ENAM

1.1K 61 0
                                    

Nessa mengantarkan Randi hingga ke teras. Lelaki yang sangat dicintainya itu tampak sangat gelisah meskipun sudah keluar rumah.

Ayah, bunda, Satya, dan Alfan sudah berada di ruang keluarga. Nessa menghampiri ayah, dan duduk disampingnya. Keluarga menunggu penjelasan.

Ayah dengan jelas bertanya. Mengapa semua terkesan mendadak. Apa ada sesuatu yang disembunyikan. Semua menatap Nessa dengan penuh tanya.

Nessa memandang ayah."Tidak, Yah. Kami belum merencanakan. Memang kami serius. Tapi tidak dalam waktu dekat," jawab Nessa.

"Tapi, hari ini Kak Randi sengaja datang untuk mengatakan hal ini secara langsung. Nessa percaya atas kesungguhannya ayah. Insyaallah dia bisa menjaga Nessa." Nessa melanjutkan ucapannya seraya memohon pada ayah.

Nessa tahu ayah memang tidak terlalu yakin pada Randi. Namun, ayah bisa melihat kalau Randi anak yang sopan, dan baik. Ia belum pernah berlaku kurangajar pada Nessa.

Ayah menatap Nessa lalu memeluknya. "Ayah nggak tahu, Dek', tapi memang hati ayah mengatakan kalau Randi bukan lelaki baik untukmu. Kalau memang adek yakin pada Randi. Ayah hanya bisa mendoakan semoga adek bahagia dengan Randi." Mata ayah berkaca-kaca mencium kening Nessa.

"Bismillah, ya, Yah. Semoga putri kecil kita bahagia selalu." Bunda menggenggam tangan ayah. Memberi dukungan pada ayah.

"Jadi ... Apa berarti ayah menyetujui menerima lamaran Randi?" tanya Nessa malu-malu.

"Nggak!" jawab Alfan.

Semua langsung menatap Alfan.

"Sebelum ngasih hadiah pelangkah buat kita." Alfan melirik ke Satya sambil menaik-turunkan alisnya. Yang disambut derai tawa keluarga.

Nessa bergantian mencium dengan takzim punggung tangan, dan memeluk ayah, bunda dan kedua kakaknya. Ada rasa sedih campur senang disana.

Nessa tak henti tersenyum lalu menangis karena bahagia. Sesekali Alfan melemparkan joke yang membuatnya mengerucutkan bibir.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Besok semuanya harus beraktivitas seperti biasa.

Nessa kembali ke kamar dengan senyuman menghiasi wajahnya. Ia mengambil ponsel akan menelepon Randi. Saat Nessa menyalakan ponsel. Dilihatnya sudah ada beberapa misscall dari Randi. Nessa bergumam.

Randi menelepon kembali. "Dek, bagaimana?"

"Assalamualaikum." jawab Nessa tanpa menghiraukan pertanyaan Randi.

"Waalaikumsalam. Maaf Dek' kakak lupa" jawab Randi terkekeh. "Bagaimana? Apa jawaban dari keluarga?" Nada suara Randi berubah menjadi serius.

"Jawaban apa?" Nessa menggoda.

"Ayolah, Dek. Jangan bercanda, kakak serius." Ada nada ketidaksabaran diujung telepon.

Nessa menutup mulutnya dengan tangan menahan tawa mendengar nada suara Randi.

"Dek ... Dek.. Dekkkk." Randi berulang memanggil ketika Nessa tidak juga menjawab pertanyaannya.

Nessa menarik napas. "Adek musti ngomong apalagi, Kak. Kakak kan tahu bagaimana ayah. Apalagi kedua kakak adek juga belum menikah." Suara Nessa dibuat sesedih mungkin.

"Jadi ... Lamaran kakak ditolak?" Randi terdengar tak bersemangat."Kakak akan yakinkan ayah dan abang. Kalau perlu sekarang juga kakak akan bicara lagi dengan ayah," jawab Randi.

"Nggak usah, Kak."

"Memang kenapa? Atau jangan-jangan kamu, ya, yang nggak mau menikah dengan kakak." ucap Randi. "Iya, benar begitu?! Kenapa? Kamu nggak yakin sama kakak? Kalau begitu kakak akan datang lagi. SEKARANG!" Randi hendak menelepon. Namun, urung dilakukan saat mendengar suara Nessa tertawa.

"Kok, Kamu malah tertawa. Kamu--."

"Stop ... Stop ... Stop." Nessa menghentikan ucapan Randi. "Sekarang biarkan adek yang bicara," ucap Nessa

"Kakak boleh kemari lagi. Tapi jangan lupa ajak Papa, dan Mama ya." jawab Nessa." Maaf, ya, Kak. Tadi adek cuma bercanda," Nessa terkekeh.

Randi mendebas. Ada kelegaan dihatinya."Alhamdulillahhhhh.. Thanks MyLord."

"Terimakasih, ya, Dek. Ini kabar paling membahagiakan yang pernah kakak dengar. Besok kakak kabari lagi. Kapan papa dan mama secara resmi melamar. Sudah malam, kamu bobo, ya. Kakak pulang dulu."

"Loh, kakak memang di mana?" tanya Nessa heran.

"Kakak masih depan rumah kamu. Kakak belum tenang sebelum dengar jawaban ayah." kata Randi.

Nessa segera membuka jendela kamarnya. Dilihatnya Randi yang masih berdiri dekat pintu pagar rumahnya. Nessa tersenyum.

"Kakak pulang dulu, ya, sayang. Langsung bobo ya." Randi masih berbicara dengan Nessa dari ponselnya. Namun, melambaikan tangan ke arah gadisnya itu.

"Iya, Kak. Hati-hati ya di jalan." Nessa juga melambaikan tangan ke arah Randi.

"Assalamualaikum. Nice dream lovely." ucap Randi.

"Waalaikumsalam," balas Nessa.

Randi menaiki mobil dan berlalu pergi. Nessa melihat mobil Randi menghilang dari pandangannya.

Kebahagiaan Nessa tergambar dari senyum yang tak pudar di wajah cantiknya.

******************************

Alhamdulillahh done.
Doakan ya buat putri bungsu ku nih yang lagi panas.

Hmmm rewel dia kalau sakit.

Jangan lupa vote dan komentarnya ya. Makin banyak vote. Makin cepet upaya nya loh. . He

Makasih

Denessa (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang