dibendung, namun ia juga terpikir untuk mencari bantuan pada Seokmin.
Seokmin mengenal gadis itu 100 persen. Jadi, pasti laki-laki aneh itu tahu apa yang tepat untuk dilakukan sekarang.
Haruskah Dino meminta bantuan Seokmin? Yang benar saja! Itu sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya!
Dino pasti bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan Seokmin!
Ia memang tidak tahu menahu sama sekali mengenai apa rencana Taeha kali ini. Namun, Dino yakin bahwa itu pasti akan berdampak buruk pada Jisoo.
"Gedung kosong?"
Jisoo menghentikan mobilnya.
Sudah sampai di tempat yang telah dijanjikan.
Sejujurnya, Jisoo enggan untuk turun dari mobil. Apakah benar ini tempatnya?
Gedung kosong?
Kotor, pembangunan yang belum selesai, dan juga sedikit mengerikan.
Bahkan orang gila pun, tidak mungkin mau melakukan pertemuan untuk pertamakalinya di gedung seperti ini. Pikir Jisoo.
Tadinya Jisoo mengira ada sebuah kafe, taman atau semacamnya, yang cocok menjadi tempat untuk bertemu.
Ini adalah gedung yang sudah tua dan tak berpenghuni!
Meraih ponsel yang tergeletak di dalam tas selempang kecilnya, Jisoo mencoba untuk menghubungi pengirim pesan. Mencoba memastikan bahwa ia mungkin saja salah tempat.
"Halo? Aku Jisoo. Kau yang mengirimkan pesan untuk bertemu kemarin, kan?" Sapa Jisoo, begitu sambungan telponnya disambut.
"Benar, kau di mana? Aku sudah di tempat."
"Aku juga sudah sampai di lokasi. Tepat di belakang gedung hotelnya Seokmin. Tapi, di sini hanya ada gedung kosong."
"Masuklah ke dalam. Aku menunggumu."
"Ahh, benarkah? Baiklah. Tapi-"
Belum sempat Jisoo menyelesaikan kalimatnya, sambungan telpon itu diputuskan secara sepihak.
"Ck!" Jisoo mendesak sebal. "Harusnya aku minta bicara di luar saja, tadi!" keluhnya.
Jisoo keluar dari mobilnya. Angin begitu deras menyapu dedaunan yang berwarna cokelat dan telah berguguran, menambah kesan menyeramkan di sekitar gedung.
Meski sedikit takut, rasa penasarannya terhadap kehidupan Seokmin telah memenuhi pikiran dan menyapu bersih ketakutannya saat ini.
Ia langkahkan kaki masuk ke dalam gedung yang masih terbentuk kasar oleh semen, tanpa pemoles apa pun. Ranting yang berserakan memang menambah kesan mencekam, namun sekarang tidak begitu dihiraukannya.
Yang ada di pikiran Jisoo saat ini hanyalah, bagaimana kehidupan Seokmin hingga membuat laki-laki itu begitu tertutup dan misterius.
"Jisoo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JISOO [Revisi] (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Kata sahabat memang baik. Tapi jika diletakan pada tempat yang salah, kau mungkin saja akan membunuh seseorang. Bukan, bukan raganya. Tapi hatinya. Jadi, masalah ini berasal dari kata sahabat? Siapa yang harus disalahkan dala...