7 - Dino dan Jinyoung

1.2K 229 30
                                    

Sekarang sudah memasuki jam makan siang, sangat wajar jika beberapa restoran yang berada di pusat kota begitu padat merayap.

Dipenuhi oleh orang-orang berpakaian rapi. Jas hitam pekat dengan dasi di kerahnya, memberi petunjuk bahwa mereka adalah orang-orang yang super sibuk.

Orang-orang penting, mungkin.

Tapi sekarang, dua orang yang berbeda dengan orang-orang berjas tadi ikut memenuhi sesaknya salah satu restoran.

"Apa itu cukup?"

"Bagaimana kalau aku bilang kurang?"

"Akan aku tambahkan kalau kau sudah berhasil menyingkirkan Jisoo."

"Tugasku hanya memisahkan mereka, kan?"

"Terserah kalau kau ingin lebih. Tapi yang harus diingat, kau hanya boleh menyentuh Jisoo."

"Deal."

Sepasang mata kini mengawasi interaksi keduanya. Tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, memang. Tapi sudah bisa dipastikan bahwa ini menyangkut dirinya.

Jadi, selama ini aku sudah salah orang?

--- JISOO ---

Cuaca begitu terik, cahaya matahari memantul pada kaca besar nan bening di dalam sebuah kamar. Tiga orang dalam ruangan itu seakan tidak terganggu sama sekali. Toh, mereka tetap merasa sejuk berkat pendingin ruangan.

Jisoo dan Seokmin kembali melanjutkan tugas mereka, ditemani salah seorang staff keuangan hotel.

Mereka memasuki tahap selanjutnya, menganalisis kinerja perusahaan sebelum akhirnya mengambil kesimpulan dari hasil analisis.

Inilah salah satu tahap yang menjadi momok menakutkan setiap mahasiswa atau pun siswi Fakultas Ekonomi, selain deretan satuan hingga triliunan angka, tentu saja.

Setelah seminggu penuh berkutat dengan alat bantu hitung untuk mengetahui semua rasio, analisis tidak jauh beda sulitnya. Dengan serius Jisoo mengikuti instruksi dari staff tersebut.

Apa mereka telah berdamai?

Bahkan satu kata pun, tidak terucap sama sekali.

Hingga waktunya untuk Seokmin mengantarkan Jisoo kembali ke kampus pun, gadis itu hanya mengandalkan kata terima kasih sebagai perpisahan.

Jangan harap tersenyum, melihat ke arah Seokmin saja tidak.

"Thanks."

"Jisoo," Seokmin meraih tangan Jisoo.

Apa dia ingin kembali berulah?

"Maaf." Sambung Seokmin.

Syukurlah, pemuda Lee itu tidak membuat emosi Jisoo kembali melonjak naik. Lagi pula, ia sudah terlalu lelah untuk berteriak.

Mengangguk, "hng, aku maafkan."

--- JISOO ---

"Apa malam ini kau sibuk?"

"kenapa?"

"Ayo makan malam! Menggantikan acara kita yang rusak kemarin."

"Ahh... Jinyoung, maafkan aku, ya! Kemarin gagal lagi."

Namun, Jinyoung malah menggeleng dengan senyuman. "Kalau kau mau makan malam, baru kumaafkan."

Apa ini paksaan?

Meski pada awalnya mata Jisoo membulat sempurna berkat ajakan yang terkesan memaksa, akhirnya Jisoo mengangguk juga. Mengiyakan.

"Malam ini kujemput jam 7 malam."

JISOO [Revisi] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang