[PART 2]
Han Gi mengeluarkan satu kantong plastik transparan yang berisi barang bukti dari selipan berkas map hitamnya di atas meja. Dia sodorkan kantung itu ke hadapan Jimin, kemudian menunggu reaksinya untuk bicara.
Sementara itu, Jimin memperhatikan isi di dalam kantung itu baik-baik. Ada empat lintingan kecil berwarna coklat yang mirip seperti plester-plester bekas pakai, satu buah ponsel hitam yang layar bagian sudutnya pecah, dan potongan sobekan kain kotor yang dilipat asal-asalan. Saking kotornya, kain itu seakan-akan diambil dari dalam tanah. Jimin, tanpa perlu repot-repot mengalihkan atensinya pada Han Gi, bertanya dengan nada merenung, "Ini apa?"
"Sedikit sampel barang bukti yang bisa kami temukan dari apa yang tersisa di jenazah Gong Joo," kata Han Gi. Dia berdeham sebentar dan memajukan kursinya, kemudian menunjuk satu-persatu benda di dalamnya sambil memberi penjelasan. "Ini adalah bekas plester-plester penutup luka yang dipakai di keempat jari Gong Joo, kemudian ponsel hitam ini adalah milik Nona Mijin yang dia curi untuk disabotase, dan sobekan kain ini sangat dekat hubungannya dengan penanganan medis yang anda terima selama terperangkap di tempat penyekapan," katanya sambil mengerling pada Jimin.
Jimin hanya menatap plastik dan isi di dalamnya dengan penuh konsentrasi.
"Untuk plester-plester bekas pakai ini," kata Han Gi, "memang tidak ada kontribusi besar dalam hubungannya dengan kasus anda, tetapi ini adalah satu bukti yang memperkuat kesaksian dari korban pemukulan beberapa bulan lalu."
"Korban pemukulan?" Jimin mengerutkan alisnya. Sesuatu muncul di benaknya ketika dia berpikir soal itu. "Maksud Bapak, siswi SMA Wangdool?"
Han Gi mengangguk. "Benar sekali," katanya. "Kepala polisi sudah pernah memberi laporan kepada salah satu rekan anda, Saudara Min Yoongi, bahwa pelaku pemukulan adalah seorang perempuan―jauh sebelum kami tahu bahwa dia adalah Gong Joo. Korban juga sempat mengatakan bahwa jari-jemari pelaku yang menghajarnya seperti dilapisi oleh sesuatu. Kami berasumsi, inilah benda yang dimaksud oleh korban itu. Dan seluruh kecurigaan yang mengarah pada saudara Gong Joo terbukti, terlebih saat kami menemukan, di dalam rumahnya, sebuah mesin jahit besar dan bertumpuk-tumpuk pakaian hasil buatan tangan. Sepertinya pelaku sangat menggemari hobi menjahit sampai-sampai dia sering sekali melukai jemarinya sendiri."
"Ah, masuk akal," kata Jimin, mengernyitkan dahi. Dia merenung menatap gulungan plester di dalam plastik sementara pikirannya melayang pada peristiwa saat Taehyung memuntahkan semua kegelisahannya di dalam mobil, jauh sebelum dirinya diculik. Malam itu Taehyung menceritakan mimpinya yang dihantui oleh seorang gadis berpakaian seperti gaun pengantin. Jimin mendadak bertanya-tanya apakah mimpi Taehyung bisa disebut sebagai petunjuk dari masa depan jika secara kebetulan Gong Joo juga membuat gaun pengantin yang sama seperti yang dicirikan Taehyung.
"Kemudian ponsel ini," kata Han Gi, membuyarkan lamunan Jimin, "adalah milik Nona Mijin. Anda pasti tahu tentang perkara sabotase yang membuat manajer anda mengira dia tengah berbincang dengan orang yang benar."
Jimin mengangguk lagi, merasa penuh dengan informasi-informasi yang diberikan Han Gi. Dia melirik satu barang bukti terakhir yang tersisa; potongan kain kumal berlapis lumpur itu. Tiba-tiba saja mulutnya berkata saat ruangan dihinggapi senyap dalam waktu cukup lama.
"Anda bilang," kata Jimin, menunjuk potongan kain di dalam plastik dengan ragu, "ini ada hubungannya dengan perawatan medis yang kudapatkan. Apa maksudnya?"
"Ah, untuk bagian ini, sepertinya sekarang giliran anda yang bercerita," ujar Han Gi. Jimin melebarkan matanya menuntut penjelasan, lalu polisi itu cepat-cepat melontarkan pertanyaannya. "Apakah anda tidak menemukan keanehan apapun yang berkaitan dengan luka sobek di kaki anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒
Fanfiction[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik ternyata bukanlah hal yang mudah, dan member BTS rupanya merasakan sendiri hal itu. Kehidupan tenang mereka menjadi hancur karena ulah stal...