DUA

1.4K 79 0
                                    

Randi berlari ke dapur mengambil segelas air. Memberikan ke Nessa yang masih terbatuk karna lamaran mendadaknya.

"Ada apa?" teriak Alfan.

"Tersedak permen," jawab Randi.

"Kamu nggak apa-apa, Dek'?"

Nessa mengangguk-anggukan kepala sembari mengoyangkan tangan ke kiri kanan.

"Ya sudah, lain kali hati-hati kalau makan."

Batuk Nessa sudah reda. Ia mengatur napas memandang Randi lalu tersenyum lebar kemudian tertawa.

"Kakak, bisa saja bercandanya." menepuk lengan Randi di sela tawa.

"Kakak nggak bercanda, Dek'. Kakak serius."

Nessa menatap Randi. Tak ada kebohongan di mata kekasihnya itu. Randi serius mengajaknya menikah.

Nessa diam. Membetulkan posisi duduk menghadap Randi.

Lima tahun mereka menjalani hubungan serius. Namun, untuk menikah belum pernah ada pembicaraan sampai sejauh itu.

"Kakak serius Dek'. Kakak ingin melamar kamu menjadi istri kakak." Randi meyakinkankan Nessa yang masih diam.

"Tapi kak, Kenapa mendadak? Nessa kan masih kuliah. Kakak juga masih harus fokus pada proyek di Surabaya?"

"Kakak ingin melanjutkan studi di London. Kakak nggak mau jauh lagi dari kamu. Soal kuliah bukannya kamu tinggal menunggu wisuda? Setelah menikah kita sama-sama lanjutkan studi di sana." Randi memberi penjelasan.

"Kakak mau kuliah lagi?" Nessa mengernyitkan dahi, "bukan sebelumnya kakak tidak tertarik?"

"Kakak berubah pikiran," jawab Randi sambil menunduk.

Nessa belum menjawab lamaran Randi. Seharusnya ia tak perlu berpikir lama karena biar bagaimanapun hal ini adalah impiannya. Membangun rumah tangga dengan seseorang yang ia cintai dan mencintainya juga.

"Jadi, bagaimana, Dek'?" tanya Randi penuh harap.

Nessa melihat kesungguhan Randi. Ia menunduk tersipu malu mengangguk menerima lamaran Randi.

"YES," teriak Randi penuh semangat mengangkat satu tangannya ke atas.

"Kakak, malu teriak begitu."

"Biarin Dek', kakak terlalu senang. Kakak janji akan membahagiakan kamu selamanya," ucap Randi menggenggam tangan Nessa.

Alfan berdeham membuat Randi dan Nessa melepaskan genggaman tangan.

"Ada apa, tuh? Seneng banget kelihatannya," tanya Alfan.

Nessa dan Randi tersenyum.

Alfan meminta Randi untuk membantunya. Randi mengangguk mengiyakan.

"Kak, bagaimana dengan --?" tanya Nessa pelan.

"Nanti kakak yang ngomong langsung. Adek tenang saja," Randi mengusap kepala Nessa. Lalu pergi untuk membantu Alfan.

Randi tahu yang dimaksud Nessa adalah keluarganya. Nessa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya laki-laki. Satya dan Alfan. Tentu tidak mudah untuk meminta izin menikah, apalagi kedua kakaknya belum menikah.

Nessa menyusul Randi yang berjalan masuk ke rumah.

"Kakak, memang begini ya cara melamar gadis? Kok, nggak ada bunga atau apa gitu, kayak yang di film atau novel." Nessa mengerucutkan bibir.

Randi menepuk dahi. Namun, tertawa melihat tingkah Nessa. "Nanti, ya, menyusul setelah kakak ngomong ke Ayam malam ini." Randi mencubit pelan ujung hidung Nessa.

Nessa tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Ada apa? Kok, senyum-senyum sendiri?" suara bunda membuyarkan khayalan Nessa.

Nessa menghampiri bunda, melingkarkan tangan di lengan bunda. "Bun, Nessa mau ngomong."

Bunda memincingkan mata menatap putri bungsunya yang salah tingkah.

***

Spam komen nya ditunggu apalagi kalau bintang nya di tekan .. wuih girang aku ..haha

Publish, 04 Januari 2018
Revisi, 22 Oktober 2019

Denessa (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang