SATU

3.5K 99 0
                                    

"Nessa, ada Nak', Randi," panggil Bunda pada anak gadisnya.

Nessa tersenyum senang mendengar nama kekasihnya. Gadis itu mengambil handuk yang menggantung di pintu melangkah cepat ke kamar mandi.

"Iya, Bun," jawab Nessa singkat.

Bund ... kamu kebiasaan, Dek'," kata Bunda mendengar suara gemericik air dari kamar mandi di dalam kamar Nessa. Bunda sedari tadi sudah menyuruh Nessa untuk mandi.

Kebiasaan Nessa kalau libur kuliah. Ia akan mandi sesuka hati. Kadang Nessa sudah menaruh handuk di pundak berniat untuk mandi tapi akhirnya hanya dibawa saja keliling dalam rumah. Entah nonton televisi dulu, makan dulu, atau malah tertidur dengan handuk yang melingkar dileher nya. Lalu ia akan mandi setelah sore tiba. Walaupun begitu tak mengurangi kadar cantik nya.

Dengan tinggi 160 cm, kulit putih membalut tubuhnya dan hidung mungil yang menghias wajahnya. Lesung pipi terlihat saat ia tersenyum. Dari kesemuanya mata Nessa adalah yang terbaik. Tatapannya mampu meluluhkan hati yang melihat.

Nessa terkekeh pelan mendengar omelan Bunda. Ia menyegerakan aktivitas membersihkan diri. Berpakaian lalu menghampiri pujaan hati.

Nessa mendapati Bunda dan Randi sedang berbincang di ruang keluarga. Randi memang sudah seperti anak bagi Bunda.

Nessa berjalan pelan mendekati Randi. Ia mengamati punggung Randi yang sedikit membungkuk saat bicara dengan Bunda. Lalu memberi tanda pada Bunda untuk diam.

"Kakakkkkk .... " sergap Nessa mengngagetkan Randi.

Bunda menggelengkan kepala melihat kelakuan putri bungsunya.

Randi menoleh. Lelaki itu tersenyum, memiringkan kepala melihat pujaan hati yang tampak cantik hari ini. Matanya memandang intens Nessa yang terus mengembangkan senyum. Randi tertunduk, menarik napas pelan dan menutup mata.

Maafkan Kakak, Dek.

Nessa duduk disamping Bunda. "Kok, kakak nggak kaget sih?" Nessa mengerucutkan bibir.

"Bagaimana mau kaget? baru buka pintu saja. Wangi kamu sudah tercium sampai gang depan," tukas bunda meledek sang anak.

Randi terkekeh pelan. Sedang Nessa menggaruk rambutnya yang tak gatal. Nessa mengulurkan tangannya mencium punggung tangan Randi.

"Nak', Randi tante istirahat dulu, ya. Dek', tolong nanti Aa suruh sholat terus makan. Dari tadi nggak keluar dari kasur," ujar bunda lalu pergi ke kamar.

Bunda memang terbiasa tidur siang. Suka pusing kalau melewatkan tidur siangnya.

Randi masih terdiam menatap Nessa. Ada kerinduan yang mendalam setelah beberapa minggu tidak berjumpa. Pria berkacamata itu sedang bertugas di Surabaya, mengerjakan proyek besar dari perusahaan keluarga.

"Kamu mau kemana, Dek'?" tanya Randi melihat Nessa menuju belakang rumah.

"Panggil Aa."

Randi mengernyitkan dahi . Iamengarahkan telunjuk ke tangga lalu ke Nessa. Ia menggeleng pelan. Ya, tahu maksud Nessa. Nessa malas naik tangga, daripada naik tangga lebih baik ke belakang. Memanggil kakak laki-laki nya dari bawah.

Randi mengikuti Nessa dengan membawa paperbag di tangan.

"Aa.. Aa.. Aa Alfan," panggil Nessa pelan takut mengganggu Bunda.

Seorang laki-laki muncul dari balik jendela. "Kenapa dek'?"

"Suruh makan kata Bunda. Sudah shalat belum?"

"Sudah, iya nanti makan. Kerjaan aa dikit lagi kelar."

Alfan menyapa Randi. Usia Randi lebih tua dua tahun dibanding Alfan.

"Kita bincanh di situ aja, ya," ajak Randi menunjuk ke gazebo dibelakang rumah.

Nessa mengangguk. Mengikuti Randi dari belakang menuju gazebo yang terbuat dari kayu beratapkan pelepah daun kelapa yang sudah kering.

Belakang rumah memang cukup luas untuk dijadikan tempat melepas lelah. Ada banyak tanaman, dan bunga. Hasil karya tangan Bunda. Aktivitas pengusir kebosanan menurut bunda.

"Owh, iya. Ini buat kamu." Randi memberikan paperbag yang dari tadi diletakkan disampingnya.

Tanpa aba-aba Nessa langsung mengambil lalu membukanya. Tersenyum senang saat melihat satu kotak cokelat dan permen.

Lima tahun menjalin kasih Randi sangat mengetahui kesukaan kekasihnya itu.

Gadis itu selalu menyediakannya snack di kamar juga membawanya saat beraktivitas di luar rumah. Cokelat bisa jadi pengganjal lapar atau tiba-tiba mood yang memburuk.

"Dek', kakak mau ngomong," kata Randi serius.

Nessa mengerutkan kening. Bingung dengan raut muka Randi yang terlihat sangat serius. Ia mengangguk memberi isyarat pada Randi untuk melanjutkan pembicaraannya.

Jantung Nessa berdetak lebih kencang. Ia takut kalau ada hal buruk yang akan terjadi pada hubungannya dengan Randi.

"Dek',"

Nessa makin tak sabar. Terus menatap Randi dengan seksama.

"Dek', kita nikah yuk." Randi melepaskan kata-katanya.

Nessa kaget bukan kepalang. Ia tersedak permen yang berada didalam mulutnya.

============

Yeayyyy akhirnya bisa juga memberanikan diri buat nulis yang berpart-part..

Kira-kira apa ya jawaban Nessa??
Bagaimana kisah cinta mereka?
Adakah sesuatu yang disembunyikan Randi?

Ada di part selanjutnya. Dibaca ya..

Jika berkenan tolong kasih voment nya.. 😁😁😁😁

Publish 28 Des 2017
Ralat 22 Okt 2019












Denessa (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang