Sebuah Kesalahan
.
.
.
Gerimis berkabut halus tengah turun ketika Taehyung memutuskan untuk membuka semua rahasia yang selama ini dia sembunyikan bersama Hoseok. Dirinya kini berada dalam kecemasan maksimal di mana keinginan untuk sekedar tersenyum mengantar kepulangan para staf syuting sama sekali tidak ada. Dia berjalan menyusuri lapangan yang melandai menuju tempat mobil diparkir dengan gontai. Hoseok yang berada di sebelahnya terus memeluk bahunya, berusaha menegarkan, seraya menipu semua orang dengan alasan kesehatan Taehyung yang sedang tidak baik. " ... yah maaf, wajahnya memang kelihatan masam karena dia sedang menahan muntah, iya kan Taehyung-ie? Kita akan segera pulang, sabar dulu oke?" kata Hoseok setiap kali berpapasan dengan para staf.
Manajer Sejin berdiri menanti mereka berdua di samping mobil, dengan tangan yang terlipat di dada memandang Taehyung dengan raut curiga. Pintu mobil telah terbuka, tetapi ketika Hoseok hendak mendorong Taehyung masuk ke dalam, tangan sang manajer lebih dahulu terentang untuk menahannya. "Ada apa dengan wajahmu itu?" tanyanya dengan curiga.
Hoseok cepat-cepat menjawab, "Eoh, tadi Taehyung-ie―"
"Ada yang ingin kusampaikan," potong Taehyung. Dia mendongak melihat manajer Sejin dan menambahkan dengan nada nyaris terdengar putus asa. "Dengan semua anggota―Hyung-nim juga, tanpa terkecuali."
Manajer Sejin hanya merapatkan bibir dan mengangguk samar sebelum membiarkan keduanya masuk ke dalam. Hoseok yang menutup pintu kala itu. Dia melihat semua anggota saling memandang dengan wajah bingung. Jimin yang berada di dekat jendela paling belakang sepertinya baru saja bangun tidur. Dia mengusap wajahnya yang merona merah jambu karena udara dingin, mengingatkan Hoseok dengan sosok anak kecil yang begitu lugu. Mirisnya, kenyataan itu malah menohok hati Hoseok saat dia ingat berita menyedihkan macam apa yang dia bawa kemari bersama Taehyung.
"Kupikir aku harus meminta maaf terlebih dahulu kepada beberapa pihak yang selama ini menentangku," Taehyung memulai dengan kepala sedikit menunduk. Manajer Sejin tidak menyalakan mesin mobil dan duduk di jok pengemudi dengan posisi menyamping, menatap Taehyung dengan serius. Semua orang sisanya seperti dihinggapi mual karena ketegangan yang mendadak tercipta.
Taehyung melanjutkan, "Aku tahu beberapa hari ini sikapku kelewat dingin, dan bahkan membuat orang salah paham," dia melirik Jungkook dari sudut matanya. Anak itu berkedip canggung dan memilih diam mendengarkan, "Sebetulnya itu karena aku terlalu tertekan dengan keadaan. Mulanya aku memang tidak ingin mempercayai diriku, tapi setelah mengalami berbagai tahap penyesuaian, ada suatu kendali yang membuatku sadar bahwa kunci masalah ini ada padaku, sehingga tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain bergantung pada petunjuk yang kupunya."
Taehyung menelan ludahnya sebelum berkata dengan tegar, "Ini tentang mimpi yang kualami."
Manajer Sejin hendak memotong, tetapi Hoseok langsung menyahut dengan cepat. "Biarkan Taehyung menjelaskannya dulu," katanya sebelum berpaling pada Taehyung.
"Aku mengetahuinya. Maksudku, setidaknya aku tahu sesuatu untuk membongkar identitas seseorang dibalik semua kekacauan ini."
"Kekacauan mana yang kau maksud?" Namjoon bertanya sebelum Hoseok sempat mencegahnya.
"Yang selama ini terjadi," kata Taehyung. "Bermula dari pembobolan di dorm kita, lalu semuanya menjadi sulit dikendalikan. Aku harus mengatakan bahwa ada seseorang di luar sana yang sedang merencanakan hal buruk, dan kecelakaan yang baru saja menimpaku adalah salah satu bukti yang hampir tak terbaca."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒
Fanfiction[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik ternyata bukanlah hal yang mudah, dan member BTS rupanya merasakan sendiri hal itu. Kehidupan tenang mereka menjadi hancur karena ulah stal...