TIGA

1.2K 70 0
                                    

Nessa menceritakan pada bunda lamaran Randi atas dirinya.

Bunda menatap Nessa yang tak berhenti tersenyum. Sebagai seorang ibu. Ia tahu akan tiba saatnya, seseorang akan datang meminta putri kecil nya. Membawanya mengarungi kehidupan baru.

Bunda sangat menyukai Randi karena Randi anak yang sopan, dan menghormati orang tua. Randi selalu pamit ketika akan pergi atau pulang dengan Nessa. Selalu pulang tepat waktu, tak pernah banyak alasan.

Bunda dan Randi biasa mengobrol lama walau Nessa sedang sibuk dengan mata kuliah ataupun tugas rumah. Randi menunjukkan dia lelaki yang bertanggungjawab.

Bunda merapikan jilbab yang Nessa pakai. "Memang adek sudah siap jadi seorang istri?"

Nessa mengangguk mantap.

Bunda mendebas, "Bunda tidak bisa ambil keputusan, nanti kita bicarakan dulu dengan ayah dan kedua kakakmu. Tapi bunda merestui kalian. Nak' Randi lelaki yang baik." ucap bunda.

Nessa menampilkan sederet gigi putihnya mendengar restu dari Bunda. Kedua wanita beda generasi itu berpelukan.

"Ayuk, bantu bunda masak buat makan malam. Sebentar lagi ayah juga pulang."

Nessa mengangguk.

Bunda dan Nessa menyibukkan diri di dapur ketika Alfan dan Randi turun dari lantai atas.

Randi tersenyum melihat Nessa dan mengangguk hormat pada bunda.

"Cie.. Cie.. Cie ada yang bantuin bunda masak. Lagi belajar, ya, Dek'" goda Alfan.

Nessa memukul pelan lengan abangnya itu. Sedangkan bunda tersenyum melihat keduanya.

"Wah ... Aa minta pelangkah apa ya?" ucap Alfan seolah-olah berpikir dengan menempelkan telunjuk di kening,"Rumah kali ya?" lanjutnya sambil menaikkan dan menurunkan alisnya ke Nessa.

"Ishhhh ... Aaaaa."

Alfan tertawa. Randi sudah meminta izin tadi saat ia berada di kamar Alfan. Alfan memang lebih santai bersikap dibanding dengan Satya, kakak pertama Nessa. Mungkin karena Satya lebih tua dari Randi.

Mereka bertiga tidak jarang menghabiskan waktu dengan bermain futsal bersama. Alfan dan Satya percaya Randi dapat menjaga adiknya.

Suara ketukan di pintu. Ayah memberi salam Satya berjalan di belakang Ayah. Kantor mereka berdua tidak terlalu jauh. Biasanya kalau Satya sedang tidak tugas diluar, ia lebih memilih satu kendaraan dengan ayah.

Raut tegang tampak di wajah Randi ketika bersalaman dengan ayah.

***

Kok sikap Randi kepada ayah beda ya, dengan sikap Randi kepada bunda ?
Ada apa kah ?

Yuk, baca part berikutnya..

Jangan lupa vote dan komen nya kasih tahu ya kalau ada typo dan krisan nya..

Denessa (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang