Benturan
..
.
Malam di mana konser musik Wings Tour hendak dimulai, satu jam sebelum penampilan, Jimin terlihat tengah melangkah terburu di koridor lenggang gedung paling barat yang berhadapan langsung dengan arena belakang panggung. Terlepas dari kenyataan jadwal acara yang bahkan belum dimulai, rupanya kegelisahan sudah menjejak dari rautnya yang tampak tegang. Helai rambut berwarna pirangnya tampak mencuat berantakan. Bibirnya pucat, dan jantung di balik rusuknya sudah berdentum tak keruan.
Tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya bekerja, dan Jimin dengan derap kaki cepatnya sudah berlari masuk ke dalam kamar rias, kemudian menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang, menarik napas kuat-kuat dan mendesahkannya dengan berat. Udara dalam paru-parunya seakan dilolosi keluar, terengah-engah. Dia susah payah meredam histeria yang memuncak dalam dirinya.
Jimin seperti mendengar seseorang memanggil namanya, tetapi dia bahkan sama sekali tak mendongak untuk melihat siapapun itu. Sampai pada detik dimana rasa takut berangsur-angsur hilang, detak jantungnya melambat. Dengan lebih jelas dia merasakan seseorang memijat tengkuknya dengan lembut, lantas membuat segalanya tampak lebih tenang. Walau demikian, Jimin kukuh menunduk, meringkuk seperti anak kecil yang ketakutan.
"Jim, apa yang terjadi?" tanya Taehyung, yang berdiri di belakang Jimin selagi dia menyibukkan diri memijat tengkuk anak itu. Beberapa saat dia tak kunjung mendapatkan jawaban, derap langkah kecil-kecil kemudian terdengar dari belakang. Taehyung berpaling, lalu melihat lima anggota yang lain mendekat ke arah mereka dengan tampang cemas bercampur ingin tahu.
"Ada apa? Kenapa Jimin?" tanya Hoseok seraya langsung mendudukkan tubuhnya di lengan sofa sebelah Jimin. "Noona, boleh minta tolong ambilkan air?" Hoseok memohon pada seorang staf wanita yang baru saja datang dan merasa terkejut melihat kondisi Jimin. Staf itu sempat mengangguk kecil sebelum berbalik pergi mengambilkan air.
"Jim, kau kenapa?" kata Seokjin, berteriak tidak sabar. "Jangan buat kami ketakutan, apa ada sesuatu yang buruk terjadi?"
Beberapa staf yang tadinya tidak paham situasi jadi ikut mendekat ingin tahu.
"Aku ...," Jimin mendongak, lalu terhenyak saat semua orang kini memandangnya dengan tampang khawatir. Seseorang menghapus keringat di pelipisnya dengan tisu, tetapi Jimin sama sekali tak mengikat perhatian kepada siapapun itu. Kepalanya penuh dengan bayangan sosok yang merampas rasa nyamannya hanya dalam sepersekian detik.
"Ini, minum dulu," kata seorang staf wanita, dan Jimin langsung meneguk habis botol air itu.
"Cerita, Jim," kata Taehyung.
Lalu Jimin membuka mulutnya.
"Sepertinya aku melihat hantu, tapi aku tidak yakin karena itu berlangsung cepat," kata Jimin. Matanya menatap gelisah wajah-wajah yang berdiri di depannya. Semua member ada di sana, beserta tiga orang staf dan manajernya.
"Hantu? Di mana?" tanya Namjoon.
"Di dalam aula belakang panggung dekat toilet," jawab Jimin, tak bisa berhenti gemetar. "Selepas aku keluar toilet dan hendak kemari, ada hantu perempuan yang muncul. Dia memandangku dari balik pintu sambil tersenyum, kemudian langsung hilang bahkan sebelum aku sempat berkedip."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒
Fanfiction[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik ternyata bukanlah hal yang mudah, dan member BTS rupanya merasakan sendiri hal itu. Kehidupan tenang mereka menjadi hancur karena ulah stal...